Kamis, 13 November 2014

bocah-bocah ini laah ;p

Dear C,


One night, 1st week of July
Scene of Hugh Grant and Sarah Jessica Parker's kiss in 'Did You Hear about the Morgans' is my dream place to have my first k. Friday night, under the sky full of stars. Slowly, soft and deep first k. It will be the most wonderful kiss forever and ever. And I wanna have it from you. I am so in love. Sooooo in love. I love you and us.


One fine noon, 3rd week of July
"As soon as I saw you, I know an adventure was going to happen" Winnie the Pooh

August 1st
Have you ever love someone for no reason? Seriously, no reason. You just love him/her. Just love.

August 12th
On my home, in the train. I saw someone. He really looks like you. Hmm. Actually am not sure. He's wearing mask so definetely I can't see his face. But do you know which part of him that reminds me of you? His hair. His short mohawk hair. Remember i said something about your hair when we were in the train going somewhere? I said, "A mosquito might killed if it accidentally falls above your hair"

Yes, his hair style tonight is 100% same with yours at the time. I miss you. Is it have to be me who say 'hi' first? Am I the only one who miss us? You are busy. I get it. But don't you have just 1-2 minutes of your 24 hours just to say hi? You make me doubt. I am not really sure anymore. Stupid love. Silly me.

September 5th
No reason to stay is a good reason to leave, but love is one good reason to stay, right? Although sometimes even love eventually has to be ended.

Kamis, 24 Juli 2014

missing 'miss you'

Just like that. She can see that. It will be over. Done. Period.
Shit always happen. Like always.
Can she go back to yesterday?
where everything seems perfect.
What date is it today?
What day?
Why??
OK, look up!
Just don't let them out.
Flood will be every where.
Look up!

She just wanna talk.
To make sure, that every thing will be OK
One thing she does not realize, she can't make sure every thing.
Just can't

Something wrong with her back
but thousand butterflies still attacking every corner of her stomach
she wanna throw up

he'll not understand.
He's not a mind reader. He will not know, if she says nothing.
But words
they're gone when she really needs them
Words
they're acting as if tonight is a silent time
NOO!!!
Please come out, dance, sing,
help her.

No more "honey, are you home?"
"Miss you" is really missing


Senin, 02 Juni 2014

GUNUNG GEDE

Ada banyak cinta pertama di dunia ini. Berkali-kali aku mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya. Pengalaman menakjubkan yang ketika aku mengingatnya, senyum akan membingkai wajahku dan perasaanku akan berbunga-bunga, mensyukuri indahnya cinta pertama. Seseorang dari jaman SMP adalah cinta pertama yang benar-benar pertama buatku. Setelah itu, cinta-cinta pertama yang lain bermunculan dan kembali membuatku bernostalgia dengan cinta pertama.

Kali ini aku akan menceritakan cinta pertamaku yang paling baru. Gunung Gede. Bagi sebagian orang Gunung Gede bukanlah sesuatu yang baru. Masukkan "Gunung Gede" di google.com dan dalam 0.43 detik akan muncul lebih dari 1.200.000 hasil pencarian, artikel dan gambar, semua ada di sana. Mungkin saking banyaknya informasi, kamu akan merasa seolah-olah sudah pernah ke sana dan akan menganggap gunung Gede adalah dua kata yang biasa saja.

Bagiku, Gunung Gede melengkapi cinta-cinta pertamaku yang lain. My first M and  I do fall in love with Gunung Gede. Mungkin kelak aku akan mendaki banyak gunung tetapi gunung Gede tak akan terlupakan. Just like they said, "First love will never die".

***

Kamis (29.5.2014) aku dan kawan-kawan dari komunitas Backstrip ( Mas Adi, Bang Juki, Andry, Mpok Mirna, Bang Pandu, Dina, Bang Ucup, Ridi) dan dua orang dari luar komunitas (Nikki dan Baskoro) berhasil mendaki puncak Gunung Gede. Gunung Gede masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Gunung setinggi 2958 mdpl ini memiliki tiga akses pendakian utama; Gunung Putri, Cibodas dan Selabintana. Dari beberapa artikel online yang kubaca Selabintana adalah jalur pendakian yang paling sulit.

Pukul 01.30 dini hari kami naik melalui Gunung Putri. Bang Nikki di depan, lalu bang Ucup, Dina, Baskoro, Rindang, Ridy, Bang Pandu, Mpok, Andry, Bang Juki dan Mas Adi. Begitu lewat pos, jalannya sudah langsung menanjak. Kanan kiri ditanami sayur mayur, belum ada pohon-pohon besar. Berarti kami masih belum masuk kawasan hutan tapi bukan berarti jalurnya landai. Sebelum masuk hutan pun kami sudah berhenti berkali-kali. Pos satunya jauh banget bo! Kami sempat bertemu dengan satu rombongan yang memilih untuk turun dan berkemah daripada lanjut jalan karena mereka gak nemu pos 1 dimana.

Memasuki kawasan hutan suasana mulai berubah. Sejauh mata memandang yang tampak adalah pohon-pohon tinggi berbagai ukuran. Pertanda kami masih sangat jauh dari Suryakencana yang terkenal itu. Soalnya semakin mendekati puncak, pohon-pohonnya akan semakin pendek. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya sampai juga. Sampai di gapura TNGGP. Tidak jauh dari situ ada bangunan, yang mungkin adalah pos 1. Break lagi, makan, minum dan melemaskan kaki. Thanks to Bang Ucup yang udah bawa salah satu makanan terenak di dunia, telur!

Sebenarnya aku masih bingung, yang dimaksud dengan POS itu yang mana. Tadinya ya, aku kirain tiap pos itu ada yang jaga. Semacam 'Kalo gak kuat lambaikan tangan ke kamera' atau semacam abang-abang yang suka nawarin villa di puncak, pake pompom dan teriak 'Dek, semangat ya dek, mana suaranya?' Ternyata enggak loh. Gak ada orang sama sekali. Pos itu hanya bangunan dari beton ada yang bentuknya seperti rumah, ada juga yang semacam tempat duduk dan meja. Pas naik, hanya kedua ini 'pos' yang bisa kuingat. Pas udah jalan 3 jam an aku baru sadar telah menjadi korban PHP dari siapa pun yang sudah mengubah konsep 'pos' menjadi beda dari yang kupikir sebelumnya. Salah satu tersangkanya adalah Mas Adi. Itu bukan pos mas. 

Sejam, dua jam, tiga jam, WOW!! Lelah juga yaaa, hahaha ngeeeng. Jalurnya naik terus, saking naiknya yang landai disebut bonus. Jalurnya berbatu, pengelola sengaja membuat begitu biar jalurnya jelas, jadi bisa mempersempit kemungkinan salah jalan. Belokan, tanjakan, tangga-tangga. Kanan-kiri suka ada pohon tumbang, jadi bisa duduk di situ. Di tengah jalur juga banyak pohon-pohon berukuran kecil, bisa untuk pegangan. Sekitar pukul 4 atau 5  (waktu sholat subuh lah) kami memutuskan untuk rehat agak lama. Yang mau sholat, ya sholat. Yang mau tidur (YES) karena udah gak ada kerjaan ya tidur, mau gimana lagi kan. Bang Juki yang penuh dengan inisiatif (bagus bang, pertahankan!) segera menggelar sleeping bagnya. Aku nebeng dikitlah.

Pukul 6 Mas adi udah berkokok, "Bangunin semua pasukan". Satu per satu pitik-pitik (bang Pandu dan Ridi juga dihitung cilik? Bisa, bisa. Kalo dibandingin sama godzila) mulai menggeliat. Habis itu meringkuk. Merem, melek, merem, melek, ganti posisi, merem, lalu melek beneran. Zzzzz. Dingggiiin banget!! Apalagi punggung karena langsung ke tanah, brrrrr.  Kalo kata Agnes Monica, dingin menusuk jantungkuuu, kataku dingin menggaruk punggungku. Tapi nih ya, aku jadi dapat ide. Lain kali kalo ada orang yang dingin, lupakan ungkapan "dingin banget lo kaya es aja". Lupakan guys! Itu sudah mainstream. Ganti dengan "Dingin banget sih lo kaya tanah gunung aja" hahaaa, agak krik-krik gimana gitu tapi OKE kok, serius. Btw, Thanks to air hangatnya Andry, yang dengan sukses mengingatkan gue pada salah satu hal yang agak konyol. Jadi, aku bawa termos tapi gak bawa isinya -_-

***

Hari sudah siang
matahari bersinar terang
burung berkicaulah senang
harum semerbak bunga di padang
mari kembali menaiki gunung dengan riang.











Bahagia banget ya

Hold me and never let go because by holding my hand i know i will always be safe.


Special untuk swiper  (nulisnya gimana dah) kita.


WOW!!!
SURYAKENCANA












It was wonderful, amazing, fabulous, etc etc. Rasa senangnya melebihi riang dapat tanda tangan penulis buku favorit. Loncat-loncat, lari-lari, berteriak, ketawa-ketiwi, cipika-cipiki #eh pokoknya gitulah. Rasanya senaaaaaaanggg banget. Seharian itu bawaannya senyum-senyum terus (see? one of thousand first love symptoms right? :D) Matahari teriiiikkk seterik-teriknya tapi cuek aja, kan ada ve**le (#plak!) 

Begitu sampai Surken kaki yang pegal dan lelah, keringat bercucuran, baju yang dari kering, basah, kering lalu basah lagi, muka udah mulai kusam (untung di situ gak ada Keith Urban, kalo ada mati gaya banget ^-^), cacing-cacing yang lagi konser, semuanyaaaaa terlupakan ....... sejenak. Pengennya angkat tangan, angkat kaki, merasakan tiupan angin yang sejuk banget. Nah, ini nih yang bikin makin seru. Matahari memang panas banget tapi tiupan anginnya juga oke, jadi panas nya gak terlalu kerasa. Mau lepas jaket dingin, gak lepas panas. Panas dingin sejuk-sejuk.

Suryakencana terkenal dengan bunga edelweiss nya. Sayang banget, pas kemarin ke situ Edelweissnya belum mekar, tetapi tidak mengurangi keindahannya kok. Cantik, indah, tenang. I just couldn't stop smiling. It was so peaceful, so perfect. Like i wanted to stay there a little bit longer, to feel the air, to smell the wind, to hear the spoken trees and to capture the landscape, the view, the memories. Even now, four days after, I still can't move on. The famous Suryakencana, you stole my heart. I don't mind sleeping on the ground, under the sun. Because after all it was so worth it.

sleeppyhead
not for sale.
for sale

seriously??




***


lost in Suryakencana

Mpok was having her time


PUNCAK GEDE 2958 mdpl

No comment, you have to feel it by yourself.


12.30 wib
Kami menyeberangi Suryakencana. Saatnya menyapa puncak Gede. Aaah, masih pengen leyeh-leyeh di Suryakencana. Akses ke Puncak sebenarnya tidak memerlukan waktu lama, normalnya 30 menit, namun karena kami banyak rehat jadi kesannya lama. Kami berpapasan dengan seorang Bapak berusia 50an dan tiga orang berusia belasan. Wajah mereka tidak terlihat lelah loh. Santai banget. Aku mau sekuat Bapak itu ketika usiaku sudah menginjak senja. Aku mau tetap berjalan dan berlari. Aku mau hidup yang benar-benar hidup.

Semakin mendekati puncak, bau belerang semakin tajam. Aku semakin bersemangat. Tidak sabar ingin mencapai puncak. Tidak sabar ingin mengintip kawah. Dan klimaksnya adalah ketika mendengar teriakan Mpok, "Yeay, puncak!!" Aku lari. Aku penasaran seperti apa rasanya berdiri di puncak gunung. Bagaimana sensasi ketika aku tidak perlu mendongakkan kepala untuk melihat gunung di depankku. Bagaimana rasanya berdiri di tempat setinggi 2958 m di atas permukaan laut.

Ridi was on meditation mode. Feel it ridi, feel. 



I made it on the top!! yeay!!

Di puncak semua lelah tuntas terbayar. Thanks to Jabbar dan Ka Eby sudah mau menemani latihan lari di UI dan GBK. Terima kasih untuk Backstrip. Kalian mengisi satu halaman buku hidupku. Aku mau kalian muncul di halaman-halaman berikutnya. I'm getting comfortable with all of you #menye-menye.

***

Kurang lebih sejam kami habiskan di puncak. Pukul 14.30 kami turun lewat jalur Cibodas. Pertamanya sih masih asik. Banyak pohon. Aku bisa bergantung dan bergelayutan. Serasa lagi parkour ya. Awalnya turun terasa lebih mudah daripada naik. Sampai kami bertemu dengan tanjakan setan. Kami harus menuruni tebing dengan kemiringan 70-80 derajat. Di situ memang disediakan tali, tapi lebih ke tali darurat. Ngelihat aja udah deg-degan. Kuat gak nih tali menyangga lemak-lemak gue. Itu seram banget sih. Satu per satu kami menuruni tebing. Diawali oleh Bang Ucup, lalu Mpok Mirna, Baskoro, aku, Ridi, Bang Nando, Dina, Andri, Mas Adi, Bang Pandu dan terakhir Bang Juki. Di bawah sudah banyak orang menunggu giliran menaiki tebing.
take a break. Break a leg

Bang Pandu berjuang di tanjakan setan

Hari mulai gelap. Tujuan berikutnya adalah Tanjung Badak. Tanjung Badak itu adalah area perkemahan (sebelumnya ku percaya-percaya aja loh, pas Mpok bilang di situ beneran ada badak). Kurang dari sejam kami sampai di Kampung Badak. Kesan pertama: kesal. Area Kampung Badak ini jorok banget. Persis di depan kami duduk, ada nasi sisa yang ditinggal begitu saja. Sampah-sampah berserakan, Cowo-cowo bercelana kolor jalan ke sana ke mari sambil merokok, situ OK?? Enggak bang!! Aku bingung aja sih, pendaki gunung kok gitu.

Hari semakin gelap. Kami segera bergerak. Kami melewati curug, dari suaranya sih sepertinya curug ini cukup tinggi. Tapi aku tidak melihat jelas sih, soalnya udah gelap juga. Tadinya kalo lewat sini masih agak terang, kita mau mandi bentar. Curug terlewati, berikutnya adalah air panas. Di bagian tepi airnya masih hangat, masih enaklah tapi makin ke tengah airnya semakin panas. Di sini harus super hati-hati. Soalnya di sebelah kiri itu jurang dan hanya dibatasi oleh sebuah tali sebagai pegangan. Batu-batu nya berlumut dan licin  udah gitu treknya cukup panjang. Di sini nih awal mula kakiku gemetaran. Cahaya headlamp hanya mampu menembus beberapa cm saja karena tertutup uap air panas. Batu-batunya ada yang goyang-goyang juga. Aku bahkan harus menundukkan kepala untuk memeriksa batu ini cukup besar tidak, sebagai pijakan aman atau tidak. Dina pegangan sama Bang Pandu. Aku pegangan sama Andry. Mpok mandiri.

Setelah air panas, jalurnya didominasi jalanan berbatu. Di sisi jalan kadang ada batu besar. Jalurnya belokan menurun. Yang bikin seram, belokannya itu hampir sama satu sama lain. Aku sempat mikir, kami bergerak gak sih? Kok gak sampai-sampai ya. Kok belokannya ini lagi, ini lagi? Aku mulai memperhatikan detail tiap belokan. Hanya untuk meyakinkan diri sendiri kalau kami memang bergerak.

Kaki makin sakit, lutut makin gemetaran, telapak kaki rasanya sudah gak kuat menyangga badan. Haus, tapi aku sengaja minum dikit-dikit biar gak pengen pipis. Tapi nih ya, ada aja emang yang konyol. ini agak jorok, boleh diskip. Jadi, tiap pagi aku kan rutin pup. Nah, pas hari rabu aku lupa. Di kantor juga gak kepikiran mau pup dulu. Kerasa banget itu pas turun dari Gede. Udah di ujung tanduk. Rasanya tuh, udah panas dingin. haha. Aku sampai ngantongin dua batu. Gak ngefek sih, tapi sebagai sugesti cukuplah.

Hampir 2 jam kami tidak berpapasan dengan pendaki lain. Rasanya tuh ya lamaaaaaaaaaa banget. Persediaan air menipis, cacing demo gila-gilaan dan mood juga sudah kacau balau. Jalan makin sempoyongan. Kaki main injak aja, gak tau nginjak apaan. Thanks to Andry, Mpok dan Bang Ucup sudah mau pegangin tangankuuu jadi aku tidak tersesat hahah. Soalnya gini, aku tuh di jalan datar aja bisa miring-miring jalannya, apalagi yang jalanan kacau begini. 

Suasana semakin mencekam. Gak ada yang banyak omong. Takut sih takut. Sampai-sampai sempat ngebayangin hantu-hantu di film hijrah ke jalur kami waktu itu, mulai dari hantunya Conjuring sampai Mama. Untung gak kepikiran hantu lokal. Soalnya yang hantu hollywood itu lebih gampang dialihkan daripada hantu lokal. Misalkan ada emak-emak Conjuring lagi nangkring di pohon gitu kan, aku langsung mikirin Keith Urban dengan sayap malaikat, bersinar terang, menarik panah cinta lalu mengarahkan ke diriku #plak!

Intinya gitulah, ketika kepikiran ke hal yang negatif, aku langsung alihkan ke hal-hal yang positif dan menyenangkan. Sempat mikir negatif, gimana kalo kami gak bisa pulang (amit-amit tepok jidat teok kayu) besok gak bisa kerja dong. Duileehh, mikirnya kerja :P, gimana kalu besok di tv lokal ada berita 11 0rang pendaki hilang di gunung Gede. Terus Uma dengar, lalu aaahhhh, kapan ya Westlife bikin konser reunian. Lalu aahhh pengen punya pacar. Lalu aaahh makan klapetart sekarang enak nih. Pokoknya pikirin apa pun deh, gak masalah kalo random selama bukan yang negatif dan malah bikin makin drop.

Cukup seramlah. Kata teman-teman yang lain memang banyak yang mengikuti sih. Tapi berhubung aku gak bisa lihat yang begituan, jadi gak terlalu panik. Beruntung suasana mencekam kayak gitu dilewati bareng orang-orang yang menyenangkan. Gak ada yang ngeluh berlebihan. Tapi beberapa mulai sensitif sih, macam Kaka Dina. Tiap kali rehat langsung sigap nyuruh matiin senter. Adalagi nih ya, jadi katanya di jalur Cibodas ini ada yang namanya Telaga Biru. Gak tau ini memang beneran biru atau gimana karena pas kita sudah sampai bawah pun gak nemu yang namanya telaga-telagaan. Nah, pas lagi rehat spontan aku nanya, "Eh, Telaga Birunya mana?" Dan Bang Pandu sama Dina kompak nyuruh jangan ngomongin itu. Aku langsung diam. OK.

Penderitaan pun berakhir ketika kami mulai menapaki Jembatan Kayu yang tidak terbuat dari kayu. Katanya kalau sudah ketemu jembatan, berarti jarak ke pos terakhir sudah dekat. Dekat? Hah?? Dekat?? Dekat gundulmu! Apanya yang dekat? Pelajaran nih ya, kalau kalian ke gunung terus nanya oranglah kan ya, "Pak, Mas, masih jauh gak dari sini ke  pos paling akhir?" Pasti dijawab, tidak, sudah dekat kok. Paling setengah jam lagi, paling 45 menit lagi dan blablabla. Kukasih tau ya, mereka semua PHP!!! Hahaha (semangat banget ngetik tanda serunya, macam korban PHP aja). Mungkin mereka menghindari kalo dijawab jauh, kita malah ngedrop. Tapi lebih baik jujur sih. Gak enak diPHP-in. Serius. hhaaha..

Nah, jembatan kayu ini juga termasuk salah satu jembatan paling PHP dari sekian banyak jembatan yang pernah kulewati. Namanya saja yang jembatan, tapi panjangnya udah kaya jalan tol. Jembatan ini dulu memang terbuat dari kayu. Tetapi pas kemarin lewat, sepertinya sudah direnovasi. Kayunya diganti jadi semacam beton yang dibentuk seperti balok-balok kayu. Pemasangannya mirip seperti pola rakit bambu. Antar kayu ada celahnya. Aku sempat melihat ke bawah, gelap banget. Iiih. Seram deh. Untungnya pas di jembatan ini kami bertemu dengan abang-abang g40L lagi kongkow-kongkow.

Aku sempat baca di blog siapa gitu ya, katanya jembatan ini sering disebut jembatan cinta. Kalau ada pasangan berjalan melewati jembatan sambil bergandengan tangan maka mereka akan menjadi pasangan sejati. Percaya aja begituan, tapi gak apalah untuk seru-seruan.

Dari jembatan Cinta kami masih harus berjalan kira-kira sejam lebih. Adzan sholat mulai kedengaran diikuti dengan suara merdu Mamah Dedeh lagi ceramah. Semakin semangat. Aku gak sabar banget. Dan akhirnya, setelah berjalan 7-8 jam kami benar-benar sampai di pos yang sebenarnya, warung makan. Hahaa, aku langsung cari toilet, untuk melepaskan hasrat yang terpendam (baca:pup). Habis itu, baru deh menjinakkan cacing-cacing dengan seporsi indomie soto. 

Bangga banget. Bangga Gunung Gede ada di Indonesia dan bangga sama diriku sendiri. Gak nyangka aja bisa mendaki gunung. Kurang dari 24 jam mampu naik dan turun gunung sejauh lebih dari 17 km. Rasanya puas dan lega. Gak sabar mau lihat gunung-gunung yang lain.

Proud

***

ADV.

So, this boy asked me to put his photos and to promote him. hahaa. So, I said I  would also put his number. That's what i'm gonna do. 
Good looking, huh? Great personality also. So, what are you waiting for? 

Make a call at 0889-1454-***
It will be so easy if I just tell you all the numbers but i won't do that. So, take your time. look very carefully, if you dare to know more about him, leave a comment.

 


 




 



 # all photos were taken by handphone and sent to me via whatsapp. No edited. Just plain pictures. 

Senin, 12 Mei 2014

Pulau Perak

"When the last time you did something for the first time?"
Saya gak tau apakah pertanyaan di atas memiliki korelasi dengan cerita yang akan saya tulis ini, tapi biarkan sajalah. That's what I thought to start this story.

Kemarin saya menghabiskan weekend kedua bersama Backstrip. Ada Ka Eby, Bang Juki, Bang Alex, Mas Adi, dan Ridi. Untuk pertama kalinya bertemu dengan anggota backstrip yang lain : Mba Dian, Sanny dan Andry. Selain anggota Backstrip ada juga kawan-kawan yang lain (Kristin, Ipin, Numan, Mba Ruti, Mba Tera ~jana kuch-kuch hota hai, Bang Iruul, Sispay, Nunung, Panca, Muki, Mba Thea, total 20 orang. Tapi ini baru 19 orang. Satu lagi siapa ya? .......................................................... (mikir).............................gue.

Kami berangkat sabtu pagi dan kembali keesokan harinya. Meeting point di Stasiun Kota. Dari situ kami sewa angkot ke Muara Angke, lalu menyeberang ke Pulau Harapan selama kurang lebih tiga jam. Tiga jam di kapal ngapain aja kakaa?? Biasalah, seperti yang dilakukan oleh orang-orang biasa pada umumnya. lomba renang sama kapal, main kartu sambil kayang, nyari tau ini kapal kalau dibajak bisa nutupin biaya ke Pulau Perak atau enggak, ngitung perbandingan air pipis, air bekas cucian piring kotor, air hujan dan air-air yang lain di lautan pulau seribu. Biasa-biasa sajalah.. 

Bang Alex, Rindang, Ka Eby, Sanny, Bang Juki were playing card. We played for almost 12 times and I only won once, of course with Bang Alex's help.

Di Pulau Harapan kita sudah dinantikan oleh seorang pria paruh baya yang lahir, besar dan berkeluarga di Pulau Seribu. Dia adalah Pak Bob. Kaos ketat putih, celana tigaperempat, rambut pendek yang mulai ditumbuhi oleh uban, dan dengan gagahnya dia berdiri di kapal kebanggannya, yang katanya mesinnya besar dan kalau muatannya tidak banyak bisa melaju dengan kecepatan menyerupai kecepatan speed boat. Tapi sayang sekali, muatannya lebih dari sedikit (baca: berat), jadi hilanglah satu-satunya kesempatan saya untuk melihat kecepatan ala speed boat kapal Pak Bob ini. Saya kecewa banget. Banget. #lebay

Bersama tiga orang pasukannya Pak Bob siap mengantar kami ke pulau Perak dan kemana saja sesuai pesanan. Pak Bob sudah menyiapkan dua kapal kecil (bermesin besar) karena kami akan dibagi ke dalam dua grup. Pak Bob menyalakan mesin kapal lalu menyuruh Mas Tami (salah satu anak buah Pak Bob) untuk mengambil alih kemudi. Kapal kami siap melaju. Kita udah jalan nih ya, eh kapal yang satu lagi agak mogok. Dua orang anak buah Pak Bob yang bertugas sebagai awak kapal yang satu lagi terlihat kewalahan. Kami pun putar balik, Pak Bob akan mengecek kapal yang satu lagi terlebih dahulu. Bisa kulihat wajah Pak Bob mulai kesal. Dia mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti dan kemudian dengan gagahnya, Pak Bob melepas kaos putihnya dan tanpa babibu byuurr... Pak Bob melompat ke dalam laut. Wuidiih, saya berdecak kagum. Terus, krik krik krik kenapa mesti loncat ya? kenapa gak kapalnya saja yang didekatkan? Otak saya yang lebih pintar menjawab, "Kalau kapal yang ini didekatkan ke kapal yang satu lagi maka akan ada gelombang-gelombang yang akan membuat kapal yang satu lagi semakin menjauh, ngerti?" OK, OK, agree with you laah. 

Sekitar 20 menitan kami tiba di Pulau Perak. Langsung bongkar-bongkar ransel dan mulai memasang tenda. Voila! just found another reason for the question at the beginning of this story: For the very first time I put my own tend up, hmm.. hold on, actually not really my own tent because I did not sleep in the tent, which  I set up with Bang Juki and Mas Adi. I slept in another tent. Hold on, is this really matter? nope!! so? oke just keep writing!! Also for the first time: I slept in a tent!! I felt so excited. 

Setelah tenda terpasang, yang mau ganti baju segera ganti baju lalu kami naik kapal lagi karena akan melakukan kegiatan berikutnya yaitu snorkeling. Pak Bob membawa kami ke tiga lokasi snorkeling. Spot yang pertama bagus. Karangnya bagus. Ikan-ikannya cantik dan banyak. Airnya jernih dan bersih. Tapi pas gue tanya Bang Irrul, yang notabene sudah pernah snorkeling di tempat lain, katanya lokasi yang ini baru sampai tahap "lumayan". Dari skala 1-10 Bang Irrul memberikan nilai 7 untuk spot pertama ini. Pretty good-laah. 

Di spot pertama, kaki kiri gue kram saudara-saudara setanah air. Dan gue langsung heboh, air masuk hidung, masuk mata, masuk mulut, dan meski udah ditolongin gue masih aja gelepar-gelepar kayak cacing terpanggang matahari. Yang bikin gue merasa semakin krik krik adalah setelah 10 menit di atas kapal dan dengan sedikit pijatan dari mas adi, itu kaki udah pulih kembali. Malu sih. Malunya lebih ke diri sendiri sih. Udah pake acara geleparan eh krammnya hanya sebentar. Sayang banget energi gue yang habis untuk geleparan. Sayang banget air laut yang ketelan sama gue. Air laut yang sudah becampur dengan air-air yang lain ... Baiklah, stop right there! Don't even dare to mention it. Just keep it for myself. Tapi pas kebayang itu, rasanya geli-geli-tapi-yaudahlahya-mau-diapain-lagi. Akhirnya, karena gue sudah (kurang) percaya diri snorkeling sendirian, gue nebeng Bang Irrul saja. Kalo ada titik yang banyak ikannya, dia ajak gue. Gue menikamati saja. Ikan-ikan kecil, penuh warna, dengan latar karang yang cantik. Bagus banget. Bersyukur bisa melihat pemandangan seperti itu di kala di tempat lain ada orang yang untuk makan saja sulit. Saya mendedikasikan semua yang indah-indah ini untuk mereka. Oke, move on! Kawan-kawan yang lain keep taking pictures-laah. Of course, they would not waste this opportunity-laah. We only had one day, tomorrow maybe we couldn't do this again. So, enyoyyy-laah!! (dibaca dengan aksen Singlish-singaporean english lahh ya. Sape nak buat jadi begini? Itulah T-shirt nya si Bang Juki yang bikin sebab).

Spot kedua, posisinya lebih dekat ke pantai. Airnya jernih juga, tapi karena dekat pantai jadi cepat keruh karena pasir. Di sini ikan-ikannya juga bagus, tapi karangnya kurang. Jadi gini, jarak bibir pantai ke bagian laut yang sangat dalam tidak terlalu jauh dan tidak ada tingkatan kedalaman. Habis area berpasir/dangkal langsung area sangat dalam. Kalo tetap di area yang dangkal, konsekuensinya air keruh. Tapi kalau berenang dikit ke area yang lebih dalam, hampir gak kelihatan lagi karena udah gelap. Jadi, gue nebeng Bang Irrul lagi lah. Hahaa, gue pegang celananya, terus dia berenang-renang dan tugas gue gerak-gerakin kaki. Udah santai begitu tetap saja ikan-ikannya harus ditunjukin juga baru gue bisa lihat. Next time, I can do it better then yesterday. It's ok laah. Oh iya, di sini kami menemukan rumahnya anemon. Anemon itu apa kakaa? Anemon itu seperti yang ada di gambar ini dek. Bukan yang kuning bergaris putih ya, itu ikan badut alias nemo! Nah, sensasi menyentuh rumah anemon adalah seperti tersengat, tapi sengatannya asik (??). Gue cuma sentuh sekali karena pas ngelihat anemon ini yang terlintas di pikiran gue adalah bunga pemakan segala hal yang hidup seperti di film JUMANJI -_-"

http://fotohewan.info/10-foto-ikan-badut-clownfish-terbaru-2013/ikan-badut-alias-nemo-dan-rumahnya-anemon/
http://fotohewan.info/10-foto-ikan-badut-clownfish-terbaru-2013/ikan-badut-alias-nemo-dan-rumahnya-anemon/

Spot ketiga itu.... hanya gundukan pasir putih. Di sini kita sudah gak mainan snorkeling lagi. Bagaimana bisa snorkeling? Sudah tidak fokus lagi. Turun dari kapal kita sudah dikedipin oleh ibu-ibu penjual gorengan dan FYI ya guys, gorengannya masih hangat!! Surga banget. Satu gorengan jenis apa pun hanya dihargai rp.2000,- Panjang umurlah si Ibu, tetap semangat ngedipin calon pemangsa gorengan-gorenganmu ya!!

Hari sudah mulai gelap ketika kami sampai tenda lagi. Sebagian cowo-cowo mandi duluan. Tempat mandinya adalah sebuah sumur di dalam hutan (jangan bayangkan hutan amazon, please, jangan). Sumurnya dalam dan airnya gak banyak, gak sedikit juga. Gue mau bilang banyak karena setelah dipakai mandi oleh lebih dari 20 orang, anggap saja satu orang satu ember, airnya gak habis-habis. Tapi cobalah sejenak menilik ke dalam sumur, airnya udah kaya mau habis gitu. Gak pintar banget! itu kan mata air. Asumsi kedua, airnya gak habis-habis karena air bekas mandi kembali lagi ke dalam sumur. Bisa jadi. 

Setelah yang giliran pertama selesai, tibalah giliran kami. Akhirnya, setelah menunggu beberapa lama, kesempatan itu pun datang juga. Kami sujud syukur penuh deraian air mata, lalu berlari ke sumur kebahagiaan. Dengan sigap, cewe-cewe di giliran kedua mengambil posisi. Yang di kamar mandi (baca: bilik bambu) yaa ke kamar mandi, yang mandinya di pinggir sumur, ya terima saja. Pas kami sampai Bang Irrul lagi menimba-nimba air, sekalian aja gue minta airnya disiramin ke kepala gue. Macam ayah kita mandiin kita waktu kecil. hahah, kocak deh. Pas siraman pertama, gue hampir muntah. Airnya berbau. Masalahnya itu bukan bau parfum japanese cherry blossom gue. Baunya mirip bau belerang atau telur rebus yang hampir busuk kali ya. Tapi tidak apalah, untuk apa ada minyak wangi dan lotion? iya kan. They can solve this problem. Hahah (evil laugh).

Keseruan ketiga akan segera dimulai, jreng, jreng, jreng : masak-masak. Pak Bob sudah menyiapkan nasi dan ikan bakar. Kami akan memasak tumis taoge kacang panjang, nugget goreng, sosis goreng dan sambel (lupa namanya, sebut saja sambal Menado karena yang menyiapkan adalah tangan wanita Menado asli : Ka Eby (standing applause). Kenapa? karena sambalnya enaak dan pedas :-(  
Gue masak sayur sih, tapi sepertinya failed, tanya saja pencicip pertama di uar geng memasak (Andry). Baiklah jangan sedih, mungkin harus lebih sering lagi nongkrongin Ibu Sisca Switomo masak.

 Habis masak, kita rapi-rapi. Gue dan kebaikan hati gue yang tidak terperi, penuh semangat mengambil piring kotor dan membawa ke sumur. Blaaahh. Enggak deng. Bohong. Gak semangat juga sih. Biasa saja. Gue mau cuci karena gue sudah mengacaukan sayur kacang panjang. Sendirian? serius?? beneran sempat mikir kalo gue berani ke sumur sendirian? Waah, itu hanya imajinasimu saja nak. Gue mencuci piring membawa segerombolan pasukan Paman Gober: Nunung, Sanny, Ka Eby, Andry, Bang Irrul, Bang Juki, dan siapa lagi gak tau. 

Balik nyuci piring (ini harus disimak baik-baik) di tengah jalan ada keong kecil. Dan si gila ini sudah bersiap-siap, mengangkat kaki kanan setinggi lutut dan berencana mendaratkan kakinya di atas keong kecil yang sedang meraba-raba jalan setapak. Untunglah, kawan-kawan berhasil menggagalkan rencana gue. Iseng banget emang. ckck. 

Piring sudah bersih. Sekarang ngapain lagi ya? Mba Ruti, Mba Tera, Mba Oma sedang bermain-main di dermaga. Yang lain, tidak tau dimana. Mungkin lagi luluran atau sedang menatap langit, ingin berkenalan dengan Evangeline nya kunang-kunang Raymond dalam film Princess and the Frog. 

Aku, Ka Eby, Mba Dian, Mas Adi, Bang Alex, Bang Irrul dan Numan menghabiskan (setengah) malam dengan bermain kartu. 

***
Sebelum main, pas kita masih ngobrol-ngobrol, kedua telapak tangan gue panas sepanas-panasnya. Gue udah bikin lotion tapi tetap panas. Otak liar gue mulai berkelana, menjelajah masa lalu dan menemukan sebuah kenangan: Keong kecil. Gue pikir tangan gue panas karena hampir saja mau matiin seekor keong yang kesepian. Gue mulai parno, tapi gak ngomong ke siapa-siapa. Dalam hati,panik juga sih. Untung Mba Dian membawa sebotol kecil cairan, yang namanya aku gak tau. Aku olesi ke tanganku dan tidak berapa lama kemudian, tanganku kembali seperti sedia kala. Setelah kutelusuri, aku pun menemukan penyebabnya. Pas nyuci piring aku air rendaman piring sudah tercampur dengan sambal yang pedasssss banget. Dulu pernah mengalami kejadian seruap, waktu itu ngeblender sambal tapi tutup blender belum kepasang. Alhasil cabe nya muncrat kemana-mana mengakibatkan panas dimana-mana. Tapi ini pelajaran nih. Watch your behaviour Rindang. Bersikap yang baik dimana pun berada. Jangan iseng. Jangan merusak. Have fun without creating any damage!! Remember this young lady!!
***

Di tengah permainan kami memutuskan untuk membuat permainan ini menjadi semakin panas. Bagaimana caranya? Gampang! ambil bedak nya Ka Eby. Jadi, muka yang kalah akan dicemongin pakai bedak. Korban pertama adalah Bang Irul. Yang ngalahin dia adalah Numan. Kartu gue sih, tapi yang mainin Numan dan menang. Tapi yang bedakin gue. Begitu juga ketika Bang Alex bertarung dengan Ka Eby. Pertarungan berjalan alot. Keduanya melancarkan jurus dan strategi andalan. Namun Bang Alex nampaknya melakukan kesalahan. Ka Eby dengan berapi-api memanfaatkan kesalah itu dan jebreeet, dia pun menang. Tapi masalahnya, yang kena gue -_-. Ka Eby gak mau bedakin Bang Alex dan Bang Irul dengan cekatan menuangkan bedak di atas tangan gue. So, there's nothing I can do. Bukan masalah bedaknya, tapi kalo nanti kamera Bang Alex ngambek karena tuannya gue putih-putihin, terus dia gak mau foto gue lagi, gimana dong? make sense sih, tapi yaudah, berimajinasilah sekreatif mungkin.

Sekitar jam 1 dini hari, permainan selesai. Aku sama Ka Eby tidur satu tenda. Bahkan belum sempat mimpi, tetangga depan sudah bikin masalah. Berisik banget. Awalnya gue kira mereka mau membangun kuil Roro Mendut. Gue penasaran dong. Bangunlah gue karena ....... kebelet pipis. Ternyata penyebab kegaduhan itu adalah kelabang yang jatuh cinta sama Ridi dan tidak sabar menunggu untuk menyatakan cinta saat hari sudah terang. Dengan sedikit memaksa kelabang itu mengerayangi Ridi dimulai dari ujung jari kaki. Ridi tidak siap. Dia melakukan perlawanan yang sayangnya kurang tepat. Kelabang kesal lalu mulai meninggalkan tanda cinta di kaki Ridi. Tidak ingin menyerah terlalu cepat, Kelabang berusaha menanjak ke posisi yang lebih tinggi. Ridi semakin menggila. Kelabang juga menggila. Dan pertempuran itu pun selesai. Ditemukan tiga jejak cinta di badan Ridi, lebih spesifik lagi, jejak-jejak itu tersebar di area pinggang ke bawah. Kabar yang paling mengejutkan, Mas Adi juga sempat dicicipi oleh Kelabang yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Tetapi, jejak di Mas Adi hanya satu. Mungkin Ridi lebih menggiurkan dibanding Mas Adi. Kalau aku jadi Mas Adi, aku akan mulai bercermin tujuh kali sejam. Apa yang salah? Bahkan Kelabang pun hanya meninggalkan sau jejak tunggal dalam diri gue (peace mas Adi, hehe). Kelabang itu kan kecil, mungkin dia sudah gak mau sama yang kurus. Dia maunya sama yang lebih berisi. Sebenarnya pas baru tau, gue pengen ketawa sih. Tapi gue tahan untuk dilampiaskan saat ini. Hahahhaaaa. Kocak banget sih. Mereka setenda itu empat orang: Mas Adi, Ridi, Bang Juki, Andry. Kenapa dia lebih mengincar Ridi dengan celana putih yang agak ketat dibanding Bang Juki yang hanya memakai selembar sarung (baca: rok). Gue gak sempat menanyakan ini karena Kelabangnya sudah kabur. Dia sadar, Ridi tidak akan mungkin membuka pintu hatinya. Semangat kelabang!! Temukan cintamu!! Kamu telah berhasil mengerjai  empat cowo sekaligus membuat mereka merasakan sensasi tidur di atas pasir Pulau Perak berselimutkan bintang-bintang dan cahaya Evangeline.

Keesokan harinya, beberapa orang, termasuk aku jalan-jalan pagi mengelilingi Pulau Perak. Tidak lupa foto-foto di setiap lokasi yang bagus. Kami terlalu asyik sehingga tanpa sadar meninggalkan Ka Eby dan Nunung berjibaku dengan penggorengan, kompor, roti, selai dan pisau demi membuatkan sarapan. Maaf ya Kak, maaf ya Nung, kami tidak tau kalian sedang menyiapkan yang enak-enak. Terima kasih yaa. Rotinya enak. Aku suka.


Bang Alex, Rindang, Mas Adi, Bang Juki. We're looking for some small fishes. I got stung by jelly fish right there. I also found anemon here. And that time, I taouched it without any doubt.


Muki is playing with local boys

Ipin, Bang Irrul, Andry. Seriously, no comment.

Numan and Muki were discussing about nothing, maybe

Andry was checking whether hie feet still there or not


Habis mutarin pulau, kami siap-siap untuk pulang. Rapihin tenda, operasi semut dan bersih-bersih. Aku?? curi-curi waktu ngasih makan ikan di dermaga. Di sana ikannya buaaanyyyyaak tapi jangan sedih ubur-uburnya juga banyak  kok. 

Thank you guys! I had so much fun. Hope we can meet again in another trip with another story. You're awesome. You're rock. Keep up the great energy!!

And for you Pulau Perak, Thank you for such a great time I've spent with you. Thank you for two amazing days. I know the trouble you're facing right now. Oil on you water, rubbish on your seashore and also some impolite visitors. I do applogize for every mistakes. For every local people who took advantages on you. For us,  who contributes on global warming and who keeps throwing our trash on you. Be strong and stay alive!!


Adious Pulau Perak, see you when I see you. Tschuess! Auf Wiedersehen! Sayonara! Au Revoir!!


Pulau Perak 

*All photos taken from whatsapp group.

Kamis, 08 Mei 2014

Gunung Padang: bukan gunung, bukan di Padang

Sudah beberapa minggu ini aku bergabung dengan Backpacker Stripping a.k.a Backstrip. Mereka ini komunitas jalan-jalan dengan motto one day is enough. Gue baru bergabung, masih probation lah ya. hahah, jadi belum banyak tahu tentang sejarah atau orang-orang Backstrip ini.

Gue tau Backstrip dari Kak Eby pas kita lagi nebeng mobil yang sama. Dia cerita banyak soal Backstrip. Dan gue bilang, oke. gue mau coba gabung dong. Ini nih yang gue pengen. Jalan-jalan cepat dan persiapannya gak lama. Bisa-bisa saking lamanya lupa mau jalan kemana.

Perjalanan pertama gue bareng mereka adalah ke Gunung Padang. Gunung Padang ini adalah sebuah situs megalitikum di daerah Cianjur. Kami berangkat jumat malam (1.5.2014) dan pulang keesokan harinya. Bersama 9 orang lainnya (Ka Eby, Mas Adi, Bang Juki, Bang Alex, Mpok Mirna, Dina, Mamat, Kiki dan Ridi) perjalanan pun dimulai. Kucoba memejamkan mata dan menyiapkan diri menjadi tempat persinggahan mimpi indah yang mungkin melewatiku malam ini. Kualihkan telingaku dari suara mesin bis yang meraung-raung memecah keheningan malam. Sekilas kulirik kebun teh melalui jendela kaca yang mulai berkabut. Pandangan kami pun bertemu. Waktu seolah berhenti. Aku dan mataku diam tanpa satu kedipan. Bahkan kabut yang telah menjadi tetesan air juga ikut terhenti. Kucoba mencari raungan mesin bis di antara desis angin gunung. Kurasakan mereka mendesis semakin kuat. Dia. Dia berkuasa atas angin dan juga atasku. Tatapan sedingin bongkahan es kutub utara menusuk sanubariku. Ada sebentuk kisah di sana. Kisah yang tidak pernah selesai. Percintaan panas menguasai dua insan. Kisah masa lalu meninggalkan luka segar dan merah. Bahkan dia mampu melihat darah dan api yang bersemayam di sana. Menjerit, mendamba dan memohon pembebasan dari sepasang mata. 

------___________________________________________---------

OK.
kembali ke cerita yang sebenarnya. Fokus!

Meeting point di terminal Kampung Rambutan. Pukul 11 malam kami berangkat ke Cianjur. Kalo gak salah nama bisnya Marita. Apa Marsita ya. Sepertinya Marita. Oke, setuju, Marita.

Dua jam kemudian kami tiba di Cianjur. Pertanyaannya, habis ini kemana lagi? Ke atas naik apa ya? Jalan atau numpak angkot? Setelah tanya-tanya sama abang ojek, kami memutuskan untuk naik angkot. Sebelum itu, kami mampir di sebuah mesjid, istirahat, bersih-bersih, pipis dan makan. Setelah itu kami berjalan beberapa meter. Dan voila!! ada angkot dong. Setelah Kiki berhasil bernego soal harga, Abang angkot mengantarkan kami mendekati gunung Padang.

Gue baca di internet katanya Pak SBY sudah pernah ke Gunung Padang. Tapi sampai sekarang gue masih curiga kalo beliau dan pasukannya tidak melewati jalan yang kami lewati malam itu. Spekulasi bermunculan. Yang paling absurd, sebenarnya yang  ke sini bukan SBY tapi orang mirip SBY. Ah sudahlah, tidak usah dilanjutkan. 
Nuansanya udah kaya naik ontang anting saat angin badai. Jalannannya (sepertinya) rusak. Gue sampai sakit perut dong. Gue naik mobil ke kampuang  halaman nun jauh di mato gak sampai sakit perut. Lah ini? Sakit perutnya kayanya karena masuk angin sih. Gue aja yang berlebihan.

Abang angkot menurunkan kami di (lupa namanya). Dari situ kami jalan kaki 3 km lagi ke situs Gunung Padang. Kabar bagusnya, beberapa meter sebelum ini sampai gunung Padang nanti jalanannya sudah diaspal. Gak goyang-goyang lagi. Di beberapa bagian ada naik turunnya. Jam 4an kami tiba di kaki Gunung Padang. Ngobrol-ngobrol sama Bapak Penjaga/Pemandu. Jam 5 kami mulai mendaki gunung lewati lembah keringat mengalir deras ke samudra bersama teman bertualang ~~~ Padang. Sudah ada tangganya jadi medannya gak terlalu susah sih (kata yang udah pernah naik gunung beneran). Tapi tetap saja melelahkan. Beginilah kalau jarang berolah raga.

Akhirnya tibalah di atas. Ada 5 undakan. Tanpa lelah si Bapak pemandu terus menjelaskan mengenai batu-batu di Gunung Padang ini. "Mega itu kan besar. Lith itu batu. Jadi Megalithikum adalah zaman batu besar ~~ Dulu di sini tempat penyambutan. Jadi ada penari-penari. Batu yang itu bisa mengeluarkan bunyi nyaring dan bernada jika dipukul dengan tepat. ~~ Di sana tempat untuk alat musik, itu tempat duduk, dll" The Bapak-bapak was keep talking and talking until I couldn't remember any single word he said. Maaf ya Pak. Semua yang Bapak bicarakan ada di google dong ya? iya dong ya? IYA. OK.

Sampai di undakan yang terakhir. Mulai dah. Foto-foto, makam-makan, minum-minum, tiduran ZZzzzz ~~~
Oh iya, kami gak bisa lihat matahari terbit karena mataharinya malu-malu kucing sama lembut dan segarnya kabut pagi. 

Sekitar pukul 7 kami turun. Turun gak selelah pas naiknya sih. Tapi begitu tangga terakhir terlewati, kaki gue terasa gemetaran. Kaki gue terkaget-kaget. Hahaha :D

Tiba di rumah sang Bapak Pemandu, makan-makan, bersih-bersih, tidur lagi (baca: tidur ayam). Jam 10 angkot yang semalam nganterin datang sampai gerbang masuk Gunung Padang. Dan kami pulang dengan damai. Eh iya, pas ngelewatin kebun teh. Foto-foto lagi. Ada kebun teh, jadi ingat Oppung Inong.. Sampi Cianjur ganti bis Mirata lagi. Dan apa kabar Kampung Rambutan? ~~


Life is tough.
Life is hard.
Expecting life would be easy? 
you better wake up and start to live the real life.

I mean,

problems and troubles
shit, life is not life without them 
just like spongebob said, "no clean without dirt"

if problems do not exist i guess, i'll never taste the beauty, the joy, the satisfaction of being life.

you will not understand how great is the feeling of letting go if the bastard you think you like didn't come and ruin your life.
or
how beautiful is it, when finally you are able to share the darkest part of your life to the world. so relieved.

sound naive?
maybe.

But,

everyone, every single person you meet is fighting a battle you know nothing about. Because that is one of hundred signs indicating you are still alive. Survive. But don't just survive, live your life.

look, my fault is sometimes i wonder too much, way too much. 
that's not good. it's not okay. 

so
see you when i see you.

Senin, 21 April 2014

Agama lain? Cari tau aja dulu.

Dulu pas pelajaran agama di SMA gue belajar juga tentang agama-agama lain, Islam, Budha, Konghucu dan Hindu, dasar-dasarnya aja sih. Waktu itu sih santai-santai aja. Belajar, ya belajar aja. Malah gue merasa keren, bisa pamer ke teman yang muslim kalo  gue hafal isi rukun islam :D

Pagi ini gue bertanya-tanya, mungkin gak sih ada pemeluk-pemeluk agama tertentu tidak bisa bertoleransi terhadap agama lain karena tidak tau apa / bagaimana itu Islam, Kristen, Budha dan Hindu, dll. Gue pribadi, karena pernah belajar jadi gue mengerti kalau setiap agama memiliki kebaikan, meskipun tentu saja ada perbedaan-perbedaan. 

Pelajaran kewarganegaraan memang mengajarkan toleransi antar agama. Tapi apakah itu cukup? Bagaimana gue bisa bertoleransi kalau semua yang gue ketahui tentang (penganut) agama x hanya yang buruk-buruk? Daripada fokus pada satu agama kenapa waktu gue SD/SMP pendidikan/ sekolah tidak memperkenalkan gue dengan agama lain selain Katolik? Okelah, gue tau ada 6 agama yang diakui di Indonesia. Tetapi bukankah lebih baik kalo gue tau sedikit tentang mereka? At least, gue tidak akan menghakimi agama x tidak baik, agama y kurang baik. agama z baik banget karena gue pernah belajar kalo semuanya itu memang baik. Lepas dari definisi baik yang memang relatif, tapi gue percaya ada hal-hal baik yang sifatnya universal. 

Di kampung gue, di Sumatera, se kecamatan semuanya Kristen. Televisi juga masih sangat jarang waktu itu. Agama lain yang pertama kali gue kenal adalah agama Islam. Jadi, pas kelas 1 SMP, ada keluarga polisi tugas di kecamatan. Kebetulan mereka memeluk agama Islam. Pas anaknya masuk sekolah, gue langsung cari tau. Gak pernah ngobrol langsung sih. Cuma curi-curi pandang. Nah yang membuat gue penasaran bukan, seperti apa mukanya anak baru itu?, bukan ini. Tapi, seperti apa sih orang Islam itu? Pas lihat langsung, gue kecewa. Ternyata sama saja. Orang-orang juga.


Perlakukan agama selain agamamu seperti gebetan (??)  kepoin aja dari A-Z, kalo bagus bolehlah diambil. Googling, baca buku, ngobrol, dll. 

Siapa sih yang tau Tuhan? Bisa aja yang kita pikir benar, ternyata Tuhan bilang tidak benar. Yang kita lihat di dunia ini kan orang/manusia, hewan dan tumbuhan. Paling tidak baik-baik sama mereka  ajalah dulu.

Selasa, 01 April 2014

The most dramatic drama is you

this story will be awarded as the most dramatic drama I ever had in my entire life, I guess.

This is started when last month an old friend, who called himself as my bestfriend, from JHS came to Jakarta. we'd like to see each other then we arranged a meeting. So, an appointment at 4 pm was made.
Unfortunately I was late. an hour late.
me: why? 
other me: because I took the wrong bus.
me: how old am I?
other me: 23 y.o.
me: How long have I been in (near) Jakarta?
other me: almost 10 years.
me: But still don't recognize the bus, the route, etc?
other me: Nope, they are all confusing.
me: I am done with you.
other me: Thanks.

OK, STOP IT.

.... He said, he still had another plans. He had to go somewhere to see his other friends or family, I don't know and don't care. So, since I came late we should postpone the meeting schedule to the next day. I said yes, "that's Ok. Tomorrow I'm free so it will be perfect."

But then, something always happen. His mom asked him to go to another city, to visit their family. so, eventually I couldn't see him at all.

I was so sorry. I apologized to him and myself because I felt guilty since the main reason we couldn't see each other is me.

Time flies. syalala ~~~

until last week, I met his friend. Also a really old friend of mine. So. I told him everything and the truth was revealed. The old friend, who called himself as my bestfriend, didn't go to Cengkareng or anywhere. Instead, they're hang out TOGETHER 30 minutes after the appointment was cancelled. I was fooled.

" When you said you wanted to go to Cengkareng, you didn't, right?" message sent.
message received "I want to"
"yeah, you want, but you didn't" message sent
message received "yes, I didn't go there"

just it, no sorry at all. 

He didn't say any word about that. At least this old friend must inform me that he didn't go to Cengkareng or anywhere else. I mean, if he told me, I won't felt guilty anymore.

So last night I sent him a message, "don't you think you owe me an apologize?"
This morning, he answered, no. He really thinks he didn't do anything wrong.

And this drama just popped out.
"I don't know rin. I think everything has changed since you asked ( about Cengkareng things). Because, I am sure in your mind I am nothing but liar. I don't feel the same about this (best)friendship anymore.  I thought we already know each other, but I was wrong. There are a huge gap between us. Just forget everything. You're on your own"

WHAT THE HELL IS GOING ON??

 I was like, WOW, such a drama queen. I laughed and laughed.  I was speechless, actually. This is toooooooo faaaaarrrrrr. So, after message by message, I came to this conclusion, " this is ridiculous. the most dramatic drama in my entire life. Well I'll see you when I see you" message sent.