Senin, 12 Mei 2014

Pulau Perak

"When the last time you did something for the first time?"
Saya gak tau apakah pertanyaan di atas memiliki korelasi dengan cerita yang akan saya tulis ini, tapi biarkan sajalah. That's what I thought to start this story.

Kemarin saya menghabiskan weekend kedua bersama Backstrip. Ada Ka Eby, Bang Juki, Bang Alex, Mas Adi, dan Ridi. Untuk pertama kalinya bertemu dengan anggota backstrip yang lain : Mba Dian, Sanny dan Andry. Selain anggota Backstrip ada juga kawan-kawan yang lain (Kristin, Ipin, Numan, Mba Ruti, Mba Tera ~jana kuch-kuch hota hai, Bang Iruul, Sispay, Nunung, Panca, Muki, Mba Thea, total 20 orang. Tapi ini baru 19 orang. Satu lagi siapa ya? .......................................................... (mikir).............................gue.

Kami berangkat sabtu pagi dan kembali keesokan harinya. Meeting point di Stasiun Kota. Dari situ kami sewa angkot ke Muara Angke, lalu menyeberang ke Pulau Harapan selama kurang lebih tiga jam. Tiga jam di kapal ngapain aja kakaa?? Biasalah, seperti yang dilakukan oleh orang-orang biasa pada umumnya. lomba renang sama kapal, main kartu sambil kayang, nyari tau ini kapal kalau dibajak bisa nutupin biaya ke Pulau Perak atau enggak, ngitung perbandingan air pipis, air bekas cucian piring kotor, air hujan dan air-air yang lain di lautan pulau seribu. Biasa-biasa sajalah.. 

Bang Alex, Rindang, Ka Eby, Sanny, Bang Juki were playing card. We played for almost 12 times and I only won once, of course with Bang Alex's help.

Di Pulau Harapan kita sudah dinantikan oleh seorang pria paruh baya yang lahir, besar dan berkeluarga di Pulau Seribu. Dia adalah Pak Bob. Kaos ketat putih, celana tigaperempat, rambut pendek yang mulai ditumbuhi oleh uban, dan dengan gagahnya dia berdiri di kapal kebanggannya, yang katanya mesinnya besar dan kalau muatannya tidak banyak bisa melaju dengan kecepatan menyerupai kecepatan speed boat. Tapi sayang sekali, muatannya lebih dari sedikit (baca: berat), jadi hilanglah satu-satunya kesempatan saya untuk melihat kecepatan ala speed boat kapal Pak Bob ini. Saya kecewa banget. Banget. #lebay

Bersama tiga orang pasukannya Pak Bob siap mengantar kami ke pulau Perak dan kemana saja sesuai pesanan. Pak Bob sudah menyiapkan dua kapal kecil (bermesin besar) karena kami akan dibagi ke dalam dua grup. Pak Bob menyalakan mesin kapal lalu menyuruh Mas Tami (salah satu anak buah Pak Bob) untuk mengambil alih kemudi. Kapal kami siap melaju. Kita udah jalan nih ya, eh kapal yang satu lagi agak mogok. Dua orang anak buah Pak Bob yang bertugas sebagai awak kapal yang satu lagi terlihat kewalahan. Kami pun putar balik, Pak Bob akan mengecek kapal yang satu lagi terlebih dahulu. Bisa kulihat wajah Pak Bob mulai kesal. Dia mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti dan kemudian dengan gagahnya, Pak Bob melepas kaos putihnya dan tanpa babibu byuurr... Pak Bob melompat ke dalam laut. Wuidiih, saya berdecak kagum. Terus, krik krik krik kenapa mesti loncat ya? kenapa gak kapalnya saja yang didekatkan? Otak saya yang lebih pintar menjawab, "Kalau kapal yang ini didekatkan ke kapal yang satu lagi maka akan ada gelombang-gelombang yang akan membuat kapal yang satu lagi semakin menjauh, ngerti?" OK, OK, agree with you laah. 

Sekitar 20 menitan kami tiba di Pulau Perak. Langsung bongkar-bongkar ransel dan mulai memasang tenda. Voila! just found another reason for the question at the beginning of this story: For the very first time I put my own tend up, hmm.. hold on, actually not really my own tent because I did not sleep in the tent, which  I set up with Bang Juki and Mas Adi. I slept in another tent. Hold on, is this really matter? nope!! so? oke just keep writing!! Also for the first time: I slept in a tent!! I felt so excited. 

Setelah tenda terpasang, yang mau ganti baju segera ganti baju lalu kami naik kapal lagi karena akan melakukan kegiatan berikutnya yaitu snorkeling. Pak Bob membawa kami ke tiga lokasi snorkeling. Spot yang pertama bagus. Karangnya bagus. Ikan-ikannya cantik dan banyak. Airnya jernih dan bersih. Tapi pas gue tanya Bang Irrul, yang notabene sudah pernah snorkeling di tempat lain, katanya lokasi yang ini baru sampai tahap "lumayan". Dari skala 1-10 Bang Irrul memberikan nilai 7 untuk spot pertama ini. Pretty good-laah. 

Di spot pertama, kaki kiri gue kram saudara-saudara setanah air. Dan gue langsung heboh, air masuk hidung, masuk mata, masuk mulut, dan meski udah ditolongin gue masih aja gelepar-gelepar kayak cacing terpanggang matahari. Yang bikin gue merasa semakin krik krik adalah setelah 10 menit di atas kapal dan dengan sedikit pijatan dari mas adi, itu kaki udah pulih kembali. Malu sih. Malunya lebih ke diri sendiri sih. Udah pake acara geleparan eh krammnya hanya sebentar. Sayang banget energi gue yang habis untuk geleparan. Sayang banget air laut yang ketelan sama gue. Air laut yang sudah becampur dengan air-air yang lain ... Baiklah, stop right there! Don't even dare to mention it. Just keep it for myself. Tapi pas kebayang itu, rasanya geli-geli-tapi-yaudahlahya-mau-diapain-lagi. Akhirnya, karena gue sudah (kurang) percaya diri snorkeling sendirian, gue nebeng Bang Irrul saja. Kalo ada titik yang banyak ikannya, dia ajak gue. Gue menikamati saja. Ikan-ikan kecil, penuh warna, dengan latar karang yang cantik. Bagus banget. Bersyukur bisa melihat pemandangan seperti itu di kala di tempat lain ada orang yang untuk makan saja sulit. Saya mendedikasikan semua yang indah-indah ini untuk mereka. Oke, move on! Kawan-kawan yang lain keep taking pictures-laah. Of course, they would not waste this opportunity-laah. We only had one day, tomorrow maybe we couldn't do this again. So, enyoyyy-laah!! (dibaca dengan aksen Singlish-singaporean english lahh ya. Sape nak buat jadi begini? Itulah T-shirt nya si Bang Juki yang bikin sebab).

Spot kedua, posisinya lebih dekat ke pantai. Airnya jernih juga, tapi karena dekat pantai jadi cepat keruh karena pasir. Di sini ikan-ikannya juga bagus, tapi karangnya kurang. Jadi gini, jarak bibir pantai ke bagian laut yang sangat dalam tidak terlalu jauh dan tidak ada tingkatan kedalaman. Habis area berpasir/dangkal langsung area sangat dalam. Kalo tetap di area yang dangkal, konsekuensinya air keruh. Tapi kalau berenang dikit ke area yang lebih dalam, hampir gak kelihatan lagi karena udah gelap. Jadi, gue nebeng Bang Irrul lagi lah. Hahaa, gue pegang celananya, terus dia berenang-renang dan tugas gue gerak-gerakin kaki. Udah santai begitu tetap saja ikan-ikannya harus ditunjukin juga baru gue bisa lihat. Next time, I can do it better then yesterday. It's ok laah. Oh iya, di sini kami menemukan rumahnya anemon. Anemon itu apa kakaa? Anemon itu seperti yang ada di gambar ini dek. Bukan yang kuning bergaris putih ya, itu ikan badut alias nemo! Nah, sensasi menyentuh rumah anemon adalah seperti tersengat, tapi sengatannya asik (??). Gue cuma sentuh sekali karena pas ngelihat anemon ini yang terlintas di pikiran gue adalah bunga pemakan segala hal yang hidup seperti di film JUMANJI -_-"

http://fotohewan.info/10-foto-ikan-badut-clownfish-terbaru-2013/ikan-badut-alias-nemo-dan-rumahnya-anemon/
http://fotohewan.info/10-foto-ikan-badut-clownfish-terbaru-2013/ikan-badut-alias-nemo-dan-rumahnya-anemon/

Spot ketiga itu.... hanya gundukan pasir putih. Di sini kita sudah gak mainan snorkeling lagi. Bagaimana bisa snorkeling? Sudah tidak fokus lagi. Turun dari kapal kita sudah dikedipin oleh ibu-ibu penjual gorengan dan FYI ya guys, gorengannya masih hangat!! Surga banget. Satu gorengan jenis apa pun hanya dihargai rp.2000,- Panjang umurlah si Ibu, tetap semangat ngedipin calon pemangsa gorengan-gorenganmu ya!!

Hari sudah mulai gelap ketika kami sampai tenda lagi. Sebagian cowo-cowo mandi duluan. Tempat mandinya adalah sebuah sumur di dalam hutan (jangan bayangkan hutan amazon, please, jangan). Sumurnya dalam dan airnya gak banyak, gak sedikit juga. Gue mau bilang banyak karena setelah dipakai mandi oleh lebih dari 20 orang, anggap saja satu orang satu ember, airnya gak habis-habis. Tapi cobalah sejenak menilik ke dalam sumur, airnya udah kaya mau habis gitu. Gak pintar banget! itu kan mata air. Asumsi kedua, airnya gak habis-habis karena air bekas mandi kembali lagi ke dalam sumur. Bisa jadi. 

Setelah yang giliran pertama selesai, tibalah giliran kami. Akhirnya, setelah menunggu beberapa lama, kesempatan itu pun datang juga. Kami sujud syukur penuh deraian air mata, lalu berlari ke sumur kebahagiaan. Dengan sigap, cewe-cewe di giliran kedua mengambil posisi. Yang di kamar mandi (baca: bilik bambu) yaa ke kamar mandi, yang mandinya di pinggir sumur, ya terima saja. Pas kami sampai Bang Irrul lagi menimba-nimba air, sekalian aja gue minta airnya disiramin ke kepala gue. Macam ayah kita mandiin kita waktu kecil. hahah, kocak deh. Pas siraman pertama, gue hampir muntah. Airnya berbau. Masalahnya itu bukan bau parfum japanese cherry blossom gue. Baunya mirip bau belerang atau telur rebus yang hampir busuk kali ya. Tapi tidak apalah, untuk apa ada minyak wangi dan lotion? iya kan. They can solve this problem. Hahah (evil laugh).

Keseruan ketiga akan segera dimulai, jreng, jreng, jreng : masak-masak. Pak Bob sudah menyiapkan nasi dan ikan bakar. Kami akan memasak tumis taoge kacang panjang, nugget goreng, sosis goreng dan sambel (lupa namanya, sebut saja sambal Menado karena yang menyiapkan adalah tangan wanita Menado asli : Ka Eby (standing applause). Kenapa? karena sambalnya enaak dan pedas :-(  
Gue masak sayur sih, tapi sepertinya failed, tanya saja pencicip pertama di uar geng memasak (Andry). Baiklah jangan sedih, mungkin harus lebih sering lagi nongkrongin Ibu Sisca Switomo masak.

 Habis masak, kita rapi-rapi. Gue dan kebaikan hati gue yang tidak terperi, penuh semangat mengambil piring kotor dan membawa ke sumur. Blaaahh. Enggak deng. Bohong. Gak semangat juga sih. Biasa saja. Gue mau cuci karena gue sudah mengacaukan sayur kacang panjang. Sendirian? serius?? beneran sempat mikir kalo gue berani ke sumur sendirian? Waah, itu hanya imajinasimu saja nak. Gue mencuci piring membawa segerombolan pasukan Paman Gober: Nunung, Sanny, Ka Eby, Andry, Bang Irrul, Bang Juki, dan siapa lagi gak tau. 

Balik nyuci piring (ini harus disimak baik-baik) di tengah jalan ada keong kecil. Dan si gila ini sudah bersiap-siap, mengangkat kaki kanan setinggi lutut dan berencana mendaratkan kakinya di atas keong kecil yang sedang meraba-raba jalan setapak. Untunglah, kawan-kawan berhasil menggagalkan rencana gue. Iseng banget emang. ckck. 

Piring sudah bersih. Sekarang ngapain lagi ya? Mba Ruti, Mba Tera, Mba Oma sedang bermain-main di dermaga. Yang lain, tidak tau dimana. Mungkin lagi luluran atau sedang menatap langit, ingin berkenalan dengan Evangeline nya kunang-kunang Raymond dalam film Princess and the Frog. 

Aku, Ka Eby, Mba Dian, Mas Adi, Bang Alex, Bang Irrul dan Numan menghabiskan (setengah) malam dengan bermain kartu. 

***
Sebelum main, pas kita masih ngobrol-ngobrol, kedua telapak tangan gue panas sepanas-panasnya. Gue udah bikin lotion tapi tetap panas. Otak liar gue mulai berkelana, menjelajah masa lalu dan menemukan sebuah kenangan: Keong kecil. Gue pikir tangan gue panas karena hampir saja mau matiin seekor keong yang kesepian. Gue mulai parno, tapi gak ngomong ke siapa-siapa. Dalam hati,panik juga sih. Untung Mba Dian membawa sebotol kecil cairan, yang namanya aku gak tau. Aku olesi ke tanganku dan tidak berapa lama kemudian, tanganku kembali seperti sedia kala. Setelah kutelusuri, aku pun menemukan penyebabnya. Pas nyuci piring aku air rendaman piring sudah tercampur dengan sambal yang pedasssss banget. Dulu pernah mengalami kejadian seruap, waktu itu ngeblender sambal tapi tutup blender belum kepasang. Alhasil cabe nya muncrat kemana-mana mengakibatkan panas dimana-mana. Tapi ini pelajaran nih. Watch your behaviour Rindang. Bersikap yang baik dimana pun berada. Jangan iseng. Jangan merusak. Have fun without creating any damage!! Remember this young lady!!
***

Di tengah permainan kami memutuskan untuk membuat permainan ini menjadi semakin panas. Bagaimana caranya? Gampang! ambil bedak nya Ka Eby. Jadi, muka yang kalah akan dicemongin pakai bedak. Korban pertama adalah Bang Irul. Yang ngalahin dia adalah Numan. Kartu gue sih, tapi yang mainin Numan dan menang. Tapi yang bedakin gue. Begitu juga ketika Bang Alex bertarung dengan Ka Eby. Pertarungan berjalan alot. Keduanya melancarkan jurus dan strategi andalan. Namun Bang Alex nampaknya melakukan kesalahan. Ka Eby dengan berapi-api memanfaatkan kesalah itu dan jebreeet, dia pun menang. Tapi masalahnya, yang kena gue -_-. Ka Eby gak mau bedakin Bang Alex dan Bang Irul dengan cekatan menuangkan bedak di atas tangan gue. So, there's nothing I can do. Bukan masalah bedaknya, tapi kalo nanti kamera Bang Alex ngambek karena tuannya gue putih-putihin, terus dia gak mau foto gue lagi, gimana dong? make sense sih, tapi yaudah, berimajinasilah sekreatif mungkin.

Sekitar jam 1 dini hari, permainan selesai. Aku sama Ka Eby tidur satu tenda. Bahkan belum sempat mimpi, tetangga depan sudah bikin masalah. Berisik banget. Awalnya gue kira mereka mau membangun kuil Roro Mendut. Gue penasaran dong. Bangunlah gue karena ....... kebelet pipis. Ternyata penyebab kegaduhan itu adalah kelabang yang jatuh cinta sama Ridi dan tidak sabar menunggu untuk menyatakan cinta saat hari sudah terang. Dengan sedikit memaksa kelabang itu mengerayangi Ridi dimulai dari ujung jari kaki. Ridi tidak siap. Dia melakukan perlawanan yang sayangnya kurang tepat. Kelabang kesal lalu mulai meninggalkan tanda cinta di kaki Ridi. Tidak ingin menyerah terlalu cepat, Kelabang berusaha menanjak ke posisi yang lebih tinggi. Ridi semakin menggila. Kelabang juga menggila. Dan pertempuran itu pun selesai. Ditemukan tiga jejak cinta di badan Ridi, lebih spesifik lagi, jejak-jejak itu tersebar di area pinggang ke bawah. Kabar yang paling mengejutkan, Mas Adi juga sempat dicicipi oleh Kelabang yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Tetapi, jejak di Mas Adi hanya satu. Mungkin Ridi lebih menggiurkan dibanding Mas Adi. Kalau aku jadi Mas Adi, aku akan mulai bercermin tujuh kali sejam. Apa yang salah? Bahkan Kelabang pun hanya meninggalkan sau jejak tunggal dalam diri gue (peace mas Adi, hehe). Kelabang itu kan kecil, mungkin dia sudah gak mau sama yang kurus. Dia maunya sama yang lebih berisi. Sebenarnya pas baru tau, gue pengen ketawa sih. Tapi gue tahan untuk dilampiaskan saat ini. Hahahhaaaa. Kocak banget sih. Mereka setenda itu empat orang: Mas Adi, Ridi, Bang Juki, Andry. Kenapa dia lebih mengincar Ridi dengan celana putih yang agak ketat dibanding Bang Juki yang hanya memakai selembar sarung (baca: rok). Gue gak sempat menanyakan ini karena Kelabangnya sudah kabur. Dia sadar, Ridi tidak akan mungkin membuka pintu hatinya. Semangat kelabang!! Temukan cintamu!! Kamu telah berhasil mengerjai  empat cowo sekaligus membuat mereka merasakan sensasi tidur di atas pasir Pulau Perak berselimutkan bintang-bintang dan cahaya Evangeline.

Keesokan harinya, beberapa orang, termasuk aku jalan-jalan pagi mengelilingi Pulau Perak. Tidak lupa foto-foto di setiap lokasi yang bagus. Kami terlalu asyik sehingga tanpa sadar meninggalkan Ka Eby dan Nunung berjibaku dengan penggorengan, kompor, roti, selai dan pisau demi membuatkan sarapan. Maaf ya Kak, maaf ya Nung, kami tidak tau kalian sedang menyiapkan yang enak-enak. Terima kasih yaa. Rotinya enak. Aku suka.


Bang Alex, Rindang, Mas Adi, Bang Juki. We're looking for some small fishes. I got stung by jelly fish right there. I also found anemon here. And that time, I taouched it without any doubt.


Muki is playing with local boys

Ipin, Bang Irrul, Andry. Seriously, no comment.

Numan and Muki were discussing about nothing, maybe

Andry was checking whether hie feet still there or not


Habis mutarin pulau, kami siap-siap untuk pulang. Rapihin tenda, operasi semut dan bersih-bersih. Aku?? curi-curi waktu ngasih makan ikan di dermaga. Di sana ikannya buaaanyyyyaak tapi jangan sedih ubur-uburnya juga banyak  kok. 

Thank you guys! I had so much fun. Hope we can meet again in another trip with another story. You're awesome. You're rock. Keep up the great energy!!

And for you Pulau Perak, Thank you for such a great time I've spent with you. Thank you for two amazing days. I know the trouble you're facing right now. Oil on you water, rubbish on your seashore and also some impolite visitors. I do applogize for every mistakes. For every local people who took advantages on you. For us,  who contributes on global warming and who keeps throwing our trash on you. Be strong and stay alive!!


Adious Pulau Perak, see you when I see you. Tschuess! Auf Wiedersehen! Sayonara! Au Revoir!!


Pulau Perak 

*All photos taken from whatsapp group.

Kamis, 08 Mei 2014

Gunung Padang: bukan gunung, bukan di Padang

Sudah beberapa minggu ini aku bergabung dengan Backpacker Stripping a.k.a Backstrip. Mereka ini komunitas jalan-jalan dengan motto one day is enough. Gue baru bergabung, masih probation lah ya. hahah, jadi belum banyak tahu tentang sejarah atau orang-orang Backstrip ini.

Gue tau Backstrip dari Kak Eby pas kita lagi nebeng mobil yang sama. Dia cerita banyak soal Backstrip. Dan gue bilang, oke. gue mau coba gabung dong. Ini nih yang gue pengen. Jalan-jalan cepat dan persiapannya gak lama. Bisa-bisa saking lamanya lupa mau jalan kemana.

Perjalanan pertama gue bareng mereka adalah ke Gunung Padang. Gunung Padang ini adalah sebuah situs megalitikum di daerah Cianjur. Kami berangkat jumat malam (1.5.2014) dan pulang keesokan harinya. Bersama 9 orang lainnya (Ka Eby, Mas Adi, Bang Juki, Bang Alex, Mpok Mirna, Dina, Mamat, Kiki dan Ridi) perjalanan pun dimulai. Kucoba memejamkan mata dan menyiapkan diri menjadi tempat persinggahan mimpi indah yang mungkin melewatiku malam ini. Kualihkan telingaku dari suara mesin bis yang meraung-raung memecah keheningan malam. Sekilas kulirik kebun teh melalui jendela kaca yang mulai berkabut. Pandangan kami pun bertemu. Waktu seolah berhenti. Aku dan mataku diam tanpa satu kedipan. Bahkan kabut yang telah menjadi tetesan air juga ikut terhenti. Kucoba mencari raungan mesin bis di antara desis angin gunung. Kurasakan mereka mendesis semakin kuat. Dia. Dia berkuasa atas angin dan juga atasku. Tatapan sedingin bongkahan es kutub utara menusuk sanubariku. Ada sebentuk kisah di sana. Kisah yang tidak pernah selesai. Percintaan panas menguasai dua insan. Kisah masa lalu meninggalkan luka segar dan merah. Bahkan dia mampu melihat darah dan api yang bersemayam di sana. Menjerit, mendamba dan memohon pembebasan dari sepasang mata. 

------___________________________________________---------

OK.
kembali ke cerita yang sebenarnya. Fokus!

Meeting point di terminal Kampung Rambutan. Pukul 11 malam kami berangkat ke Cianjur. Kalo gak salah nama bisnya Marita. Apa Marsita ya. Sepertinya Marita. Oke, setuju, Marita.

Dua jam kemudian kami tiba di Cianjur. Pertanyaannya, habis ini kemana lagi? Ke atas naik apa ya? Jalan atau numpak angkot? Setelah tanya-tanya sama abang ojek, kami memutuskan untuk naik angkot. Sebelum itu, kami mampir di sebuah mesjid, istirahat, bersih-bersih, pipis dan makan. Setelah itu kami berjalan beberapa meter. Dan voila!! ada angkot dong. Setelah Kiki berhasil bernego soal harga, Abang angkot mengantarkan kami mendekati gunung Padang.

Gue baca di internet katanya Pak SBY sudah pernah ke Gunung Padang. Tapi sampai sekarang gue masih curiga kalo beliau dan pasukannya tidak melewati jalan yang kami lewati malam itu. Spekulasi bermunculan. Yang paling absurd, sebenarnya yang  ke sini bukan SBY tapi orang mirip SBY. Ah sudahlah, tidak usah dilanjutkan. 
Nuansanya udah kaya naik ontang anting saat angin badai. Jalannannya (sepertinya) rusak. Gue sampai sakit perut dong. Gue naik mobil ke kampuang  halaman nun jauh di mato gak sampai sakit perut. Lah ini? Sakit perutnya kayanya karena masuk angin sih. Gue aja yang berlebihan.

Abang angkot menurunkan kami di (lupa namanya). Dari situ kami jalan kaki 3 km lagi ke situs Gunung Padang. Kabar bagusnya, beberapa meter sebelum ini sampai gunung Padang nanti jalanannya sudah diaspal. Gak goyang-goyang lagi. Di beberapa bagian ada naik turunnya. Jam 4an kami tiba di kaki Gunung Padang. Ngobrol-ngobrol sama Bapak Penjaga/Pemandu. Jam 5 kami mulai mendaki gunung lewati lembah keringat mengalir deras ke samudra bersama teman bertualang ~~~ Padang. Sudah ada tangganya jadi medannya gak terlalu susah sih (kata yang udah pernah naik gunung beneran). Tapi tetap saja melelahkan. Beginilah kalau jarang berolah raga.

Akhirnya tibalah di atas. Ada 5 undakan. Tanpa lelah si Bapak pemandu terus menjelaskan mengenai batu-batu di Gunung Padang ini. "Mega itu kan besar. Lith itu batu. Jadi Megalithikum adalah zaman batu besar ~~ Dulu di sini tempat penyambutan. Jadi ada penari-penari. Batu yang itu bisa mengeluarkan bunyi nyaring dan bernada jika dipukul dengan tepat. ~~ Di sana tempat untuk alat musik, itu tempat duduk, dll" The Bapak-bapak was keep talking and talking until I couldn't remember any single word he said. Maaf ya Pak. Semua yang Bapak bicarakan ada di google dong ya? iya dong ya? IYA. OK.

Sampai di undakan yang terakhir. Mulai dah. Foto-foto, makam-makan, minum-minum, tiduran ZZzzzz ~~~
Oh iya, kami gak bisa lihat matahari terbit karena mataharinya malu-malu kucing sama lembut dan segarnya kabut pagi. 

Sekitar pukul 7 kami turun. Turun gak selelah pas naiknya sih. Tapi begitu tangga terakhir terlewati, kaki gue terasa gemetaran. Kaki gue terkaget-kaget. Hahaha :D

Tiba di rumah sang Bapak Pemandu, makan-makan, bersih-bersih, tidur lagi (baca: tidur ayam). Jam 10 angkot yang semalam nganterin datang sampai gerbang masuk Gunung Padang. Dan kami pulang dengan damai. Eh iya, pas ngelewatin kebun teh. Foto-foto lagi. Ada kebun teh, jadi ingat Oppung Inong.. Sampi Cianjur ganti bis Mirata lagi. Dan apa kabar Kampung Rambutan? ~~


Life is tough.
Life is hard.
Expecting life would be easy? 
you better wake up and start to live the real life.

I mean,

problems and troubles
shit, life is not life without them 
just like spongebob said, "no clean without dirt"

if problems do not exist i guess, i'll never taste the beauty, the joy, the satisfaction of being life.

you will not understand how great is the feeling of letting go if the bastard you think you like didn't come and ruin your life.
or
how beautiful is it, when finally you are able to share the darkest part of your life to the world. so relieved.

sound naive?
maybe.

But,

everyone, every single person you meet is fighting a battle you know nothing about. Because that is one of hundred signs indicating you are still alive. Survive. But don't just survive, live your life.

look, my fault is sometimes i wonder too much, way too much. 
that's not good. it's not okay. 

so
see you when i see you.