Sabtu, 12 Oktober 2013

don't let your 'later' become 'never

someone said,  


"don't let your 'later' becomes your 'never'" 

I say,
OK
*click publish, sign out, close. Open documents, start writing*

bayi dan ibunya

Sudah dua bulan ini ada dua anggota baru dalam keluarga kami. Seorang ibu dan bayinya. Si bayi baru lahir dua hari sebelumnya. Bayi lahir tanpa ayah. Tanpa kakek dan nenek. Ia datang ke dunia disambut oleh orang-orang asing. Bahkan ibunya baru berkenalan dengan kami hanya beberapa jam sebelum dia lahir. Beberapa orang mungkin belum ingin ia datang secepat ini, tapi bayi, kau harus tahu, kami menyayangimu.
###
Ibunya memiliki kisah yang sangat memilukan. Ia dikembalikan mantan suami (sebenarnya aku tidak yakin mereka sudah resmi bercerai atau belum) ke rumah orang tuanya setelah 6 bulan pernikahan. Ia tidak menginginkan. pernikahan ini tapi orang tuanya meminta ia menikah dengan pria itu karena pada awalnya pria ini terlihat baik dan meyakinkan. Alasan ia dikembalikan adalah anak. Selama 6 bulan pernikahan tidak ada tanda kehamilan. Sang mantan kecewa padanya. Di kampung mereka konsultasi tentang hal ini dianggap tabu dan tidak sopan sehingga tidak jelas siapa di antara mereka yang menjadi penyebabnya. Pria tidak mau bersabar. Perempuan ini dikembalikan karena tidak bisa 'membuat' anak.

Kemudian perempuan ini merantau ke Jakarta karena ia terlalu malu untuk tetap tinggal di kampung. Jakarta. Di sinilah penderitaannya yang lain muncul. Ia bekerja di sebuah pabrik. Lalu menjalin kasih dengan seorang pria. Aku kagim karena ia bisa menjalin hubungan yang baru. Orang tua lelaki ini tidak menyetujui hubungan mereka. Tetapi seperti kata orang, itulah cinta. Ia menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua lelaki dan saudara-saudara si perempuan. Adik lelaki perempuan ini berusaha menyelidiki si pria dan diketahuilah bahwa pria yang sedang berpacaran dengan kakaknya adalah playboy dan bukan seseorang yang baik.
Cinta. Alasannya ya ini, cinta. Bukannya berpisah atau memikir ulang tentang hubungan mereka, perempuan ini malah tinggal seatap dengan lelakinya. Terjadilah sesuatu yang tidak mereka harapkan. Wanita ini mengandung. Artinya, anak. Ada calon anak dalam rahimnya.
Dahulu ketidakhadiran anak membuatnya menderita. Sekarang kehadiran anak juga menggoreskan luka baru dalam hidupnya. Ayah calon bayi lari. Ia belum siap dengan kehadiran seorang anak. Perempuan ini juga tidak siap, tetapi ia tidak lari. Ia menanggung semua sendiri. Pria yang tidak bertanggung jawab hilang entah kemana.
Malu, sakit, kecewa dan marah ditanggungnya. Sisi positifnya, sekarang dia tahu kalau dia dan sel telurnya baik-baik saja. Apa pun yang terjadi di masa lalu bukanlah salahnya. Waktu dan mantannya. Mereka yang (harus) dipersalahkan.
###
Si bayi lahir di tempat yang belum pernah didatangi ibunya. Dikelilingi orang yang belum pernah ditemui ibunya. Bayi ini dilahirkan tepat waktu. Terlambat sedikit saja mungkin ia dan ibunya tidak bisa diselamatkan. Air ketuban sudah pecah jauh sebelum mereka tiba di rumah kami Ketuban sudah mengering. Ibunya tidak berani menyampaikan ke orang di sekelilingnya karena, malu dan rasa bersalah setinggi gunung. Operasi jalan satu-satunya. Syukur kepada Sang Pemberi Kehidupan, mereka berdua bisa tetap hidup. Bayi lahir ke dunia.

Sekarang mereka tinggal di kamar sebelah. Semalam aku mendengar si bayi menangis. Hatiku sakit.

###
Bayi ini menakjubkan. Kini aku tahu kenapa banyak orang ingin mempunyai bayi. Di sisi lain, aku juga takut. Kecewa. Marah. Inilah yang terjadi kalau tidak ada persiapan. Bayi harus minum susu formula karena berat badannya kurang dan si ibu belum bisa menghasilkan ASI. Tidak ada suami yang mendukung dan menemani. Tidak ada orang tua yang menceritakan pengalaman mereka tentang dunia bayi. Sepi.

Hey bayi! Cepatlah besar!

Kawan

Sejak awal aku memang sudah menaruh curiga. Ada apa dengan kawan yang satu ini? 
Dulu sepertinya kami tidak terlalu dekat. Mungkin karena jarak yang berjauhan. Kadang dekat, tapi lebih sering jauh. Dia memang tau ceritaku dengan seseorang yang notabene adalah temannya. Tapi, hanya itu. Aku pernah cerita tentang dia. Sebelum dan setelah kami pacaran. Setelah itu, tidak ada lagi. (Aku menyimpulkan ini karena pertanyaan jebakan yang dia berikan)

Beberapa bulan terakhir dia mulai muncul. Mulai dari sekedar like dan comment status di facebook hingga saling mengirim sms. Aku sudah lama tidak pacaran. Yang terakhir adalah dengan temannya, sekitar 2 tahun lalu. Jadi, ketika kegiatan saling komen dan kirim sms terjadi, ada rasa penasaran. Hanya penasaran. Kenapa begini dan kemana arahnya.

Aku senang ngobrol dengannya. Aku ingat, beberapa hari yang lalu senyum-senyum sendiri di kereta yang penuh orang ketika membaca sms darinya. Dan aku mulai merasa ini agak salah. Aku dan dia memanggil satu sama lain sebagai 'sahabat'. Tapi, aku tau, kalau ini terus berlanjut aku akan menangkap dan melemparkan sinyal yang salah. Bagitu juga sebaliknya. Siapa tau, kalau ini terus berlanjut aku akan minta lebih dari sahabat. Siapa tau?? Aku harus memperjelas semuanya. Jadi, itu yang kulakukan.

Kutanyakan tentang hal-hal yang seharusnya segera kutanya ketika dia melontarkan itu. Dan jawabannya, yaa, dia menangkap sinyal yang salah. Aku mengerti itu. 

Dia putus dari pacarnya sekitar 4 bulan lalu. Dan di bulan itulah, pesan-pesan (yang isinya membuatku salah paham) dimulai. Jadi, menurutku dia hanya agak bingung dengan keadaanya pasca putus. Masalahnya, aku tidak mengetahui itu sejak awal. Seharusnya, aku segera ingat bahwa kami memang tidak pernah sedekat isi dalam pesan-pesan itu. Tidak pacaran dalam jangka waktu yang cukup lama mungkin mempengaruhiku.

Syukurlah, hari ini aku menyadari sesuatu. Ada skripsi yang harus kuselesaikan. Untuk itu, aku harus segera mennyelesaikan 'rasa-ras penasaran' ini. Aku teringat lagi pada seorang teman dan pacarnya yang putus karena skripsi. Ketika dia cerita, aku bilang tidak mungkin hanya karena skripsi. Hahah. Mungkin saja sih. Aku hanya masih bingung untuk menjelaskan teoriku tentang yang satu ini.

Jadi, begitulaahh. Beberapa hal memang harus segera diperjelas sebelum berjalan semakin jauh. Okelah, dia memang tidak bermaksud ada sesuatu yang 'lain'. Oke. Anggap saja aku. Aku yang salah menginterpretasi pesan-pesan itu dan akhirnya memberikan respon yang juga salah. Lagi-lagi, komunikasi tertulis memang dapat menimbulkan beragam interpretasi. Tergantung pada siapa yang membaca tulisan itu. Pernah ada masalah karena itu di grup jurusanku. Akibatnya lumayan fatal. Dua orang keluar dari grup di Whatsapp. Aku tidak mau seperti itu.

Sekarang H-49 HARI. Aku harus benar-benar fokus dengan skripsi ini. Skripsi adalah keputusanku. Aku harus benar-benar serius dengan ini. 

nb: minta dia membaca ini tgl 30 november 2013.

*typing message: "baca link ini deh". Message will be sent on Nov 30th.

Selasa, 08 Oktober 2013

Ulang Tahun

Oke, ini keempat kali mengetik hal yang sama.
"Selalu degdegan kalo ulang tahun. hahaha, selamat ulang tahun diriku ~~~"

Baiklah, akan saya analisis.
Kalimat di atas diawali dengan sebuah pengumuman tidak langsung, yakni gue sedang ulang tahun. Sebagian orang mungkin akan membaca itu dengan, "Idih, ulang tahun saja diumumin", "terus? gue harus bilang wow gitu" dll. Atau mungkin ada juga yang tulus mengucapkan selamat lalu mendoakan. Terima kasih untuk mereka.

Itu memang yang saya rasakan setiap kali ulang tahun. Degdegan. Gabungan dari berbagai rasa deh. Senang banget karena wow, sudah 22 tahun loh! tidak terasa. Benar yang mereka katakan, Time flies.. Kalimat ini muncul lagi , "rasanya baru kemarin gue ....., sekarang sudah di sini dan begini." Penasaran. Besok ada apa ya? Nanti ada apa ya? Pokoknya, WOW!

Kalimat berikutnya adalah, ucapan selamat yang ditujukan pada diri sendiri. Saya mencoba untuk menghargai diri sendiri. Sudah lama, gue melihat gue sebagai gue dan gue yang satu lagi. Kami berdua bekerja sama. Dua sisi dalam gue. positif dan negatif. baik dan jahat. Kadang mereka bertukar posisi, dll. Intinya, menghargai diri sendiri. Kalau gue bisa mengucapkan selamat ulang tahun pada orang lain, kenapa tidak pada diri sendiri?

Ini nih, masalah gue. Kadang terlalu memikirkan apa yang mungkin orang lain pikirkan. Padahal, belum tentu orang lain itu mikirin kan. I worry too much for some useless things. Gue nulis ini oun, mungkin berawal dari, setelah gue nulis kalimat itu, orang lain akan memikirkan sesuatu. Nah, gue tulis saja ini sebagai bentuk pembelaan diri. Sebelum oran nge-judge. Padahal, mungkin saja itu sebenarnya gue sendiri. Gue menghakimi diri sendiri dengan mengatasnamakan orang lain, karena gue pun tidak tau apa isi pikiran orang lain. 

Jadi, mulai hari ini, saya akan belajar untuk tidak menghakimi diri sendiri dan orang lain. Melakukan apa yang dirasa benar, tanpa menjadi egois dan angkuh. Memperhatikan diri sendiri. Belajar dan belajar.

Jadi, selamat ulang tahun diriku ~~~ yuhuuuuuyyy,