Jumat, 01 November 2013

again, in love?

OK.

NO, MUST BE NO.

*exhale, inhale, exhale, inhale.

OK.

what was that?
what did you do, young lady?

It's a NO. big NO.

*exhale, inhale, exhale, slowly...

it's just temporary 
just wait until this november ends
and then see, is that 'f' still there or already fade away?

Now, go back to the ms. word.

Kann ich jetzt  nach Bali fliegen?

oh, stop it! it's a clue. 

yeah, a clue so in the future I can figure out what is this about. 

*caused by 'kepo' I spent minutes on this.

Sabtu, 12 Oktober 2013

don't let your 'later' become 'never

someone said,  


"don't let your 'later' becomes your 'never'" 

I say,
OK
*click publish, sign out, close. Open documents, start writing*

bayi dan ibunya

Sudah dua bulan ini ada dua anggota baru dalam keluarga kami. Seorang ibu dan bayinya. Si bayi baru lahir dua hari sebelumnya. Bayi lahir tanpa ayah. Tanpa kakek dan nenek. Ia datang ke dunia disambut oleh orang-orang asing. Bahkan ibunya baru berkenalan dengan kami hanya beberapa jam sebelum dia lahir. Beberapa orang mungkin belum ingin ia datang secepat ini, tapi bayi, kau harus tahu, kami menyayangimu.
###
Ibunya memiliki kisah yang sangat memilukan. Ia dikembalikan mantan suami (sebenarnya aku tidak yakin mereka sudah resmi bercerai atau belum) ke rumah orang tuanya setelah 6 bulan pernikahan. Ia tidak menginginkan. pernikahan ini tapi orang tuanya meminta ia menikah dengan pria itu karena pada awalnya pria ini terlihat baik dan meyakinkan. Alasan ia dikembalikan adalah anak. Selama 6 bulan pernikahan tidak ada tanda kehamilan. Sang mantan kecewa padanya. Di kampung mereka konsultasi tentang hal ini dianggap tabu dan tidak sopan sehingga tidak jelas siapa di antara mereka yang menjadi penyebabnya. Pria tidak mau bersabar. Perempuan ini dikembalikan karena tidak bisa 'membuat' anak.

Kemudian perempuan ini merantau ke Jakarta karena ia terlalu malu untuk tetap tinggal di kampung. Jakarta. Di sinilah penderitaannya yang lain muncul. Ia bekerja di sebuah pabrik. Lalu menjalin kasih dengan seorang pria. Aku kagim karena ia bisa menjalin hubungan yang baru. Orang tua lelaki ini tidak menyetujui hubungan mereka. Tetapi seperti kata orang, itulah cinta. Ia menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua lelaki dan saudara-saudara si perempuan. Adik lelaki perempuan ini berusaha menyelidiki si pria dan diketahuilah bahwa pria yang sedang berpacaran dengan kakaknya adalah playboy dan bukan seseorang yang baik.
Cinta. Alasannya ya ini, cinta. Bukannya berpisah atau memikir ulang tentang hubungan mereka, perempuan ini malah tinggal seatap dengan lelakinya. Terjadilah sesuatu yang tidak mereka harapkan. Wanita ini mengandung. Artinya, anak. Ada calon anak dalam rahimnya.
Dahulu ketidakhadiran anak membuatnya menderita. Sekarang kehadiran anak juga menggoreskan luka baru dalam hidupnya. Ayah calon bayi lari. Ia belum siap dengan kehadiran seorang anak. Perempuan ini juga tidak siap, tetapi ia tidak lari. Ia menanggung semua sendiri. Pria yang tidak bertanggung jawab hilang entah kemana.
Malu, sakit, kecewa dan marah ditanggungnya. Sisi positifnya, sekarang dia tahu kalau dia dan sel telurnya baik-baik saja. Apa pun yang terjadi di masa lalu bukanlah salahnya. Waktu dan mantannya. Mereka yang (harus) dipersalahkan.
###
Si bayi lahir di tempat yang belum pernah didatangi ibunya. Dikelilingi orang yang belum pernah ditemui ibunya. Bayi ini dilahirkan tepat waktu. Terlambat sedikit saja mungkin ia dan ibunya tidak bisa diselamatkan. Air ketuban sudah pecah jauh sebelum mereka tiba di rumah kami Ketuban sudah mengering. Ibunya tidak berani menyampaikan ke orang di sekelilingnya karena, malu dan rasa bersalah setinggi gunung. Operasi jalan satu-satunya. Syukur kepada Sang Pemberi Kehidupan, mereka berdua bisa tetap hidup. Bayi lahir ke dunia.

Sekarang mereka tinggal di kamar sebelah. Semalam aku mendengar si bayi menangis. Hatiku sakit.

###
Bayi ini menakjubkan. Kini aku tahu kenapa banyak orang ingin mempunyai bayi. Di sisi lain, aku juga takut. Kecewa. Marah. Inilah yang terjadi kalau tidak ada persiapan. Bayi harus minum susu formula karena berat badannya kurang dan si ibu belum bisa menghasilkan ASI. Tidak ada suami yang mendukung dan menemani. Tidak ada orang tua yang menceritakan pengalaman mereka tentang dunia bayi. Sepi.

Hey bayi! Cepatlah besar!

Kawan

Sejak awal aku memang sudah menaruh curiga. Ada apa dengan kawan yang satu ini? 
Dulu sepertinya kami tidak terlalu dekat. Mungkin karena jarak yang berjauhan. Kadang dekat, tapi lebih sering jauh. Dia memang tau ceritaku dengan seseorang yang notabene adalah temannya. Tapi, hanya itu. Aku pernah cerita tentang dia. Sebelum dan setelah kami pacaran. Setelah itu, tidak ada lagi. (Aku menyimpulkan ini karena pertanyaan jebakan yang dia berikan)

Beberapa bulan terakhir dia mulai muncul. Mulai dari sekedar like dan comment status di facebook hingga saling mengirim sms. Aku sudah lama tidak pacaran. Yang terakhir adalah dengan temannya, sekitar 2 tahun lalu. Jadi, ketika kegiatan saling komen dan kirim sms terjadi, ada rasa penasaran. Hanya penasaran. Kenapa begini dan kemana arahnya.

Aku senang ngobrol dengannya. Aku ingat, beberapa hari yang lalu senyum-senyum sendiri di kereta yang penuh orang ketika membaca sms darinya. Dan aku mulai merasa ini agak salah. Aku dan dia memanggil satu sama lain sebagai 'sahabat'. Tapi, aku tau, kalau ini terus berlanjut aku akan menangkap dan melemparkan sinyal yang salah. Bagitu juga sebaliknya. Siapa tau, kalau ini terus berlanjut aku akan minta lebih dari sahabat. Siapa tau?? Aku harus memperjelas semuanya. Jadi, itu yang kulakukan.

Kutanyakan tentang hal-hal yang seharusnya segera kutanya ketika dia melontarkan itu. Dan jawabannya, yaa, dia menangkap sinyal yang salah. Aku mengerti itu. 

Dia putus dari pacarnya sekitar 4 bulan lalu. Dan di bulan itulah, pesan-pesan (yang isinya membuatku salah paham) dimulai. Jadi, menurutku dia hanya agak bingung dengan keadaanya pasca putus. Masalahnya, aku tidak mengetahui itu sejak awal. Seharusnya, aku segera ingat bahwa kami memang tidak pernah sedekat isi dalam pesan-pesan itu. Tidak pacaran dalam jangka waktu yang cukup lama mungkin mempengaruhiku.

Syukurlah, hari ini aku menyadari sesuatu. Ada skripsi yang harus kuselesaikan. Untuk itu, aku harus segera mennyelesaikan 'rasa-ras penasaran' ini. Aku teringat lagi pada seorang teman dan pacarnya yang putus karena skripsi. Ketika dia cerita, aku bilang tidak mungkin hanya karena skripsi. Hahah. Mungkin saja sih. Aku hanya masih bingung untuk menjelaskan teoriku tentang yang satu ini.

Jadi, begitulaahh. Beberapa hal memang harus segera diperjelas sebelum berjalan semakin jauh. Okelah, dia memang tidak bermaksud ada sesuatu yang 'lain'. Oke. Anggap saja aku. Aku yang salah menginterpretasi pesan-pesan itu dan akhirnya memberikan respon yang juga salah. Lagi-lagi, komunikasi tertulis memang dapat menimbulkan beragam interpretasi. Tergantung pada siapa yang membaca tulisan itu. Pernah ada masalah karena itu di grup jurusanku. Akibatnya lumayan fatal. Dua orang keluar dari grup di Whatsapp. Aku tidak mau seperti itu.

Sekarang H-49 HARI. Aku harus benar-benar fokus dengan skripsi ini. Skripsi adalah keputusanku. Aku harus benar-benar serius dengan ini. 

nb: minta dia membaca ini tgl 30 november 2013.

*typing message: "baca link ini deh". Message will be sent on Nov 30th.

Selasa, 08 Oktober 2013

Ulang Tahun

Oke, ini keempat kali mengetik hal yang sama.
"Selalu degdegan kalo ulang tahun. hahaha, selamat ulang tahun diriku ~~~"

Baiklah, akan saya analisis.
Kalimat di atas diawali dengan sebuah pengumuman tidak langsung, yakni gue sedang ulang tahun. Sebagian orang mungkin akan membaca itu dengan, "Idih, ulang tahun saja diumumin", "terus? gue harus bilang wow gitu" dll. Atau mungkin ada juga yang tulus mengucapkan selamat lalu mendoakan. Terima kasih untuk mereka.

Itu memang yang saya rasakan setiap kali ulang tahun. Degdegan. Gabungan dari berbagai rasa deh. Senang banget karena wow, sudah 22 tahun loh! tidak terasa. Benar yang mereka katakan, Time flies.. Kalimat ini muncul lagi , "rasanya baru kemarin gue ....., sekarang sudah di sini dan begini." Penasaran. Besok ada apa ya? Nanti ada apa ya? Pokoknya, WOW!

Kalimat berikutnya adalah, ucapan selamat yang ditujukan pada diri sendiri. Saya mencoba untuk menghargai diri sendiri. Sudah lama, gue melihat gue sebagai gue dan gue yang satu lagi. Kami berdua bekerja sama. Dua sisi dalam gue. positif dan negatif. baik dan jahat. Kadang mereka bertukar posisi, dll. Intinya, menghargai diri sendiri. Kalau gue bisa mengucapkan selamat ulang tahun pada orang lain, kenapa tidak pada diri sendiri?

Ini nih, masalah gue. Kadang terlalu memikirkan apa yang mungkin orang lain pikirkan. Padahal, belum tentu orang lain itu mikirin kan. I worry too much for some useless things. Gue nulis ini oun, mungkin berawal dari, setelah gue nulis kalimat itu, orang lain akan memikirkan sesuatu. Nah, gue tulis saja ini sebagai bentuk pembelaan diri. Sebelum oran nge-judge. Padahal, mungkin saja itu sebenarnya gue sendiri. Gue menghakimi diri sendiri dengan mengatasnamakan orang lain, karena gue pun tidak tau apa isi pikiran orang lain. 

Jadi, mulai hari ini, saya akan belajar untuk tidak menghakimi diri sendiri dan orang lain. Melakukan apa yang dirasa benar, tanpa menjadi egois dan angkuh. Memperhatikan diri sendiri. Belajar dan belajar.

Jadi, selamat ulang tahun diriku ~~~ yuhuuuuuyyy,

Sabtu, 31 Agustus 2013

Mata Indah Bola Pimpong

Aku dan dia adalah sepasang sahabat. Bukan, bukan sahabat. Kami kawan. Menurutku, kawan itu lebih dari sekedar teman tapi belum sampai ke tahap sahabat. Kawan itu penuh petualangan dan manis. Tetapi, dia menganggapku sahabat. Aku menganggukan kepala dan senyum manis membingkai wajahku ketika dia memanggilku sahabat. Rasanya melayang di antara gumpalan awan selembut kapas, namun kakiku tetap berpijak di atas hamparan rumput gajah yang semakin menghijau di awal musim penghujan.

Pertemuan pertama kami selalu kusimpan rapat di dalam kepala dan hatiku. Jumpa pertama di sekolahnya. Sebuah sekolah dasar yang letaknya persis di samping gereja. Sekolah yang akhirnya menjadi sekolahku juga karena kuputuskan pindah ke situ satu tahun sebelum lulus pendidikan dasar. Bukan karena dia. Tentu saja bukan, melainkan karena kepongahan orang dewasa yang membuat si bocah cilik harus memutuskan jalannya sendiri. Ah, untuk apa membicarakan orang dewasa?

&&&

Kala itu aku dan dia mengikuti sebuah lomba cerdas cermat. Jangan salah, itu merupakan lomba paling bergengsi tingkat sekolah dasar di daerah kami. Bayangkan, pemenangnya bisa mengikuti lomba ke tingkat kabupaten dan mendapat hadiah empat buku dan dua pulpen yang diberikan langsung oleh Pak Camat!! Bisakah kau rasakan desiran darahku ketika kuceritakan hadiah yang menggoda itu?

Aku dan tiga teman, perwakilan dari sekolah kami, menggila. Dari sepuluh sekolah yang bertarung di tingkat kecamatan, hanya satu sekolah yang lolos ke tahap selanjtnya, yaitu seleksi tingkat kabupaten. Dan pemenang itu adalah kami. Kami berempat berhasil mengalahkan sekolah-sekolah lain. Termasuk dia dan sekolahnya. Kukalahkan kau. Egoku memuncak membayangkan dia  dan teman-temannya kalah dari kami. Mereka sekolah di kecamatan, padahal kami dari desa. Rasakan, ucapku dalam hati. Kau harus berhati-hati. Kau akan melihatku karena aku sudah melihatmu lebih dulu.

&&&

Aku memperhatikan dia. Caranya berlari, menggiring bola, mencetak gol dan merayakan setiap gol yang berhasil dia ciptakan. Wajahnya, masih sama. Senyumnya juga. Kutenggelamkan diri dalam rangkaian huruf, membentuk deretan kata dan rangkaian baris. Cantik. Setiap baris yang kubaca menciptakan rasa yang berbeda. Aku belum mengerti tapi rasa itu, menenangkan. Sesekali kulayangkan pandang, kusapu seluruh lapangan dengan harapan akan menemukan sosok yang kucari.

Sial!! Sesuatu menimpa kepalaku. Bentuknya seperti, bola!! Segera kuambil dan bersiap untuk memuntahkan sumpah serapah pada orang-orang yang tidak becus menjaga bolanya. Kubalikkan badanku dan kulihat dia berlari ke arahku. Seketika caci maki tidak berani berloncatan dari mulutku. Bibirku mengatup terkunci rapat. Dia semakin mendekat dan berdiri di depanku. Matanya menatap mataku. Dia tersenyum, meminta bolanya kembali, mengucap maaf dan memintaku melakukan sesuatu agar kuberikan maafku. Apa? Setengah sadar kuayunkan tangan kanan dan mendarat di kepalanya. Sebuah jitakan yang cepat dan tepat. Dia mengaduh. Aku tahu, dia berpura-pura. Sebelum berlalu dia tanyakan, apakah aku akan sekolah di sini dan apakah aku dulu pernah ikut lomba cerdas cermat mewakili sekolah Y? Iya. Singkat dan padat. Dia ingat.

&&&

Aku dan hidupku sangat istimewa. Kubiarkan takdir membawa kami ke tempat-tempat baru. Kulakukan yang terbaik di setiap persinggahan. Kesempatan yang lewat segera kuambil. Hasil akhir, biarkan Yang Maha Esa yang mengaturnya untukku.
Satu setengah tahun di tingkat menengah, itu berarti dua tahun sudah aku dan dia berkawan. Ada beberapa gadis yang menaruh hati padanya. Aku tidak pernah ingin tahu bagaimana kelanjutannya. Sesekali kubiarkan dia dan dunianya.

Waktunya pun tiba. Itu dia. Aku harus segera berkemas. Keretaku sudah menunggu. Sirine kereta meraung-raung memaksaku segera ucapkan selamat tinggal. Iya, baiklah. Kulakukan dengan cepat. Lambaian tangan dan doa. Dalam dan berarti. Tidak ada yang berbeda. Kuperlakukan dia sama seperti yang lain. Hanya saja, dia kawan, sementara yang lain teman.Selamat tinggal kawan! Kelak kita akan berjumpa kembali atau mungkin saling melupakan.Bukan hanya kau yang kutinggalkan. Ayah, Ibu, keempat saudaraku dan kampungku juga kutinggal. Banyak yang ingin kumengerti karena dunia tidak terbatas pada hamparan hutan lebat di kampung kita atau aliran sungai di belakang rumah kami.

&&&

Seminggu yang lalu. Ketika aku sibuk dengan makalah semester pendek. Malam semakin larut, menjelang tengah malah. Meskipun suara kendaraan masih sambung menyambung di ujung jalan, tetap saja. Malam adalah malam. Kurayu mata dan badan agar tetap terjaga. Selesaikan apa yang harus kita selesaikan lalu istirahat dan bermimpi yang indah. Mungkin, dia akan mampir malam ini.

Jejaring sosial yang semakin lama semakin basi menggodaku. Katanya, sebentar saja untuk menyegarkan mata dan melemaskan punggungmu. Aku menurut. Beruntungnya aku. Tidak perlu kutunggu malam atau mimpi karena dia ada di sana. Ku sapa dan dia off. WOW!! Aku malu dan ragu. Kuputuskan untuk kembali ke tugasku. Bergulat dengan makalah sebuah mata kuliah yang turut andil dalam menunda kelulusanku. Aku menyalahkan sebuah mata kuliah untuk kegagalanku. Aku malu. Hanya dalam hitungan menit dua kali sudah kurasakan malu.

Aku tarik nafas dalam-dalam. Kupejamkan mata sekejap lalu  kupusatkan semua pikiran dan energi yang tersisa untuk menyelesaikan tugas ini secepatnya. 15 menit berjalan dengan sangat lancar. Terlalu mulus hingga muncul sedikit rasa khawatir dalam hatiku. Apa yang akan terjadi?

Zzz..zzz.. ponselku bergetar. Sebuah pesan singkat baru saja masuk. Dari siapa ya? Kuraih ponsel yang sudah beberapa jam hanya tergeletak di samping layar komputer. Namanya tertera di sana. Dia yang tadi mengabaikan ketika kusapa, sekarang malah mengirimiku ssebuah pesan? Sesuatu yang lebih personal dari sekedar sapaan di jejaring sosial. Sesuatu yang dikirimkan langsung ke nomorku. Berapa lama waktu yang dia butuhkan untuk menemukan namaku di daftar kontaknya?Ah, aku terlalu mendramatisir.

Dia minta maaf karena sinyal internet di daerahnya tidak bagus. Di akhir pesan, dia menanyakan kabarku. Berarti dia ingin melanjutkan pembicaraan singkat ini. Aku jawab semua yang dia tanyakan dengan gayaku  dan sesekali kubalas dengan akhir tanda tanya. Tidak buruk. Kami kembali ke masa kanak-kanak, di sekolah dekat gereja. Dia bilang aku membuatnya tertawa. Mungkin bukan 100 % aku. Hey, itu hanya kallimat-kalimat pendek dan menurutmu itu membuatmu tertawa? Baiklah, semua orang butuh tawa, baik tawanya sendiri atau sekedar tawa orang lain. Aku senang bisa memberikan kebutuhan itu padamu.

"Sya, coba dengarkan lagu Iwan Fals, judulnya mata indah bola pimpong," itu pesan terakhir darimu  di malam itu. Aku belum pernah mendengar lagu ini. Aku penasaran. Lalu kucari dan kudengarkan lirik-liriknya.

Satu pertanyaan yang terbesit di pikiranku adalah, "Kenapa kau memintaku mendengarkan lagu ini?" Sudah kuketik. Tinggal kutekan send dan akan kudapatkan jawaban. Kubaca sekali lagi, lalu kuhapus. Kuketik sekali lagi.

Lagunya bagus. Liriknya juga. Kau gunakan ini untuk merayu pacar? :D

Sepuluh menit berlalu dan tidak ada jawab. Kuputuskan untuk berhenti menunggu. Kurapikan tugasku dan beranjak tidur.

Kawan. tetaplah kawan. Kita memulainya sebagai kawan dan mungkin akan berakhir sebagai kawan. Kulupakan malam itu. Kuhapus sisa-sisa obrolan kita. Apa pun yang aku atau kau rasakan malam itu. biarlah menjadi bumbu penambah nikmat perkawanan ini. Mungkin dalam bahasamu, persahabatan.

Rabu, 24 Juli 2013

Anger

This week is terrific. I feel so angry. There are a lot of anger, disappointment, sadness, and I'm hopeless. I can't breath well due to too much negative energy inside. My heart and mind full of something bad. I can't think clearly. I can't focus on my final thesis. I suppose to finish the book for my data this weekend, but until now even the first chapter haven't started yet. Everything's messed up. I'm getting older than my real age. Too much eating and sleepless. Sometimes I do hate myself for being grumpy for every whole day. Emotionally, I'm dead.  

And all this bad things are caused by my sister and my mom. I'm not trying to blame someone for this bad feeling, but, Ok, let's say they made it worse. 

A week ago I told my mom that I have a job, not the new one. I teach german in St. John's school. I teach three classes every friday. I can earn enough for my daily needs. I thought that was a good news and wanted to share it with my mom. When I told her, she asked me to sent some of my salary. Actually I had no problem with that, if only she keeps that until I get the salary!!! Of course I'll share my money with her, but maybe not now because I still need that to pay this and this. She ruined my mood.

Just a few seconds after that, I heard bad news (for me) from my sister. She's gonna marry next Februar!!! How come?? She just graduated last year and this month is just her third month working in hospital. Even her salary can't pay her own needs yet. We still have three younger brother and sister, who will need more money for their education. And our dad is a jerk. It's two months already, since I fought with him and until now we don't talk to each other. Actually our relationship is not good since January and it's getting worse and worse. For now, I hate him. So, considering about this reasons how dare she decided to get married next year?? Where does she put her brain?? In her knee. Yeah, must be there. So selfish.

To make it worse, she never even see her soon-to-be-husband. NEVER. She knew him from a friend and they're having all that fucking love story only by phone!! And facebook, of course. Shit!! How can she do that?? I did try a few times to explain the situation. I'm sure now she's totally blind due to their fucking love. 

Let's jump to the worst part. I told mom. Lucky you, my sister! Mom has no problem with that. GREAT. I was speechless (until now). I was starting to ask myself, who's the craziest one here? was it me?? Was I thinking irrationally? 
I have no idea. 

So now, since we can't understand each other, I live in silent. I don't talk to my sister and mom. I need time. I am such a really good artist, since I can hide all my broken, full of pain heart. For the first time, I feel so faraway from my own family. And I don't really like it. Seriously. 

Good story, huh?

Rabu, 12 Juni 2013

Aku dan pikiranku

Aku dengar mereka mau main bersama. Bukan hanya mereka berdua, tapi kawan-kawan yang lain juga. Wah, sepertinya seru tuh. Boleh ikut tidak ya? Eits, sebelum ikut-ikutan ada baiknya cek-cek 1,2,3 dulu. Mereka mau kemana? Sama siapa saja? Apa yang akan mereka lakukan dan kapan?

Ah, iya. Sayang sekali. Ternyata mereka tergabung dalam sebuah kelompok dan namaku tidak tercantum dalam daftar hadir mereka. Dulu memang namaku pernah kutulis di sana, sebelum akhirnya aku keluar karena wajahku akan berubah menjadi seperti mayat hidup setiap kali berhadapan dengan pemimpin mereka. Jangankan dalam acara kelompok, berpapasan di pinggir jalan pun aku enggan menyunggingkan senyum. Untukku, dia seorang pelawak gagal.

Akan tetapi, tidak untuk mereka. Mereka melihatnya seperti dewa, apalagi ketika dia sedang menutup mulut dan berdiri tegap  menyamping, lengkap dengan kemeja, jeans, dan sepatu hitam andalannya. Mereka memujanya. Membicarakannya terus menerus dan saling menimpali bila topik mengenai dia muncul. Jangan melirikku dengan sudut matamu yang hampir membuatku membeku. Jangan kau pikir aku aneh karena pikiranku tentang dia berbeda dengan mereka. Ada baiknya kau dengarkan mereka.  Bagi kawan-kawan ini, dia hanyalah objek. Bahan untuk diangkat lalu dihempaskan, dicela, diejek dan diinjak-injak oleh rangkaian kata yang berloncatan dari mulut yang kepanasan. Haha, kasihan dia.

Aku tidak mau. Aku putuskan lari dari kelompok di hari pertama dia masuk. Itulah yang kulakukan. Aku urungkan niatku. Aku tidak mau main bersama mereka. Terlalu susah untukku seolah-olah menikmati padahal tidak.

Dan, mereka berdua akan bertemu di sana. Mereka akan menyendok nasi dari satu bakul, duduk di atas satu tikar, mungkin, mereka akan duduk berhadapan. Apakah mereka akan saling menyapa? Siapa yang memulai? Aku penasaran setengah mati. Bagaimana mereka berdua mengakhiri konflik itu dan bergabung dalam satu kelompok pecinta seorang pelawak gila?? Oh Tuhan, kau benar-benar pintar memainkan kami.

Kawanan lain dalam kelompok memainkan peran masing-masing. Lupakan kalau mereka berdua pernah saling membenci. Lupakan itu! Jangan pernah ada mulut yang ingin bernostalgia ke masa itu. Jangan. Kita hanya harus mengunyah makanan dan menggosipi dewa kita. Pandangan kita tidak boleh tertuju pada mereka berdua. Mereka mungkin akan merasa dicurigai. Meskipun sebenarnya kita juga penasaran setengah mati, tapi kita harus menguburnya. Kita akan tanyakan pada salah satu dari mereka berdua setelah kelompok ini mati. Mati?? Jangan pura-pura bodoh. Kau dan aku. Kita tahu suatu hari kelompok ini akan mati. Semua yang dibangun di atas dusta akan mati. Kita juga kan?

&&&

Setelah semua yang terjadi. Mereka berdua kembali. Setelah seonggok daging berhati picik sempat mengacaukan mereka?? Ya. Aku kagum. Sikapku berlebihan. Siapa aku mencemaskan mereka berdua? Mungkin kisah pahit itu sudah hilang bersama hilangnya seonggok daging berhati picik. Tuhan saja tidak mengkhawatirkan mereka. Buktinya, mereka dilukis dalam satu pigura. Makan, main, tertawa dan gossip. Tetapi, bisa saja mereka berpura-pura, siapa yang tahu hati manusia??

Bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan ini? Kau kan tidak tahu isi hati mereka berdua. Kau mengacaukan hidupmu dengan membuat hidup orang lain kacau, walau hanya dalam kepalamu yang sama kacaunya. Hahahaha, kau bodoh. Hentikan mencemaskan hidupmu dan hidup mereka.


Senin, 10 Juni 2013

Jalan-jalan ke Yogyakarta :)

Akhirnya, keinginan tanggal 21 Januari lalu terwujud. Tidak sepenuhnya sih, karena tujuan paling utama justru tidak tercapai. Beberapa bulan lalu  dalam perjalanan pulang dari Medan ke Jakarta, saya membaca sebuah kalender event-event budaya Indonesia. (Judulnya beneran event BUDAYA loh, bukan agama atau religi). Dari sekian banyak acara yang akan digelar selama tahun 2013, hanya yang satu ini yang menurut saya mudah dijangkau, dari segi jarak maupun finansial. Acara Waisak di kawasan candi Mendut-Borobudur, namun yang paling berkilau di mata dan kepala saya adalah acara pelepasan ribuan lampion di candi Borobudur.

Nah, akhirnya keinginan ini pun tercapai, meskipun tidak 100%. Awalnya, hanya saya dan Pinka yang akan pergi, tapi kira-kira sebulan sebelum berangkat Ika dan Gege bergabung. Saya sendiri bersemangat banget soalnya, ini akan jadi perjalanan perdana, perdana naik kereta ke luar kota, kunjungan perdana ke candi Borobudur dan pertama kali liburan bareng Ika, Pinka dan Gege.

Jumat, 24 Mei 2013

Kami berangkat dari stasiun Jakarta Kota pukul 11.30 dan tiba di stasiun Lempuyangan sekitar pukul 22.00. Kami naik kereta ke Surabaya karena tujuan Jogja sudah habis terjual. Suasana sepanjang perjalanan menyenangkan. Kami duduk di gerbong 4, berjarak 1 set kursi dari toilet. Di sebelah kami ada cowok chinese berT-shirt kuning, celana kotak-kotak,sandal jepit hitam dan tas ransel hitam. Saya lihat dia sendirian saja, jadi saya pikir nanti akan numpang tidur di kursi di depannya. Tapi, ga jadi karena 5 menit sebelum kereta berangkat kursi itu tidak kosong lagi. Seorang pria berusia sekitar 45-an duduk di sana dan segera terlibat obrolan asik dengan cowok bersandal jepit.

Aku duduk dekat jendela berhadapan dengan Gege. Pinka duduk di sebelahku dan Ika di samping Gege. Obrolan kami seputar hal-hal yang sering dijumpai sehari-hari. Agama, konstruksi sosial di masyarakat, FPI, babi, bir, anggur, dll. Di perjalanan pulang akan terungkap sebuah fakta antara Gege dan babi. hahahaa. Teman-teman saya ini sepertinya penasaran dengan babi. Mereka terpesona dengan cerita saya tentang babi-babi kami di kampung. Mungkin mereka perlu melihat babi secara langsung, bukan babi-babian berwarna pink yang dijual di toko-toko. Heran juga, kenapa ada orang suka babi-babian?? Saya suka babi hanya karena rasanya yang enak, bukan lucu. Apa lucunya babi??

12 jam kemudian, awake dhewe tekan stasiun Lempuyangan ing Jogjakarta. Saka stasiun awake dhewe numpak taksi menyang penginapan, mess TNI AL. *terimakasih untuk kelas sastra jawa dasar*. Kami bisa nginap di sini karena papanya Gege punya kenalan dari AL. Gege menyebutkan nama seseoarang dan kami segera diantar ke kamar. Kamrnya besar dan nyaman. Ada AC, kamar mandi (ada air panasnya juga), TV, kulkas (tidak dipergunakan karena ga punya apa-apa untuk disimpan di kulkas, hiks), handuk, peralatan mandi dan lemari.

 

Penginapan


Begitu masuk kamar, saya langsung mandi. Badan sudah lengket-lengket, muka penuh minyak, dan rambut pun lepek. Selesai madi, temannya Ika sudah menunggu. Jadi, kami ditemani temannya Ika selama di jogja. Kami diantar kemana-mana dan dibawa ke tempat seru. Awalnya merasa ga enak karena takut ngerepotin. Tapi, kata dia, selow aja. Dia juga mau sekalian liburan. Anaknya asik, seru dan jayus -_-. Namanya Makur. Kami sering salah manggil namanya. Matur, Makrur, Matre (jadi clue nya ada hruf  m dan r, spontan Gege bilang Matre, ckckck), yang terakhir adalah, Marco (ini dari gue, dan sampai pulang aku manggil dia Marco).

Pertama kali ketemu Makkur  aku bilang mau makan gudeg, persis seperti yang dibawa nantulang dari Jogja bulan maret lalu. Aku jelasin rasa dan warnanya. Terus, dia bawa kita ke Gudeg Sagan. Kata Makkur, ini tempat jual gudeg terenak di Yogja, karena rasanya pas untuk semua lidah. *alah* Malam sudah larut. Gudeg pun mulai habis. Malam itu, kami makan gudeg dengan nasi, telor dan krecek karena ayam nya sudah habis. Warnya sih sama dengan yang aku bayangin, pas dimakan, yes!! rasanya juga sama. Sama-sama enak. Marco nanya, sesuai espektasiku atau enggak. Aku bilang sesuai banget, tapi kreceknya pedas. Gudeg ini enak banget!!Penasaran nomor 1 terpenuhi: makan gudeg enak (enak versi saya) di Yogja.

Gudeg Sagan


Setelah makan gudeg, kami bergerak ke Tugu. Tugu ini merupakan salah satu landmark Yogyakarta. Terletak persis di tengah perempatan Jl. Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran Mangkubumi. Makkur bilang, lagi rame banget nih. Aku bilang, tidak ramai. Ini nih satu hal menarik buat saya, apa yang Makkur bilang ramai, buat saya tidak ramai. Mungkin karena saya membandingkan dengan Jakarta atau Depok lah. Dimana ramai itu artinya, tidak bisa melihat benda berjarak 1 meter dari kita karena sudah ketutupan orang. Setiap mengunjungi tempat ramai versi Makkur, saya tenang-tenang saja. Kecuali kawasan candi pas Waisak ya, itu mah udah mutlak ramai.

Tugu Pal Putih


Kalau ke Tugu lagi harus hati-hati ya karena mobil-mobil dari empat sisi lalu lalang. Kalau mau nyebrang perhatikan lampu lalu lintas dengan benar. Jangan asal nyebrang ya. Di sini kami berfoto-foto ria. Ada mas-mas bercelana pendek dan memakai blankon yang dengan senang hati mau memotret kami. Mas nya oke banget. Dia tidak keberatan jongkok, mundur, maju, setengah berdiri, dan bergerak ke sana ke mari agar bisa mendapat foro yang bagus. Padahal kamera kami hanya kamera digital biasa bukan XLR dan sejenisnya. Kerja keras mas nya ga sia-sia, jepretannya bagus-bagus loh. Dia juga ramah, katanya, sebagai warga lokal, kami harus baik ke turis. Hahaha, disebut turis, saya merasa wow gimana gitu. "Ke sini lagi ya," pesan si mas. Kami mengiyakan, lalu berjalan ke mobilnya Makkur untuk melanjutkan tur malam hari kami. Penasaran nomor 2 terpenuhi: Foto-foto dan melihat Tugu Pal Putih yang sering muncul di FTV dan audisi acara pencarian bakat.

Tujuan berikutnya adalah Universitas Gadjah Mada. Wisata ala kami anti mainstream banget kan? hahaha :D Biasanya orang jalan-jalan ke Yogja ya, pasti ke Malioboro. Kami malah ke UGM, wisata pelajar nih. Kami bahkan ga ke Malioboro, hanya lewat. Oke. Siapa pun boleh masuk ke UGM. Bebas. Tanpa bayar. Bahkan tanpa uang parkir. Dulu sempat pake bayar karena bis dan angkot masuk kampus hanya untuk mutar balik, jadi bikin kacau. Tapi, mahasiswa menolak bayar-bayaran ini, akhirnya digratisin lagi. Aku lupa nanya, sekarang bis dan angkot masih masuk atau ga.

Awalnya, aku kira UGM itu ada beberapa kawasan ternyata enggak. UGM itu hanya satu area, tapi memang ada jalan besar melintas di area UGM. Kesannya, UGM itu ada dua area. Kami keliling-keliling kampus. Ada info baru mengenai rektorat UGM. Rektorat ini didesain oleh orang Rusia. Ceritanya, untuk menunjukkan hubungan baik antara Soekarno/Indonesia dan Rusia. Di UGM itu, filsafat memiliki fakultas sendiri, yaitu Fakultas Filsafat. Beda dengan UI, filsafat masuk ke fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Di UGM sendiri fakultas yang sama bernama Fakultas Ilmu Budaya (tanpa Pengetahuan). Singkatannya jadi lebih pas sih.

Setelah itu, kami ke alun-alun Yogyakarta. Tempat ini sangat terkenal. Tempat gaul anak-anak Yogya. Sebagai ruang publik, bukan hanya anak-anak muda yang main di sini.. Semua orang ada, dari anak kecil sampai kalangan sepuh. Ada angkringan juga. Tadinya makan nasi kucing di angkringan masuk dalam 'daftar penasaran' sih, tapi sejak baca artikel kalau makan angkringan bisa tertular penyakit hepatitis soalnya ada beberapa penjual yang peralatan dan bahan makanannya kurang bersih (saya pakai 'kurang' bukan 'tidak', siapa yang bisa menjamin kalau makanan yang saya makan setiap hari benar-benar bersih?), nyoba makan di angkringan pun tidak membuat saya penasaran lagi. Bukannya menghakimi tanpa mencoba. Saya hanya bersikap waspada. Lagipula, (fakta) itu bisa dipercaya ko. Di kantin kampus, saya sering menemukan yang kotor-kotor. Selain itu, harga makanan di Yogya tidak menguras dompet ko. Makan di angkringan segera dihapus dari daftar kira-kira 3 minggu sebelum berangkat.

Turun dari mobil saya melempar pandangan ke seantero alun-alun. Mana pohon kembarnya? (Saya menyebut pohon beringin itu sebagai pohon kembar. Ke Makkur, saya bilang, "Kur, aku mau lihat pohon kembar (atau dempet, saya lupa) kaya gini." Sembari mengangkat tangan persis di samping kanan dan kiri muka saya. Posisi telapak tangan berhadapan). Kebetulan mobil Makkur diparkir di sebelah kiri, dari arah situ yang terlihat hanya satu pohon karena posisinya berada di satu garis lurus. Setelah berjalan seperempat putaran saya bisa melihat kedua pohon dengan jelas. Mereka berdua dikandangi. Mungkin untuk menjaga, agar tidak ada yang duduk persis di bawah pohon (nanti bisa-bisa muncul tulisan-tulisan sejenis "A was here" kan ga lucu). Saya mencari-cari kain kecil untuk menutup mata. Apakah yang akan saya lakukan??

Apa lagi kalau bukan menutup mata, mengucap harapan, berjalan melewati kedua pohon beringin dan berharap langkah saya tidak melenceng kemana-mana. Karena tidak ada kain, Makkur menyewa kain penutup mata dan memberikan ke saya. Terima kasih Makkur. Saya tidak tau kalau ada rental kain penutup mata. Saya mencoba permainan ini tiga kali. Yang pertama tidak berhasil. Yang kedua, saya berhenti sebelum sampai dan membuka mata sehingga harus ngulang lagi dari awal. Itu karena sebelum mulai, Makkur bilang, "Hati-hati loh, nanti ada yang narik". Ketika saya tanya, dia tidak mau memperjelas. Kan saya jadi parno. Apalgi, tiba-tiba saya mencium bau kemenyan. Otomatis, saya langsung membuka kain penutup mata. Takut juga sih, kalau tiba-tiba saya sudah di alam mana gitu. Ternyata, Gege dan Ika juga mencium bau yang sama. -_- Imajinasi yang berlebihan.
Ketiga kali, saya pun berhasil. Jurinya, Ika dan Gege. Yes!! Ada mitos, kalau berhasil melewati kedua pohon dengan mata tertutp harapannya terkabul. Amin. Tapi, itu seru!! Penasaran nomor 3 terpenuhi: berjalan melalui dua pohon beringin di alun-alun Yogya. Penasaran ini muncul ketika saya menonton acara Ceriwis di Trans TV beberapa tahun lalu. Hahaha :D

Dalam semalam tiga penasaran terpenuhi. Saya senang. Tinggal Borobudur! Sampai jumpa besok ya.. Makkur mengantar kami ke penginapan. Setelah bersih-bersih aku, Gege, Ika dan Pinka naik ke tempat tidur. Aku sama Gege masih ngobrol-ngobrol (sama Ika juga ga ya? Aku lupa soalnya dia tukang tidur) Kalo Pinka udah tidur beneran. Tapi, sebenarnya saya juga lupa ngomongin apa saja. Soalnya udah ngantuk. Saya bahkan lupa, kapan obrolan itu berakhir... Zzzz..

Sabtu, 25 Mei 2013

Harus bagun pagi biar nanti ga kejebak macet menuju Borobudur. Pinka mandi paling dulu. Pinka bangun pukul 05.00. Saya merasa tersindir. Kenapa anak kos bangun lebih dulu??? TIDAK MUNGKIN!! *lebay*
Pukul 07.00 kurang Makkur tiba di penginapan kami. Setelah itu langsung capcus (apa ini?) ke kos an Vania, teman Ika dari Bogor tapi kuliah di UGM, sama kaya Makkur. Vania juga kenal Makkur. Dari kos Vania kami berangkat ke Magelang. Awalnya agak awkward sama Vania, tapi lama-lama suasana cair dan kita bisa tertawa bareng, ngegosipin orang-orang di Borobudur, main ABC 5 Dasar, makan bersama dan ngantri-ngantri ria di tengah hujan deras.

Sebelum ke Borobudur kami mampir ke rumah makan Cinde Laras, rekomendasi dari Vania. Makanannya enak. Saya suka. Harganya juga terjangkau. Aku makan mangut Lele + nasi. Begitu juga Gege dan Makkur. Vania dan Pinka makan mangut lele tanpa nasi. Ika beda sendiri. Dia makan pecel + tempe bacem + nasi. Tadinya mau makan mangut yang lain (kata Vania, mangut yang ini terbuat dari ikan-ikan kecil). Tapi, mangut yang ini lagi kosong. Yaudah, akhirnya makan mangut lele saja. Jadi mangut lele ini terbuat dari ikan lele yang digoreng plus kuah kuning. Ada pete dan cabe rawit berukuran raksasa (bukan cabe rawit biasa. Beda dengan cabe rawit yang dikasih gratis sama abang-abang gorengan). Cabe yang ini warnanya oranye. Tapi karena cabe ini masih  utuh, jadi tidak pengaruh ke rasanya.

Setelah makan kami melanjutkan perjalanan. Kami terlibat pembicaraan seru. Sepanjang jalan ngobrol terus. Ada aja yang diomongin. Mulai dari seorang Bapak dari Sidoarjo (atau kota lain?) yang berjalan kaki ke Jakarta untuk menunjukkan aksi protes ke Aburizal Bakrie. Begitu sampai Jakarta Bapak ini nginap di Kontras. Eh, besoknya si Bapak tiba-tiba hilang dan muncul di TV One. Bapak ini minta maaf ke Aburizal Bakrie dan percaya bahwa ARB mampu menyelesaikan semua masalah. Pinka tau cerita ini dari sebuah film dokumenter yang diputar di kampus. Aku juga tau sih, dari cerita teman tapinya.

Aku banyak nanya-nanya jalan ke Makkur dan Vania. Maklum, itu pertama kalinya aku (bebas) jalan-jalan di Yogya. Sebelumnya, pas SMA pernah ke Yogya juga, tapi hanya sebentar dan tempat yang dikunjungi pun tidak banyak, hanya Maliobor dan sejenis Keraton, di dalamnya ada pemandian. Saya lupa namanya.

Tiba di kawasan candi Borobudur kami menyewa sepeda. Tadinya, mau ikut prosesi waisak mulai dari candi Mendut, tapi karena terlalu beresiko, resiko macet dan tidak dapat parkir, kami pun memutuskan langsung ke Borobudur. Di sana kami menyewa sepeda (harganya lebih mahal daripada naik kereta, tapi lebih santai). Ika tandem sama Makkur, Pinka sama Gege. Aku dan Vania bawa sepeda masing-masing. Seru banget!! Meskipun panas tapi saya sangat menikmati. Panasnya ga sepanas di Depok, soalnya. Di sebuah (halte) kami santai-santaidulu, ngaso-ngaso dan foto-foto. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba topik mengenai 'ices' muncul. Saking hot-nya Makkur sampai kepo-in akun facebook ices ini. Saya ketawa-ketawa aja sih, agak jahat tapi mau gimana lagi, kocak. Paling ga, dia masih diingat lah ya, walaupun karena ke'kocak'annya.

Puas ketawa-ketiwi kami mengayuh sepeda mendekati candi. Sepeda Gege bermasalah. Rantainya lepas. Saya balik lagi bantu mereka memperbaiki rantai. Untung gue mantan anak sepeda! *sombong*.
Semakin mendekati candi, saya semakin tidak sabar. Penasaran gimana sih isi candi Borobudur yang terkenal ini? Wuih, tangganya banyak! Saya kagum dengan pekerja yang membangun candi ini. Bagaimana caranya mereka mampu mengangkat batu-batu, yang ukuran terkecilnya sebesar kepala saya, ke tempat setinggi ini? Keren!! Saya terpesona!! Saya akan selalu terpesona!!
Relief nya benar-benar bercerita. Saya hanya mereka-reka ceritanya berdasarkan sejarah agama Budha dan Sidharta Gautama yang saya pelajari waktu SMP dan SMA. Banyak hal yang saya sayangkan. Di spot-spot yang bagus tiba-tiba ada papan "Dilarang buang sampah sembarangan". Peringatan ini ganggu banget sih. Salah. Bukan peringatannya, tapi letaknya itu loh. Ada akibat pasti ada sebab. Sebabnya apa lagi kalau bukan kelakuan pengunjung yang membuang sampah sembarangan. Gak mungkin petugasnya membuang sampah di sana kan? Mungkin aja sih biar ada kerjaan. *semoga ini hanya imajinasi saya saja*

Lagi asik-asiknya membaca relief tiba-tiba cerita terputus karena letak batu yang tidak sesuai. Kepala, tangan, pinggang ke bawah, pinggang ke atas, dll hilang atau mungkin barada di bagian lain. Ada beberapa batu yang hanya gambar kaki, atasnya batu polos. Sedih. Mungkin ini terjadi ketika proses perbaikan. Borobudur memang sudah mengalami kerusakan-kerusakan sehingga bati-batunya harus disusun ulang. Akan tetapi, seharusnya di susun dengan benar. Jangan acak-acakan. "Karena bukan lu yang ngerjain. Batunya berat tau!!", batin saya. Iya sih. Sayang banget..

Puas mutar-mutar, baca relief, foto sana sini, dan bersyukur untuk candi hebat ini kami turun dan duduk-duduk sambil memperhatikan pengunjung lain. Tingkah mereka membuat saya bingung. Ada yang naik-naik dan duduk manis di stupa. Padahal petugas sudah mewanti-wanti agar tidak naik, duduk atau menyentuh bangunan candi. Bahkan ada seorang ibu, yang sedang hamil atau memang berbadan besar, sedang duduk santai berjemur di atas bangunan candi.  Ada lagi seorang ibu yang meminta anaknya naik ke candi dan bergaya sebagai objek foto sang ibu. Lalu, ada sekelompok orang yang dengan santai berjalan melintasi rumput yang jelas-jelas sudah dipasangi tali penghalang agar tidak dilewati. Saya gerah dan kesal dengan pemandangan ini. Saya datangi mereka dan meminta agar lain kali mereka jalan memutar dan tidak menginjak rumput.

Sejak pukul 18.00 kami sudah menunggu tepat di depan paggung berisi altar pemujaan. Hujan sudah turun. Kami duduk menunggu para Biksu dan Biksuni memasuki area pemujaan. Sejam berlalu, tidak terlihat gerakan selain gerak para pengunjung yang mulai bosan dan mengeluh karena acara ngaret dari waktu yang ditetapkan di rundown yang beredar di jejaring sosial. Sejam lagi berlalu tanpa tau apa dan siapa yang kami tunggu. Padahal para Biksu sudah berada di altar. Mereka menggunakan payung untuk menghala hujan. Akhirnya, yang ditunggu-tunggu pun datang. Menteri Agama, Gubernur Jawa Tengah, petinggi kepolisisan stempat, dll. Sontak para pengunjung berteriak ketika orang-orang penting ini memasuki area pemujaan. Acara segera dimulai dengan sambutan-sambutan dari Menteri Agama, Gubernur Jawa Tengah dan diikuti oleh acara inti, yaitu doa dari Biksu dan perarakan mengitari candi Borobudur.
Acara sambutan tidak lepas dari teriakan pengunjung karena lama-lama banget. Acaranya sudah telat, hujan pula, saya pikir sebaiknya mereka mempersingkat kata sambutan. Udah gitu, habis sambutan mereka langsung pulang lagi. Gak sopan sih. Datang telat, pulang duluan. Menurut saya, bukan hanya pengunjung yang kalap yang tidak menghormati acara ini. Para Bapak dan Ibu pejabat pun menunjukkan sikap yang salah. Acara telat kan karena menunggu mereka. Tapi, ya sudahlah.


Jejaring sosial dan media-media online memberitakan kekacauan yang terjadi. Sebagian besar menyalahkan pengunjung yang memang salah. Ketika perarakan sudah dimulai beberapa pengunjung langsung naik ke panggung dan mengambil foto para Biksu yang sedang berdoa. Bagaimana kalau mereka ada pada posisi itu. Misal, lagi sholat di masjid atau lagi ibadah di gereja, lalu diganggu oleh orang-orang yang sedang 'liburan' dengan suara dan lampu kamera.

Mendekati pukul 21.00 pengunjung termasuk kami mulai bergerak ke stand pendaftaran lampion. Sebagian besar ingin meminta kembali uang yang sudah diberikan ketika pendaftaran dua jam sebelumnya. Panitia memang memberikan pilihan, uang dikembalikan atau pengunjung bisa menitipkan lampionnya dan panitia akan menerbangkan lampion bila hujan sudah reda. Lampion itu terbuat dari kertas. Kena air sedikit saja akan rusak. Kami memutuskan untuk mengambil uang kembali. Meskipun acara menerbangkan lampion tidak jadi, tapi saya bersyukur bisa mengikuti sebagian kecil prosesi waisak yang sarat dengan pesan-pesan universal. Saya kagum dengan mereka, yang meskipun hujan besar dan gangguan dari pengunjung, tetap setia dan menjalankan ibadah. Mereka bersyukur untuk hujan yang turun malam itu. Untuk berkat yang dicurahkan atas mereka. Saya mendapat apa yang saya cari. Bukan lampionnya. Tapi, pesan untuk direnungi. Selalu bersyukur untuk semua hal, baik suka atau duka, karena kelak aku akan tau suka dan duka akan membuatku kuat. Terdengar klise, tapi itulah hidup. Rintangan itu ibarat koma. Aku perlu koma untuk menarik nafas dan mempersiapkan diri untuk membaca rangkaian huruf berikutnya. Kalau hidupku tanpa kerikil, aku akan terus berlari dan lupa caranya berhenti. Untuk menikmati yang sudah ada saat ini.

 https://mail-attachment.googleusercontent.com/attachment/u/0/?ui=2&ik=3c0de18fdd&view=att&th=13f058d48db52bba&attid=0.1&disp=inline&safe=1&zw&saduie=AG9B_P9wAXKRVdSlNtoetODPyXIO&sadet=1370879749815&sads=ghjg9GuNlCvBpETYeFGs3Mfrue0&sadssc=1

Mengingat kekacauan yang terjadi, mngkin tahun depan panitia acara Waisak perlu memperjelas beberapa hal. Seperti, apakah acara ini terbuka atau tertutup untuk umum. Saya perhatikan semua petinggi (baik agama maupun negara) tidak me-mention pengunjung non Budha dalam sambutan mereka. Apa mereka tidak tau kalau tidak semua pengunjung beragama Budha? Ini memang acara keagamaan umat Budha, tapi mereka juga harusnya tau tentang pengunjung lain, sehingga mereka bisa mempersiapkan segala sesuatunya. Kalau acara ini khusus untuk umat Budha, tutup saja kawasan Borobudur untuk hari itu. Seperti ketika umat Hindu di Bali merayakan Nyepi. Kalau memang terbuka untuk umum, berikan tata acara yang benar. Apa yang harus dilakukan. Kalau memang niatnya baik, pasti pengunjung tidak akan keberatan.


Ketika urusan uang sudah selesai, kami memutuskan untuk pulang bertepatan dengan perarakan pertama. Hujan turun tanpa henti. Benar-benar berkah yang terus mengalir. Kami sempatkan membeli T-shirt untuk mengganti baju yang basah. Pelajaran penting untuk perjalanan selanjutnya adalah jangan memakai pakaian basah. Itu pertama kalinya gue memakai pakaian basah selama 3jam-an. Badan gue sampai ga bisa gerak. Semacam membeku.

Kami mengantarkan Vania ke kosan lalu lanjut ke penginapan untuk ganti baju. Habis itu kita ke cafe apa gitu (lupa namanya) mau nonton final champion dan makan. Di sinilah dua peristiwa epik itu terjadi. Pertama, saya, Ika dan Gege memesan cokelat panas. Nah, di cangkir mereka berdua ada gambar hati. Terus, punya gue cuma ada gambar blunderan, bentuk spiral sih. Atau bulatan doang? Entahlah, yang penting itu bikin gue bertanya-tanya. "Yang punya Mba ini, abstrak, seni," jelas si Mas. Saya hanya -___________- Speechless gue. Okelah Mas, matur nuwun. Itu cokelat paling berseni yang pernah saya minum. Ika, Gege dan Makkur ngetawain gue dong. Terus, gue cuma diam.

Kedua, ketika Champion selesai (Dortmund vs Munchen 1:2) makan pun selesai. Saya makan bakmi goreng yang pedaaaaaassssss banget.  Nah, si Makkur ini lupa naro kunci mobil dimana. Dia nyari-nyari dan ternyata kuncinya ketinggalan di mobil. Entah karena apa, yang jelas gue tiba-tiba manggil dia dengan "Marco". Ika dan Gege ngakak. Gimana caranya coba. Dari Makkur jadi Marko. Ini udah paling jauh lah.. Masih mending Gege, panggil dia Mattur. Nah ini, Marko. Main ganti nama orang.
Setelah itu kami pulang. mandi dan tidur. (04.30 WIB)

Minggu, 26 Mei 2013

Hari terakhir di Yogya...

Kami bangun pukul sepuluh-an.  Aku lupa Pinka nyampe jam berapa soalnya malemnya dia nginap di hotel tempat mama-papanya nginap. Kebetulan mereka lagi di Yogya juga, jadi Pinka bermalam di hotel mereka dan baru pulang ke penginapan kami minggu pagi.

Setelah bersih-bersih, packing, foto-foto dikit, Makkur dan adiknya nyampe. Puput, adeknya Makkur ikut jalan-jalan hari itu. Asiklaaah, jadi ramai. Puput sama kayak kakaknya, asik dan ramah. Setelah check out kita lanjut ke galerinya Affandi.

 


 
Saya ga ngerti-ngerti banget mengenai lukisan, tapi sebagai awam saya sangat menikmati. Lukisan-lukisan yang dipajang di sana KEREN BANGET!!! serius. Galerinya juga keren. Bentuknya seperti daun. Eh, setiap tiket masuk free minum loh.

Waktunya pulaaanngggg!!! Beli gudeg dulu deh untuk bekal. hahah...

Sampai jumpa lagi Yogya dan gudeg juga. I'm in love with you at the first bite.

*kisah gege ga jd gue ceritain. Belum ijin. hehe*

Kamis, 16 Mei 2013

PULANG oleh LEILA S. CHUDORI

Sejak tiga hari yang lalu saya sibuk dengan sebuah novel karya Leila S. Chudori berjudul Pulang. Novel ini direkomendasikan seorang kawan, Oli, ketika kami (dan beberapa teman kuliah) mampir di kosan Pinka dan berbicara ke sana ke mari (topik utama: setiap wanita harus mengenal dirinya lebih dahulu, luar dan dalam, agar mampu memuaskan dan dipuaskan). Novel ini muncul di sela-sela cerocosan saya mengenai betapa luar biasanya tetralogi Pulau Buru oleh Pramoedya Ananta Toer (saya belum baca semua sih, baru Bumi Manusia dan 75% Anak Semua Bangsa dan satu buku lain; Gadis Pantai)

'Pulang' merupakan salah satu karya sastra Indonesia terbaik yang pernah saya baca hingga hari ini. Setiap lembar demi lembar membuat saya tenggelam dalam kisah yang sebagian besar dilatarbelakangi peristiwa-peristiwa bersejarah di Indonesia: Indonesia 30 September 1965 dan Indonesia Mei 1998. Dua kejadian bersejarah yang menonjolkan posisi superior pemerintah yang saat itu dipimpin oleh orang yang sama. Ketika membaca buku ini, satu pertanyaan terlintas dalam pikiran saya, "Bagaimana kejadian yang sebenarnya?".

Gerakan 30 September 1965
Saya ingat, ketika masih kecil dan keluarga kami baru membeli seperangkat televisi dan VCD Player, ayah saya memutar sebuah film, bukan film dokumenter, tetapi di awal sekali dituliskan bahwa isi fiilm ini merupakan sebuah kisah nyata. Saat itu, tetangga-tetangga berdatangan, tua-muda, laki-laki-perempuan. Semua menyerbu rumah kami (Kalau tidak salah kejadiannya sekitar awal Oktober). Kebetulan jumlah rumah yang memiliki televisi masih bisa dihitung dengan satu tangan. Saya sendiri membiasakan diri dengan rumah yang hampir tiap malam selalu penuh.
Film itu berkisah tentang pemberantasan gerakan PKI di Blitar. Hanya sedikit adegan yang bisa saya ingat. Setelah sekian lama, hanya 'Pulang' yang membawakan ingatan itu kembali. (Otak dan memori manusia sangat luar biasa kan? Bagaimana mungkin film yang hanya kutonton sekali dua kali ketika masih bocah, tiba-tiba muncul kembali di usia hampir 22 tahun?? HEBAT!!) 
Dalam film tersebut, pemerintah merupakan pahlawan, yang menyelamatkan kami (warganya) dari sebuah gerakan yang sangat berbahaya. (Saya tidak yakin karena tahun itu, baru calon ayah dan ibu saya yang sudah lahir. Saya? Masih berada di langit)

Kemudian ingatan saya terbang ke masa SMP. Kelas 3 SMP di sebuah ruang kelas di derah Kelapa Dua, Depok, guru sejarah saya dengan berapi-api menjelaskan bab seputar kejadian September 1965. Kami bahkan disuruh menghafalkan tujuh pahlawan revolusi, termasuk jasa-jasa mereka dan bagaimana mereka tewas. Waktu itu saya takut dan benci. Muncul pertanyaan-pertanyaan. Kenapa mereka tega? Kenapa mereka sejahat itu? Kenapa, kenapa dan kenapa. Kemudian muncul rasa bangga kepada  perwira (dan pemerintah) yang mengorbankan diri untuk 'menyelamatkan' Indonesia.

Mei 1998/ Tragedi Trisakti
Empat hari yang lalu akun twitter Kontras dan Panji Pragiwaksono berkicau seputar kejadian pada 12 Mei 1998. Intinya, meninggalnya empat mahasiswa Trisakti akibat tembakan peluru aparat (pengaman) rakyat dan sikap pemerintah untuk 'menenangkan' para pengunjuk rasa melalui barisan tentara. Ketika Jakarta heboh dan hancur, kami di kampung sedang menanti-nanti panen padi. Saya benar-benar tidak tahu, kalau di Indonesia (Jakarta) pernah terjadi kekacauan separah itu. Saya juga tidak ingat kapan persisnya untuk pertama kali saya tahu kejadian ini. Kicauan Kontras dan cuplikan tragedi Trisakti dalam Pulang membuat bulu kuduk saya merinding. SERIUS!!

Dua peristiwa di atas adalah salah satu alasan kenapa saya menyukai buku ini. Pengetahuan baru dan pertanyaan baru. Beberapa tahun sebelum ini, apa yang saya lihat di film, saya baca di buku sejarah dan saya dengarkan dari guru mengenai Gerakan 30/September saya anggap sebagai sejarah yang sebenarnya. "Sejarah tergantung pada siapa penulisnya" memang benar. Sejarah Indonesia yang ditulis oleh sebagian orang belum tentu merupakan sebuah kebenaran yang harus selalu di-iya-kan. 
Tragedi Trisakti tidak ditulis dalam buku sejarah tidak berarti kejadian itu tidak pernah ada kan?

Alurnya yang jungkir balik memaksa saya agar selalu memperhatikan setiap tahun yang dicantumkan. Kemarin, saya sempat lupa dan akhirnya saya buka lagi beberapa halaman ke belakang agar bisa menangkap cerita dan mengerti jalannya. Karena saya enggan harus membaca lagi bagian bagian yang sudah saya baca (dan sangat penasaran apa yang akan terjadi di lembaran berikut), saya lanjutkan membaca, namun baru satu halaman saya balik lagi ke belakang karena hati tidak tenang. Terus maju padahal ada yang belum jelas di lembaran belakang. Selama 3 hari buku ini saya bawa kemana-mana. Saya baca setiap ada kesempatan. Selalu ada dalam tas, sehingga beberapa bagian mulai lecek. 

Isi setiap bab konsisten dengan judul babnya. Jadi, saya benar-benar fokus dari awal bab. Misal, di bab berjudul Ekalaya berfokus pada Ekalaya, satu tokoh dalam pewayangan, meskipun tetap ada tambahan lain. Oh iya, ini juga yang saya suka dari buku ini; kisah Ekalaya dan Arjuna. Bab ini memaksa saya segera mencari sumber-sumber tentang wayang, baik tokoh, cerita, dll. Saya penasaran, apakah cerita wayang yang lain sedahsyat kisah Ekalaya-Arjuna?

Saya seperti masuk dalam cerita dan menjelma menjadi setiapa tokoh. Inilah yang saya suka ketika membaca. Saya bebas menerjemahkan makna, membentuk tokoh dan seolah-olah menjadi tokoh di dalamnya. Inilah penyebab salah satu kekecewaan saya ketika novel Harry Potter and the Deathly Hallows difilmkan. Tokoh Dolores Umbridge dalam film tidak sesuai dengan Dolores Umbridge dalam pikiran saya ketika membaca novel. Heheh,.
 
Ada satu pesan Oli ketika buku ini baru beberapa detik berada di tangan saya, "jangan kelipat ya!" dan sekarang ada beberapa bagian yang telipat (kecil dan besar) karena semalam saya ketiduran dan keesokan harinya, 'Pulang' berada di bawah punggungku. Ketindihan dia. Terima kasih Oli, buku ini sangat bagus!!


Senin, 13 Mei 2013

Jalan-jalan!!!

Sejak tiga hari lalu gue  menyibukkan diri dengan baca buku Naked Traveller 3 dan 4. Dampaknya, mmaaamaaa, pengen jalan-jalan banget T.T
Pengarangnya sudah liburan ke 46 negara dan ke sebagian besar wilayah Indonesia! OK banget ga sih?? Gue iri tingkat dewa, hhaha. Tapi, selain itu gue juga jadi termotivasi, pengen jalan-jalan ke tempat-tempat lain selain halaman belakang rumah gue (lebay). Serius, buku ini membuat gue berambisi untuk liburan. Tidak berarti gue harus jadi traveller juga sih. Belum sejauh itu. Tapi, gue akan lihat progres nya setelah liburan ertama nanti. Setelah itu, gue akan memutuskan. Untungnya, akhir Mei ini gue dan beberaa teman akan jalan-jalan ke Jogja. Tujuan utamanya, mau lihat waisak di Borobudur.

Sebenanarnya gue punya beberapa ide sebagai tujuan jalan-jalan gue. Jadi, ada tujuan yang mau gue capai. Tidak sekedar jalan-jalan tanpa tujuan. Meskipun dengan cara itu akan mendapat banyak kejutan, tapi dengan cara ini bakal lebih menarik lagi. Kalau dalam Naked Traveller kan, tujuan pengarangnya adalah wisata ke tempat-tempat tidak biasa. Nah, beberapa ide tersebut adalah.

  1. Mengunjungi semua tempat yang ada dalam buku 1000 Places to See Before You Die oleh Patricia Schultz. Kisahnya mungkin bakal mirip seperti kisah Amy Adams dala film Julie & Julia. Pasti beberapa tempat dalam buku itu sudah mengalami perubahan. Pasti seru kan?
  2. Wisata religi. Bukan religi juga sih, tapi mengunjungi temapat-tempat ibadah berbagai agama di seluruh dunia. Tempat-tempat ibadah kan dipengaruhi oleh sejarah dan kondisi masyarakat setempat. Jadi, meskipun judulnya sama-sama gereja tapi arsitekturnya beda-beda. Misal, di Bali, gereja nya ada yang berbentuk pura, sementara katedra di Jakarta bentuknya udah kaya gereja-gereja di Eropa. Megah! Di gereja saya di daerah Kelapa Dua, Santo Thomas, kadang ada misa inkulturasi. Kalau inkulturasi adat Batak, pasti ada ulos, tortor, musik khas Batak, dll. Nah, ini seru juga kan? Mungkin, lagu-lagu gereja di New Orleans berirama jazz. Begitulah..
  3. Akhir-akhir ini kan profesi sebagai traveller lagi trend. Makanya banyak banget tempat-tempat yang tadinya dipikir belum pernah didatangi, eh, ternyata sudah ditulis di buku ini oleh ini atau diliput oleh stasiun tv ini. Jadi, kalau mau liburan ke tempat-tempat yang masih perawan (duilee) harus punya banyak mata-mata. Cara lain, tidak apa-apa pergi ke temapat yang sudah pernah dikunjungi orang lain, tapi sorotlah aspek-aspek yang belum pernah diangkat ke permukaan.
Sebagian orang jalan-jalan untuk kepuasan pribadi. Tapi, lebih oke lagi kalau bisa menghasilkan. Iya ga sih? Kecuali, sudah kaya raya, mau pergi, ya pergi aja..

Ini gue kelihatan sotoy ya? Tidak apa-apa. Ide itu harus dituangkan biar tidak mampet. haaha


AYO JALAN-JALAN!!!!


Minggu, 12 Mei 2013

Hidupku, hidupmu

Photo: Unknown Artist
Foto sent by Ralf Borderl 
taken from StreetArt Germany's fb account

Tulisan di atas seperti ilham turun dari surga. Kalau dipikir-pikir benar juga. Hidup memang hanya sekali kan? -Meskipun ada reinkarnasi tapi kehidupan berikutnya pasti beda dengan kehidupan sekarang- Dan setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda-beda. Hebat banget kan?? dari sekian banyak manusia di planet ini (belum yang lagi ada di luar planet) tidak ada satu pun punya cerita yang sama. Bahkan kembar siam sekali pun tetap beda cerita. Keren banget ga sih?? 

Minggu lalu gue nonton live perform Endah n Rhesa. Mereka tampil di atas pukul 10 malam. Tadinya, gue udah pengen pulang sebelum mereka tempil karena buat gue itu terlalu malam. Sebenarnya sih takut dimarahin Tulang, terus isu sensitif (baca: skripsi) akan diangkat ke permukaan!! Tapi, kemudian gue mikir mungkin aja besok-besok gue ga akan punya kesempatan untuk nonton mereka. Bukan karena siapa tau besok gue dipanggil Yang Maha Kuasa, tapi karena mulai besoknya gue akan super sibuk. Ke sana, ke mari, dll. Lepas dari itu, gue memang pengen nonton mereka. Kalau nanti bakal kena omel, yah itu urusan nanti. Kenapa harus dipikir sekarang? Hidup memang perlu antisipasi, namun terlalu banyak antisipasi akan membuat hidup cenderung membosankan. Hidup sesuai rencana memang bagus. Sangat bagus malah!! Tapi, untuk beberapa kondisi, hidup juga perlu kejutan. Sungguh, gue sering terkejut dengan belokan-belokan dalam hidup. 

(Apalagi, satu masalah hidup gue adalah khawatir berlebihan, bahkan kadang untuk hal sepele. Energi gue kebuang sia-sia kan? Lebih baik jalani hidup dan selalu lakukan yang terbaik agar hasilnya memuaskan. Begitu ada kesempatan, ambil dan selesaikan.)

Dua minggu lalu, gue bilang ke nantulang kalau akhir Mei ini gue dan beberapa kawan akan pergi ke Jogja. Yang terjadi adalah.... isu sensitif dimunculkan. HAHAHA.. Tapi tidak apa-apa kok, beliau hanya mengkhawatirkan gue. Doaku, semoga rencana ke Jogja lancarrrr..

Tawaran hidup hanya sekali. Banyak calon manusia yang ingin kesempatan ini (sotoy). Beruntungnya gue bisa hidup. Gunakan kesempatan ini dengan baik. Baik itu juga relatif. Apa yang baik buatku belum tentu baik buatmu. Jadi, terserah kamu.

Jumat, 10 Mei 2013

JANGAN DITIRU!



Selama dua hari yang lalu (7-8 Mei 2013) ada acara Greenovation di UI. Acara ini diselenggarakan leh Kompas Kampus dan spnsor utamanya adalah Tupperware. Sebenarnya saya tidak yakin bagaimana acara ini bisa terselenggara di UI. Katanya, ada beberapa teman yang mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Kompas Kampus dan mereka masuk sepuluh besar. Setelah itu,  mereka membuat acara ini dengan dukungan utama dari Kompas dan Tupperware. Saya tidak terlalu yakin dan tidak mau memperjelas kepada mereka. Terlalu kepo. Hhaha.

Tulisan ini tidak akan membahas Greenovation, Kompas Kampus atau Tupperware, melainkan saya. Ya, saya lah yang akan saya bahas.

Kurang lebih 8 hari sebelum hari H, panitia utama, yaitu teman-teman ini meminta saya menjadi Penanggungjawab divisi Dekorasi. Awalnya sih saya menolak. Tetapi, akhirnya saya mengiyakan karena ingin menjajal (eaaaa!!) kemampuan saya di bidang kepanitiaan. Selain itu, saya juga ingin membangu kawan-kawan ini.

Kemudian mulai lah saya menyusun semua hal. Konsep, anggaran, anggota tim, dll. Secara teori semua sudah oke. Saya optimis ini akan lancar. Kemudian, hari Sabtu, tiga hari sebelum hari H, saya dan tim mulai mengerjakan dekorasi. Beberapa rencana awal berubah. Kami selesai setelah maghrib. Tiba di rumah, saya mulai mereka-reka. Ini bagaimana? Rasa pesimis bermunculan. Ini mungkin akan gagal. Hari senin, sehari sebelum hari H, kami lanjut ke eksekusi. Barang-barang yang sudah selesai dikerjakan, diangkat ke Perpustakaan Pusat, Universitas Indnesia. Kami memasang bendera-bendera kecil dari kain perca, memasang (sejenis) gapura, dll. 

Lewat tengah malam PO mengirim sms, minta tambahan-tambahan. Sebenarnya yang dia minta itu sudah ada di rencana awal, hanya saja karena blablabla (akan dijelaskan di bawah) akhirnya rencana tinggal rencana. Gue menjawab iya, besok akan ada. 

Keesokan harinya yaitu beberapa jam sebelum opening ceremony, semua saya lengkapi. Buat surat peminjaman tripod lukisan, pasang tanda-tanda menu acara, dll. Akhirnya sih, semua oke.. Tapi, prosesnya itu yang hampir membuat rambut saya terbakar. Bahkan jerawat-jerawat bermunculan. Di pojok alis sebelah kiri empa jerawat datang menyerang. Piuhh!!

Saya mengingat-ingat lagi. Selama kuliah saya tiga kali memegang jabatan krusial sebuah divisi, yaitu PJ Yel-yel mewakili FIB di acara olimpiade UI, PJ seminar di acara Kulturfest 2012 dan yang terakhir ini PJ dekorasi Greenovatioon 2013.

Pas hari H, semua terbilang lancar tapi tidak 100%. Penyebab utamanya, ya saya. Banyak banget kesalahan, ketidaksiapan, kesembronoan yang mengacaukan rencana. Saya juga bukan pemimpin tim yang baik. Saya takut mendelegasikan tugas pada anggota. Alasannya, saya tidak tega dan mungkin karena saya tidak percaya, padahal dalam sebuah tim kepercayaan satu sama lain sangat penting. Akibatnya banyak tugas yang saya paksakan untuk dikerjakan sendiri. Ketika sudah ada progres sekitar 25-35% saya menyerahkan ke anggota. Ini kesalahan fatal.

Selain itu, saya juga sering mengulur waktu. Membuat rencana yang mepet ke hari H, padahal banyak hal-hal tidak  terduga akan bermunculan. Ketika sadar, waktu sudah habis.

Masih ada beberapa lagi sih, tapi lupa. Ini juga nih, lupa. Penyebab masalah juga. Bayangin aja ya, Hari senin pagi,mungkin karena ga konsen. Tadinya gue nebeng Nantulang ke kampus. Di tengah jalan, gue minta berhenti karena ada yang ketinggalan, yang gue maksud adalah Handphone. Biasanya ga apa-apa kalo Hp ketinggalan tapi karena situasinya sangat genting, (acaranya besok meeennn!!!) jadi gue ga boleh ga bawa ponsel. Dari tempat berhennti gue naik ojek ke rumah. Begitu masuk rumah, gue rogoh kantong celana, dan Hp gue ada di dalam!!! Thanks loh. Agar bisa nyampe kampus tepat waktu, gue naik ojek lagi. Uanggggg!!!

Okeee.. sekian.

Kamis, 09 Mei 2013

Story after Endah n Rhesa


Last night I watched Endah n Rhesa at  Greenovation’s appreciation night in Taman Melingkar Universitas Indonesia. Greenovation itself is an event, which held by Kompas Kampus, part of Kompas and concern about Youth and green environment. 

Endah n Rhesa is an indie band. They’re couple husband and wife. Rhesa is the vocalist. I like her voice. Unique and hard to forget. Their songs are also wonderful. Most of their songs is about love and their own experiences. I did enjoy the night. Their performance was amazing. The combination of Rhesa’s voice, her acoustic guitar and bass, which played by her husband was so amazing. Wind’s blowing and light’s sparkling made the night completely perfect. That’s my first time watching them live. And I love it. 

So the story’s begun…

Part of their fourth or fifth song’s lyric is this,
“When you love someone just be brave to say that you want him to be with you…”

When they sang this, I didn’t know why but F’s face just appeared in mind. I guessed, I liked him, at least for that time, that what I felt. Then, I thought I should let him know it. I don’t want him to be with me, not that far. But the first nine words inspired me. For me, nothing wrong about telling someone that I like him. His response is not my problem. I didn’t care what would happen after that. 

Spontaneity, I wrote him message on social network. 

“Tonight I just watched Endah n Rhesa. They sang, when you love someone just be brave to say… That’s what I do. I don’t love you, but I like you. At least for the minute they’re singing this song. It’s spontaneity. Don’t take it seriously.” 

Message sent…

I breathed a sigh of relief. I kept this feeling for a few months and it was hurtful. Although I was not sure, whether I really liked or just liked him, but it kept disturbing me. It’s like I had top secret, not only in my mind but also in my heart. So, double hurts. But, now I am feeling great. No regret at all. I just let it go by telling him. Incredibly, it makes me feel better. This proves that actually in my deepest heart, I don’t like him that much. I just admire him, maybe due to his cute baby-face, friendly and nice behavior, smartness and the difference between us, like religion, ethnic, Etc. 

(I like differences. Meeting someone and something new is always making me on fire because somehow they lead me to see and to have new perspective and knowledge).
If after this, he’ll act different or we’ll get further from each other, I won’t pay too much attention on that, because what I did was just to please and satisfied myself. I did it for me.

PS. this morning when I woke up and remembered what I did, I feel so… FREE. 

Thanks to Endah n Rhesa. I like your songs.