Senin, 19 Desember 2016

From Semarang with love



Perjalanan yang sudah direncanakan sejak dua bulan lalu akhirnya terlaksana akhir minggu kemarin. Waktu dua hari satu malam di Semarang terasa sangat cepat. Apalagi karena dihabiskan bersama teman-teman seperjalanan yang seru-seru.

Yup!! Akhir minggu kemarin adalah trip ketiga bersama Backstrip. Awalnya ada sekitar 12 orang yang mendafar dan akan ikut, tetapi karena banyak urusan personal yang tidak bisa ditinggal akhirnya jumlah fixed yang ikut trip ini adalah enam orang, Jabbar, Mpok Mirna, Bang Pandu, Ka Ayu, Rindang dan Hanny. Fyi, Hanny juga anggota Backstrip yang menetap di Semarang. Hanny membantu kami membuat ittinerary dan menjadi pemandu selama perjalanan.

&&&

Entah mengapa Jumat kemarin rasanya cukup sibuk. Kulirik jam di pergelangan tangan kananku, jarum-jarumnya yang kecil mungil sudah menunjuk angka 15.15 dan aku masih berkutat dengan pekerjaan yang tanpa henti meraung-raung minta segera diselesaikan. Sementara itu, Ayu, Bang Pandu, Jabbar dan Mpok sudah tiba di Senen. Kereta kami berangkat dari Stasiun Senen pukul 16.15. Perjalanan dari kantor ke stasiun kuperkirakan memakan waktu sekitar 30 menit. Jadi, kalau tidak ada aral melintang aku bisa sampai stasiun 15 menit sebelum keberangkatan. Only if... the work must be finished in 15 minutes. OK!! So in the next 15 minutes I worked like crazy. Checked and rechecked, revised and checked again, email to A was sent, report from B was read and put in it's own folder. Check the things-to-do-today-list. Everything was done. Great!! it's 15.30 when Abang Ojek just arrived and waited in front of the gate. I took my backpack, put my shoes on, and got in to the Ojek and ciao to station Pasar Senen. It was so hectic. On the way, I couldn't stop singing and humming to distract my mind from thinking about being late. I could see, once or two times the Abang Ojek glanced at me and smiled a bit.

16.45 pung!! There we were. Duduk manis di kereta, senyum membingkai wajah dan aku bisa melihat kami sudah tidak sabar ingin segera memulai perjalanan ini.

Mas Rangga
Ketika lagi seru ngobrol, makan dan ketawa ketiwi muncullah seseorang yang hmm cukup tampan. Dibalut seragam operasional berwarna biru dan senjata andalannya, pembolong kertas! Layaknya pengawas ujian, dia memeriksa setiap tiket lalu cetek, cetek, cetek... Pandanganku tertuju pada si mas Rangga yang sayangnya ketika aku menceritakan ini sekarang, bayangan si mas rangga sudah hilang, tanpa bekas. Ah mas-mas tukang cetek-cetek tiket kereta, sampai jumpa lagi!

Kereta jarak jauh selalu menyenangkan. Tidak peduli sekeras apa kursinya atau berapa liter minyak goreng di nasi gorengnya, setiap perjalanan dengan kereta selalu menorehkan kisah. Ini kali kedua aku naik kereta jarak jauh ke daerah Jawa. Cemilan-cemilan sudah bersarang di perut, sekali aku berkemih lalu menikmati tiupan angin kencang dari jendela toilet. Sesaat kuterdiam dan kubiarkan angin mengacak-acak rambutku. Kutarik nafas dalam lalu kupalingkan pandangan ke kenop pintu toilet yang terasa seperti monster, siap menarik tanganku dengan kasar begitu aku mengulurkan tangan. Cuplikan adegan kartun Scobby Doo terlintas ketika knop pintu membuka mulutnya selebar mungkin lalu menelan Shaggy dan tiba-tiba aku sudah duduk manis, kembali ke kursi kereta yang sandarannya berdiri tegak membentuk sudut siku-siku.

Setelah mencoba berbagai posisi. Dari duduk manis, kaki mulai naik ke kursi, sender kanan kiri, kepala tiba-tiba menggantung, kaki di atas, darah turun ke kepala lalu tinggal menunggu waktu menuju ke... (stop!!) OK, intinya setelah beberapa jam, diumumkanlah bahwa kereta akan rehat sejenak di stasiun (kalo gak salah St. Cirebon). Penumpang lain segera berlarian, layaknya penggila belanja yang mengejar diskon 90% di Pondok Indah Mall, mereka mengambil langkah cepat menuju ke mba-mba Warteg dan penjual makanan/minuman yang lain. Ketika beberapa orang sudah mulai kembali ke kereta, kami berlima masih saling menatap satu sama lain dengan manisnya. Beberapa detik berlalu, Mpok dan Ka Ayu (Jabbar juga gak ya?) memutuskan untuk keluar. Berselang beberapa menit, tiba-tiba mereka sudah kembali lagi, mengikuti arus orang-orang yang bergegas kembali ke dalam kereta. "Beli apa Mpok?" Bang Pandu menanyakan hasil perburuan beberapa menit dan hasilnya NIHIL. Gak dapet apa-apa doong. Kelamaan gerak, belum ngantrinya. Tapi aku juga gak yakin sih, Mpok berhasil sampai tukang waterg nya gak sih?

Jumat, 23.00 kami tiba di stasiun Poncol. Pak Markus dan keluarganya sudah menanti kami (senang banget ada yang nungguin ya ampuun, terharu deh #plak #lebay). Tadinya kami mau cari makan di daerah kota, tetapi tak jadi. Setelah kelewatan, puter balik dan bertanya sedikit, akhirnya kami tiba di rumah tantenya Bang Pandu. FYI, tantenya Bang Pandu ada dimana-mana (???) Sebelum memasuki rumah tantenya Bang Pandu, kami ngobrol sebentar dengan abang-abang tukang jaga pos. "Oh ke Ungaran.. ke puncak Ungaran paling tiga jam" --> teeeettt!! PHP level Gede is detected!!! You better not really rely on that info.

Sekitar pukul 12.30 setelah mandi, cek cek baby cek rumah tantenya bang Pandu, kami pun tidur. Melepas lelah dan menyiapkan diri untuk petualangan esok hari. First destination will be CURUG SUMIRANG, Hei abang Curug, you better be ready because here we come for you!!

&&&

Pagi pertama di Semarang. Sebelum ayam berkokok Mpok Mirna, Kak Ayu dan Jabbar sudah siap-siap bertempur dengan pisau, penggorengan dan pencarian bawang merah yang tiada hentinya (#blaah). Benar-benar calon ibu dan ayah rumah tangga yang baik. Anaknya sejahtera dah tuh.

Bangun-bangun nasi goreng terhidang di meja ..... kita santap tiap hari, beraneka ragam hasil bumi, dari manakah datangnya, dari ..... ngeeekk #kasetnya rusak (jangan bilang kalian gak tau lagu ini. Kalo sampai gak tau keterlaluan namanya. Dimana kalian ketika lagu ini diajarkan pas kelas 2 SD?? Googling gih!) Nasi gorengnya enak, lebih enak lagi dengan tambahan kerupuk Tantenya Bang Pandu. Murah hati sekali mereka itu ya, udah tau ada rombongan perut bolong (baca: gue) datang, mereka tetap menyediakan cemilan. Btw, thanks to Mpok, Jab dan Ka Ayu.



Aaah, manisnyaaa. 


Nasi gorengnya malu-malu. Katanya, "Cukup rasaku saja yang memanjakan lidah kalian. Penampilan akan layu seiring dengan berjalannya waktu, tetapi hati dan otak akan tumbuh dan berkembang menjadi semakin matang dan cantik" (ini nasi goreng atau cewe lagi promosi??)
Bang Pandu, "Astaga! luka-luka gini mulut gue. Sepertinya ini nasi goreng ekstrak pecahan kaca" | Ka Ayu, "Ini si Rindang, udah tidur paling nyenyak sendiri, bangun-bangun langsung makan lagi. Dia udah makan cabe rawit yang gue selipin di nugget itu belum ya. hmmm | Jabbar: "Keluarin, enggak, keluarin, enggak. Gimana nihh" | Rindang," I have the time of my life and I never felt this way before.... makan aja terus, senangkanlah cacing-cacing di perutmu. syalalaa"

 Aku kenyaaang dan siap memulai petualangan mencari jeng jeng jeng jeng!!! shampo sachet!

Demi sampo kulakukan apa pun
Gue masih dalam proses mengubah kebiasaan packing di saat-saat terakhir menjadi packing sebulan sebelum hari H (berlebihan), jadi ada kalanya satu dua barang tertinggal. Kali ini yang ketinggalan adalah sampo. Sampo itu salah satu peralatan mandi yang sangaaat penting. Apalagi dengan kadar minyak kepala yang melebihi kadar minyak nasi goreng kereta, kebayang lah ya betapa pentingnya sampo itu untuk rambut macam rambut ku ini.

Setelah sarapan, pencarian pun dimulai. Titik pertama yang akan kutuju adalah area belakang rumah. Dengan percaya diri yang membumbung tinggi ke angkasa aku ayunkan kaki. Sesekali menoleh kanan dan kiri siapa tau di ujung gang ada warung kecil. Setelah bertanya pada Ibu warung nasi, sampailah aku ke sebuah warung. Begitu sampai, hal pertama yang menarik perhatianku adalah dua ekor tupai dalam kandang di depan rumah. Pertama kali melihat tupai, norak gitu. Sebagai pendatang yang tidak sombong, aku bermaksud berkenalan. Namun, dua langkah sebelum mencapai kandang, kedua tupai sepakat membalikkan badan dan mengacuhkanku. Cuih! tau gitu mah aku cuekin duluan deh. Sebelum caci maki berloncatan, aku segera mengucapkan salam dan permisi-permisi-permisi. Pemilik warung keluar dan mendengarkan maksud kedatanganku, "Baiklah, Ibu cari dulu ya Neng". 10 menit berlalu. Sang Ibu muncul dan "Maaf Neng, semua ada tapi kok sampo ndak ada ya Neng". ASTAGA! Nih ibu bercanda aja, mana saya tau Bu, kan yang jualan Ibu. Yang punya toko Ibu. Aku hanya nyegir-nyengir kuda dan berlalu.

Warung kedua. Arahnya sebelah kiri dari depan rumah Tantenya Bang Pandu. Jalannannya menurun. Setelah bertanya ke Bapak-Bapak yang sedang bercengkarama di depan rumah, tibalah aku di sebuah warung yang di sebelah kanannya ada tambak ikan dan di kiri ada kali kecil. Lagi-lagi, sampo tidak ada. Tapi kulihat ada tumpukan indomie yang memanggil-manggil namaku. Yasudahlah ya, karena tidak ingin mengecewakan mereka, aku beli aja. Sekalian biar ada alasan untuk tanya rekomendasi warung di sekitar sini yang menjual sampo.

Berdasarkan petunjuk dari Ibu warung kedua, aku berjalan ke kiri melewati jembatan. Lalu disambut tanjakan. Astaga! Tanjakan beneran loh! Serius. Awalnya ragu, takut di atas gak ada apa-apa atau jangan-janagan samapi atas sudah kaki gunung Ungaran lagi. Tapi begitu menoleh ke belakang tampak dua orang ibu-ibu dengan ember di kepala berjalan dari arah kali menuju ke arahku. OK, berarti di atas sana ada kehidupan. Dengan riang gembira yang kupaksakan, aku tiba di atas dan di kejauhan tampak sebuah warung yang dihiasi untaian sampo sachet. Akhirnyaaaaa..... pencarianku berakhir karna tlah kutemukan dirimu!!

*Dari ketiga warung yang kudatangi, ada pertanyaan yang sama yang mereka lontarkan padaku (selain pertanyaan khas ibu-ibu penjual ya) yaitu, "Neng, baru ya di sini? Saya belum pernah lihat. Tinggal dimana?" Sungguh, setelah beberapa peristiwa di Indonesia raya ini, dimana pelaku kejahatan kadang tinggal di daerah perumahan tetapi tidak dikenal oleh warga sekitar, aku merasakan pentingnya pertanyaan itu. Mereka aware banget loh, langsung ngeh ketika ada pendatang. Berarti pertanyaan itu memang salah satu pertanyaan yang sudah biasa ditanyakan ke orang baru. Penting banget! Bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari nih*

CURUG SUMIRANG
 Pertama kalinya bermain-main di Curug. yeaah!!

Welcome to Wa(ha)na Wisata Curug Semirang

Mpok dan Jabbar. Bajunya kompakan gitu ya. 

Jalan menuju Curug Semirang memang seperti ini. Tangga-tangga tanah. Ada juga kali kecil. Tapi akses ke Curug sudah bagus. Masalah  mungkin akan muncul ketika hujan karena tanahnya akan berlumpur dan licin.

Hutan 

Rindang, Hany, Jabbar, Ka Ayu dan Mpok


SETELAH INI SIAP-SIAP MENGHADAPI TANJAKAN PALING CURAM DI LEVEL INI. 
we present you the wonderful Curug Semirang, Enjoyyyy !!!!
Demi sebuah foto. Sangat berdedikasi. hehe
"But first, let us take a selfie :D"



Lama perjalanan dari pos ke Curug sekitar satu jam-an, tetapi turunnya bisa lebih cepat lagi. Di atas ada warung-warung menjual mie gelas, air mineral, dll. Waktu itu penjualnya oppung-oppung semua. Satu hal yang sangat disayangkan, di atas banyak sampaahhh. Sedih deh. Jangan ditiru ya!


###
Tulisan in dimulai dua tahun lalu dan setelah itu lupa. Sudah gak buka blog lagi hingga akhirnya tulisan ini pun terlupakan. Pengen dilanjutkan tetapi rasanya gak sama lagi. Nanti jadi PHP kalo diterusin padahal sudah gak ada rasa. Sudahi sajalah ya (???)

Sama seperti  tulisan ini, jalan sama Backstrip pun sudah gak pernah lagi. Kalo ada acara ngumpul pun kebanyakan gak ikut. Jadi rindu akuu. Sudah banyak yang menikah dan belum ada satu pun pernikahan anggoa geng yang kudatangi.

Ka Ayu bahkan sudah punya anak. Mas Adi penjaga benteng pas nanjak ke Gunung Gede pun sudah menikah. Ka Dina yang dua tahun lalu kupikir masih bocah juga sudah menikah and expecting baby. Jabbar sudah gak kerja di daerah Cikini. Gak pernah lagi ketemuan di Manggarai dan ngobrol-ngobrol sambil makan junk food nya Circle K dan memperhatikan kereta dan orang-orang kocar kacir. Bang Juki sekolah di Jogja. Ka Ebi PNS sejati. Mpok masih kurus tetapi terlihat semakin bahagia setiap harinya. Ka Pepoy, hailaaaahh aku bahkan baru sekali ketemu ketua geng ini. Bang Alex, where are you now? 

Ada yang lama, banyak yang baru. Begitulah hidup. Tetapi yang lama akan tetap di hati dan selamat datang untuk yang baru. 

Gak sabar mau ikutan jala-jalannya Backstrip lagi di tahun 2017 dan selanjutnyaaaa.
Aku rindu gengs!!