Senin, 02 Juni 2014

GUNUNG GEDE

Ada banyak cinta pertama di dunia ini. Berkali-kali aku mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya. Pengalaman menakjubkan yang ketika aku mengingatnya, senyum akan membingkai wajahku dan perasaanku akan berbunga-bunga, mensyukuri indahnya cinta pertama. Seseorang dari jaman SMP adalah cinta pertama yang benar-benar pertama buatku. Setelah itu, cinta-cinta pertama yang lain bermunculan dan kembali membuatku bernostalgia dengan cinta pertama.

Kali ini aku akan menceritakan cinta pertamaku yang paling baru. Gunung Gede. Bagi sebagian orang Gunung Gede bukanlah sesuatu yang baru. Masukkan "Gunung Gede" di google.com dan dalam 0.43 detik akan muncul lebih dari 1.200.000 hasil pencarian, artikel dan gambar, semua ada di sana. Mungkin saking banyaknya informasi, kamu akan merasa seolah-olah sudah pernah ke sana dan akan menganggap gunung Gede adalah dua kata yang biasa saja.

Bagiku, Gunung Gede melengkapi cinta-cinta pertamaku yang lain. My first M and  I do fall in love with Gunung Gede. Mungkin kelak aku akan mendaki banyak gunung tetapi gunung Gede tak akan terlupakan. Just like they said, "First love will never die".

***

Kamis (29.5.2014) aku dan kawan-kawan dari komunitas Backstrip ( Mas Adi, Bang Juki, Andry, Mpok Mirna, Bang Pandu, Dina, Bang Ucup, Ridi) dan dua orang dari luar komunitas (Nikki dan Baskoro) berhasil mendaki puncak Gunung Gede. Gunung Gede masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Gunung setinggi 2958 mdpl ini memiliki tiga akses pendakian utama; Gunung Putri, Cibodas dan Selabintana. Dari beberapa artikel online yang kubaca Selabintana adalah jalur pendakian yang paling sulit.

Pukul 01.30 dini hari kami naik melalui Gunung Putri. Bang Nikki di depan, lalu bang Ucup, Dina, Baskoro, Rindang, Ridy, Bang Pandu, Mpok, Andry, Bang Juki dan Mas Adi. Begitu lewat pos, jalannya sudah langsung menanjak. Kanan kiri ditanami sayur mayur, belum ada pohon-pohon besar. Berarti kami masih belum masuk kawasan hutan tapi bukan berarti jalurnya landai. Sebelum masuk hutan pun kami sudah berhenti berkali-kali. Pos satunya jauh banget bo! Kami sempat bertemu dengan satu rombongan yang memilih untuk turun dan berkemah daripada lanjut jalan karena mereka gak nemu pos 1 dimana.

Memasuki kawasan hutan suasana mulai berubah. Sejauh mata memandang yang tampak adalah pohon-pohon tinggi berbagai ukuran. Pertanda kami masih sangat jauh dari Suryakencana yang terkenal itu. Soalnya semakin mendekati puncak, pohon-pohonnya akan semakin pendek. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya sampai juga. Sampai di gapura TNGGP. Tidak jauh dari situ ada bangunan, yang mungkin adalah pos 1. Break lagi, makan, minum dan melemaskan kaki. Thanks to Bang Ucup yang udah bawa salah satu makanan terenak di dunia, telur!

Sebenarnya aku masih bingung, yang dimaksud dengan POS itu yang mana. Tadinya ya, aku kirain tiap pos itu ada yang jaga. Semacam 'Kalo gak kuat lambaikan tangan ke kamera' atau semacam abang-abang yang suka nawarin villa di puncak, pake pompom dan teriak 'Dek, semangat ya dek, mana suaranya?' Ternyata enggak loh. Gak ada orang sama sekali. Pos itu hanya bangunan dari beton ada yang bentuknya seperti rumah, ada juga yang semacam tempat duduk dan meja. Pas naik, hanya kedua ini 'pos' yang bisa kuingat. Pas udah jalan 3 jam an aku baru sadar telah menjadi korban PHP dari siapa pun yang sudah mengubah konsep 'pos' menjadi beda dari yang kupikir sebelumnya. Salah satu tersangkanya adalah Mas Adi. Itu bukan pos mas. 

Sejam, dua jam, tiga jam, WOW!! Lelah juga yaaa, hahaha ngeeeng. Jalurnya naik terus, saking naiknya yang landai disebut bonus. Jalurnya berbatu, pengelola sengaja membuat begitu biar jalurnya jelas, jadi bisa mempersempit kemungkinan salah jalan. Belokan, tanjakan, tangga-tangga. Kanan-kiri suka ada pohon tumbang, jadi bisa duduk di situ. Di tengah jalur juga banyak pohon-pohon berukuran kecil, bisa untuk pegangan. Sekitar pukul 4 atau 5  (waktu sholat subuh lah) kami memutuskan untuk rehat agak lama. Yang mau sholat, ya sholat. Yang mau tidur (YES) karena udah gak ada kerjaan ya tidur, mau gimana lagi kan. Bang Juki yang penuh dengan inisiatif (bagus bang, pertahankan!) segera menggelar sleeping bagnya. Aku nebeng dikitlah.

Pukul 6 Mas adi udah berkokok, "Bangunin semua pasukan". Satu per satu pitik-pitik (bang Pandu dan Ridi juga dihitung cilik? Bisa, bisa. Kalo dibandingin sama godzila) mulai menggeliat. Habis itu meringkuk. Merem, melek, merem, melek, ganti posisi, merem, lalu melek beneran. Zzzzz. Dingggiiin banget!! Apalagi punggung karena langsung ke tanah, brrrrr.  Kalo kata Agnes Monica, dingin menusuk jantungkuuu, kataku dingin menggaruk punggungku. Tapi nih ya, aku jadi dapat ide. Lain kali kalo ada orang yang dingin, lupakan ungkapan "dingin banget lo kaya es aja". Lupakan guys! Itu sudah mainstream. Ganti dengan "Dingin banget sih lo kaya tanah gunung aja" hahaaa, agak krik-krik gimana gitu tapi OKE kok, serius. Btw, Thanks to air hangatnya Andry, yang dengan sukses mengingatkan gue pada salah satu hal yang agak konyol. Jadi, aku bawa termos tapi gak bawa isinya -_-

***

Hari sudah siang
matahari bersinar terang
burung berkicaulah senang
harum semerbak bunga di padang
mari kembali menaiki gunung dengan riang.











Bahagia banget ya

Hold me and never let go because by holding my hand i know i will always be safe.


Special untuk swiper  (nulisnya gimana dah) kita.


WOW!!!
SURYAKENCANA












It was wonderful, amazing, fabulous, etc etc. Rasa senangnya melebihi riang dapat tanda tangan penulis buku favorit. Loncat-loncat, lari-lari, berteriak, ketawa-ketiwi, cipika-cipiki #eh pokoknya gitulah. Rasanya senaaaaaaanggg banget. Seharian itu bawaannya senyum-senyum terus (see? one of thousand first love symptoms right? :D) Matahari teriiiikkk seterik-teriknya tapi cuek aja, kan ada ve**le (#plak!) 

Begitu sampai Surken kaki yang pegal dan lelah, keringat bercucuran, baju yang dari kering, basah, kering lalu basah lagi, muka udah mulai kusam (untung di situ gak ada Keith Urban, kalo ada mati gaya banget ^-^), cacing-cacing yang lagi konser, semuanyaaaaa terlupakan ....... sejenak. Pengennya angkat tangan, angkat kaki, merasakan tiupan angin yang sejuk banget. Nah, ini nih yang bikin makin seru. Matahari memang panas banget tapi tiupan anginnya juga oke, jadi panas nya gak terlalu kerasa. Mau lepas jaket dingin, gak lepas panas. Panas dingin sejuk-sejuk.

Suryakencana terkenal dengan bunga edelweiss nya. Sayang banget, pas kemarin ke situ Edelweissnya belum mekar, tetapi tidak mengurangi keindahannya kok. Cantik, indah, tenang. I just couldn't stop smiling. It was so peaceful, so perfect. Like i wanted to stay there a little bit longer, to feel the air, to smell the wind, to hear the spoken trees and to capture the landscape, the view, the memories. Even now, four days after, I still can't move on. The famous Suryakencana, you stole my heart. I don't mind sleeping on the ground, under the sun. Because after all it was so worth it.

sleeppyhead
not for sale.
for sale

seriously??




***


lost in Suryakencana

Mpok was having her time


PUNCAK GEDE 2958 mdpl

No comment, you have to feel it by yourself.


12.30 wib
Kami menyeberangi Suryakencana. Saatnya menyapa puncak Gede. Aaah, masih pengen leyeh-leyeh di Suryakencana. Akses ke Puncak sebenarnya tidak memerlukan waktu lama, normalnya 30 menit, namun karena kami banyak rehat jadi kesannya lama. Kami berpapasan dengan seorang Bapak berusia 50an dan tiga orang berusia belasan. Wajah mereka tidak terlihat lelah loh. Santai banget. Aku mau sekuat Bapak itu ketika usiaku sudah menginjak senja. Aku mau tetap berjalan dan berlari. Aku mau hidup yang benar-benar hidup.

Semakin mendekati puncak, bau belerang semakin tajam. Aku semakin bersemangat. Tidak sabar ingin mencapai puncak. Tidak sabar ingin mengintip kawah. Dan klimaksnya adalah ketika mendengar teriakan Mpok, "Yeay, puncak!!" Aku lari. Aku penasaran seperti apa rasanya berdiri di puncak gunung. Bagaimana sensasi ketika aku tidak perlu mendongakkan kepala untuk melihat gunung di depankku. Bagaimana rasanya berdiri di tempat setinggi 2958 m di atas permukaan laut.

Ridi was on meditation mode. Feel it ridi, feel. 



I made it on the top!! yeay!!

Di puncak semua lelah tuntas terbayar. Thanks to Jabbar dan Ka Eby sudah mau menemani latihan lari di UI dan GBK. Terima kasih untuk Backstrip. Kalian mengisi satu halaman buku hidupku. Aku mau kalian muncul di halaman-halaman berikutnya. I'm getting comfortable with all of you #menye-menye.

***

Kurang lebih sejam kami habiskan di puncak. Pukul 14.30 kami turun lewat jalur Cibodas. Pertamanya sih masih asik. Banyak pohon. Aku bisa bergantung dan bergelayutan. Serasa lagi parkour ya. Awalnya turun terasa lebih mudah daripada naik. Sampai kami bertemu dengan tanjakan setan. Kami harus menuruni tebing dengan kemiringan 70-80 derajat. Di situ memang disediakan tali, tapi lebih ke tali darurat. Ngelihat aja udah deg-degan. Kuat gak nih tali menyangga lemak-lemak gue. Itu seram banget sih. Satu per satu kami menuruni tebing. Diawali oleh Bang Ucup, lalu Mpok Mirna, Baskoro, aku, Ridi, Bang Nando, Dina, Andri, Mas Adi, Bang Pandu dan terakhir Bang Juki. Di bawah sudah banyak orang menunggu giliran menaiki tebing.
take a break. Break a leg

Bang Pandu berjuang di tanjakan setan

Hari mulai gelap. Tujuan berikutnya adalah Tanjung Badak. Tanjung Badak itu adalah area perkemahan (sebelumnya ku percaya-percaya aja loh, pas Mpok bilang di situ beneran ada badak). Kurang dari sejam kami sampai di Kampung Badak. Kesan pertama: kesal. Area Kampung Badak ini jorok banget. Persis di depan kami duduk, ada nasi sisa yang ditinggal begitu saja. Sampah-sampah berserakan, Cowo-cowo bercelana kolor jalan ke sana ke mari sambil merokok, situ OK?? Enggak bang!! Aku bingung aja sih, pendaki gunung kok gitu.

Hari semakin gelap. Kami segera bergerak. Kami melewati curug, dari suaranya sih sepertinya curug ini cukup tinggi. Tapi aku tidak melihat jelas sih, soalnya udah gelap juga. Tadinya kalo lewat sini masih agak terang, kita mau mandi bentar. Curug terlewati, berikutnya adalah air panas. Di bagian tepi airnya masih hangat, masih enaklah tapi makin ke tengah airnya semakin panas. Di sini harus super hati-hati. Soalnya di sebelah kiri itu jurang dan hanya dibatasi oleh sebuah tali sebagai pegangan. Batu-batu nya berlumut dan licin  udah gitu treknya cukup panjang. Di sini nih awal mula kakiku gemetaran. Cahaya headlamp hanya mampu menembus beberapa cm saja karena tertutup uap air panas. Batu-batunya ada yang goyang-goyang juga. Aku bahkan harus menundukkan kepala untuk memeriksa batu ini cukup besar tidak, sebagai pijakan aman atau tidak. Dina pegangan sama Bang Pandu. Aku pegangan sama Andry. Mpok mandiri.

Setelah air panas, jalurnya didominasi jalanan berbatu. Di sisi jalan kadang ada batu besar. Jalurnya belokan menurun. Yang bikin seram, belokannya itu hampir sama satu sama lain. Aku sempat mikir, kami bergerak gak sih? Kok gak sampai-sampai ya. Kok belokannya ini lagi, ini lagi? Aku mulai memperhatikan detail tiap belokan. Hanya untuk meyakinkan diri sendiri kalau kami memang bergerak.

Kaki makin sakit, lutut makin gemetaran, telapak kaki rasanya sudah gak kuat menyangga badan. Haus, tapi aku sengaja minum dikit-dikit biar gak pengen pipis. Tapi nih ya, ada aja emang yang konyol. ini agak jorok, boleh diskip. Jadi, tiap pagi aku kan rutin pup. Nah, pas hari rabu aku lupa. Di kantor juga gak kepikiran mau pup dulu. Kerasa banget itu pas turun dari Gede. Udah di ujung tanduk. Rasanya tuh, udah panas dingin. haha. Aku sampai ngantongin dua batu. Gak ngefek sih, tapi sebagai sugesti cukuplah.

Hampir 2 jam kami tidak berpapasan dengan pendaki lain. Rasanya tuh ya lamaaaaaaaaaa banget. Persediaan air menipis, cacing demo gila-gilaan dan mood juga sudah kacau balau. Jalan makin sempoyongan. Kaki main injak aja, gak tau nginjak apaan. Thanks to Andry, Mpok dan Bang Ucup sudah mau pegangin tangankuuu jadi aku tidak tersesat hahah. Soalnya gini, aku tuh di jalan datar aja bisa miring-miring jalannya, apalagi yang jalanan kacau begini. 

Suasana semakin mencekam. Gak ada yang banyak omong. Takut sih takut. Sampai-sampai sempat ngebayangin hantu-hantu di film hijrah ke jalur kami waktu itu, mulai dari hantunya Conjuring sampai Mama. Untung gak kepikiran hantu lokal. Soalnya yang hantu hollywood itu lebih gampang dialihkan daripada hantu lokal. Misalkan ada emak-emak Conjuring lagi nangkring di pohon gitu kan, aku langsung mikirin Keith Urban dengan sayap malaikat, bersinar terang, menarik panah cinta lalu mengarahkan ke diriku #plak!

Intinya gitulah, ketika kepikiran ke hal yang negatif, aku langsung alihkan ke hal-hal yang positif dan menyenangkan. Sempat mikir negatif, gimana kalo kami gak bisa pulang (amit-amit tepok jidat teok kayu) besok gak bisa kerja dong. Duileehh, mikirnya kerja :P, gimana kalu besok di tv lokal ada berita 11 0rang pendaki hilang di gunung Gede. Terus Uma dengar, lalu aaahhhh, kapan ya Westlife bikin konser reunian. Lalu aahhh pengen punya pacar. Lalu aaahh makan klapetart sekarang enak nih. Pokoknya pikirin apa pun deh, gak masalah kalo random selama bukan yang negatif dan malah bikin makin drop.

Cukup seramlah. Kata teman-teman yang lain memang banyak yang mengikuti sih. Tapi berhubung aku gak bisa lihat yang begituan, jadi gak terlalu panik. Beruntung suasana mencekam kayak gitu dilewati bareng orang-orang yang menyenangkan. Gak ada yang ngeluh berlebihan. Tapi beberapa mulai sensitif sih, macam Kaka Dina. Tiap kali rehat langsung sigap nyuruh matiin senter. Adalagi nih ya, jadi katanya di jalur Cibodas ini ada yang namanya Telaga Biru. Gak tau ini memang beneran biru atau gimana karena pas kita sudah sampai bawah pun gak nemu yang namanya telaga-telagaan. Nah, pas lagi rehat spontan aku nanya, "Eh, Telaga Birunya mana?" Dan Bang Pandu sama Dina kompak nyuruh jangan ngomongin itu. Aku langsung diam. OK.

Penderitaan pun berakhir ketika kami mulai menapaki Jembatan Kayu yang tidak terbuat dari kayu. Katanya kalau sudah ketemu jembatan, berarti jarak ke pos terakhir sudah dekat. Dekat? Hah?? Dekat?? Dekat gundulmu! Apanya yang dekat? Pelajaran nih ya, kalau kalian ke gunung terus nanya oranglah kan ya, "Pak, Mas, masih jauh gak dari sini ke  pos paling akhir?" Pasti dijawab, tidak, sudah dekat kok. Paling setengah jam lagi, paling 45 menit lagi dan blablabla. Kukasih tau ya, mereka semua PHP!!! Hahaha (semangat banget ngetik tanda serunya, macam korban PHP aja). Mungkin mereka menghindari kalo dijawab jauh, kita malah ngedrop. Tapi lebih baik jujur sih. Gak enak diPHP-in. Serius. hhaaha..

Nah, jembatan kayu ini juga termasuk salah satu jembatan paling PHP dari sekian banyak jembatan yang pernah kulewati. Namanya saja yang jembatan, tapi panjangnya udah kaya jalan tol. Jembatan ini dulu memang terbuat dari kayu. Tetapi pas kemarin lewat, sepertinya sudah direnovasi. Kayunya diganti jadi semacam beton yang dibentuk seperti balok-balok kayu. Pemasangannya mirip seperti pola rakit bambu. Antar kayu ada celahnya. Aku sempat melihat ke bawah, gelap banget. Iiih. Seram deh. Untungnya pas di jembatan ini kami bertemu dengan abang-abang g40L lagi kongkow-kongkow.

Aku sempat baca di blog siapa gitu ya, katanya jembatan ini sering disebut jembatan cinta. Kalau ada pasangan berjalan melewati jembatan sambil bergandengan tangan maka mereka akan menjadi pasangan sejati. Percaya aja begituan, tapi gak apalah untuk seru-seruan.

Dari jembatan Cinta kami masih harus berjalan kira-kira sejam lebih. Adzan sholat mulai kedengaran diikuti dengan suara merdu Mamah Dedeh lagi ceramah. Semakin semangat. Aku gak sabar banget. Dan akhirnya, setelah berjalan 7-8 jam kami benar-benar sampai di pos yang sebenarnya, warung makan. Hahaa, aku langsung cari toilet, untuk melepaskan hasrat yang terpendam (baca:pup). Habis itu, baru deh menjinakkan cacing-cacing dengan seporsi indomie soto. 

Bangga banget. Bangga Gunung Gede ada di Indonesia dan bangga sama diriku sendiri. Gak nyangka aja bisa mendaki gunung. Kurang dari 24 jam mampu naik dan turun gunung sejauh lebih dari 17 km. Rasanya puas dan lega. Gak sabar mau lihat gunung-gunung yang lain.

Proud

***

ADV.

So, this boy asked me to put his photos and to promote him. hahaa. So, I said I  would also put his number. That's what i'm gonna do. 
Good looking, huh? Great personality also. So, what are you waiting for? 

Make a call at 0889-1454-***
It will be so easy if I just tell you all the numbers but i won't do that. So, take your time. look very carefully, if you dare to know more about him, leave a comment.

 


 




 



 # all photos were taken by handphone and sent to me via whatsapp. No edited. Just plain pictures.