Senin, 17 Maret 2014

Naik kereta api tut, tut, tuuuuuutttttttttt


Pertama, terima kasih karena dengan adanya kereta perjalanan dari dan ke kantor bisa lebih cepat dan lebih hemat. Kalau naik bis mungkin saya akan berangkat pagi sampai kantor malam (kapan kerjanya?). Kalo nyetir mobil atau sepeda motor agak beresiko sih, karena belum punya SIM dan  kendaraannya.Maunya kalo harus naik kendaraan pribadi sekalian helikopter aja.


Pas kuliah, gue pernah bilang gak mau kerja di daerah Jakarta karena jauh dan jauh. Eh malah dapatnya di daerah Jakarta Pusat dong. Pas gue cek, oh ternyata dilewati jalur kereta, Baiklah. Bagus. Bisa hemat waktu dan uang. I am ready to work!

Seminggu berlalu.
CAPE BANGET MEN!!

Naik kereta UI/Pocin-Karet dan sebaliknya pas hari kerja adalah nightmare comes true. Apalagi yang ke arah Karet itu keretanya jarang. Gila banget. Seminggu kemarin rasanya gue antara sadar dan tidak sadar. Kacau. Kadang sampai rumah langsung tidur. Tanpa makan dan mandi. hihi.. Paginya berangkat. Mikirin entar bisa masuk kereta gak ya. Telat gak ya. Para wanitanya sekuat kemarin gak ya. dll.

Senior gue pas di kampus sering banget men-tweet tentang perkeretaapian, sebelumnya gue cuek-cuek aja sih, Tapi pas gue baca lagi setelah pengalaman seminggu kemarin. Ya ampun, benar loh. hahah. Jadi ketawa gitu. Apalagi cara dia bercerita kocak banget. Sambil ngakak, dalam hati gue iya-iyain aja.
Ini contoh tweet dia (@inge_august), yang tanpa ragu segera gue amin-i. *nyarinya repot loh. tweet lama*

Kl gerakan yg bisa dilakukan hny berkedip dan detakan jantung, terdengar org merintih 'Allah hu akbar', itu jenis penuh kereta budak.
Nah, kalau udh susah mainin hape, berdempetan sama org, lantai kereta udh ga keliatan, tapi masih bisa buat ngegaruk muka, itu penuh biasa.
Kalau masih bisa lihat lantai kereta, masih bisa mainin hape, masih sempet mikir ntar mau makan siang apa, berarti kereta kosong.

*Eh, gue belum ijin ke kakaknya. Nanti dimarahin gak ya? Semoga enggak*

OKE.
Jadi dari tiga jenis penuh versi kak inge di atas, gue di jenis penuh kereta budak. SETIAP HARI. #tepuktangan
Bayangkan!!!

Nah, selama seminggu kemarin gue mempelajari beberapa hal. Naik kereta pas hari kerja itu penuh perjuangan. Pas mau naik saja harus sikut kanan sikut kiri. Harus kuat. Harus tahan banting. Fisik dan mental. Berhasil masuk kereta bukan berarti gue bisa leha-leha. Gue harus siap dengan berbagai macam posisi. Harus lentur. Ibarat pucuk pohon tertiup angin. Hanya saja angin di kereta itu tergantung pada tarikan rem Bapak-bapak masinis. Kalo dia nariknya tiba-tiba, yaa harus sigap. Cari pegangan atau tahan keseimbangan. Kalo dia nariknya pelan-pelan yaa kita juga olengnya pelan-pelan. slow motion gitu lah. Lama-lama jadi diagonal aja. Diagonalnya bisa ke samping atau ke depan. Kalo ke belakang belum penah sih. Seminggu ini gue gak pernah dapat tempat duduk (jangankan duduk, berhasil masuk aja udah syukur). Jadi, gue sudah mulai bisa beradaptasi dengan posisi-posisi diagonal. Sejauh ini yang paling ekstrem sih posisi itu.

Berhubung gue berdiri melulu, jadi harus tau juga posisi berdiri yang oke. Kalo berdirinya pas di depan kursi itu agak bagus karena kalo didorong dari belakang bisa pegangan ke dinding kereta. Kalo di tengah, harus bisa seimbang karena repot mau pegangan sama apa. Saran kepada wanita-wanita yang gak kedapatan kursi: KUNCIR RAMBUT/ POTONG PENDEK. Ganggu banget loh kalo ada rambut terbang-terbang persis di depan muka gue. Rasanya pengen gue potong sendiri sih. Itu kalo posisi di belakang. Kalo ditukar nih. Jadi, ceritanya gue di depan dan di belakang gue ada mba-mba. Tolonglah NAFASNYA DIKENDALIKAN. kalo gak, PAKE MASKER MBA! Agak geli aja sih ada angin-angin dari mulut siapa gitu bertiup pas di leher belakang atau di rambut gue. Nah, tuh nafas kan gak 100% wangi dan bersih seperti udara di kebun teh kan ya, jadi begitulah. Geli-geli jijik.

Gue seringnya naik kereta di gerbong khusus wanita, tapi kalo masuknya susah, gue masuk gerbong campuran juga. Kadang tuh sesama wanita sering lebih kasar daripada yang cowok-cowok. Mereka mainannya sikut. Kalo cowo, gak usah pake sikut, didorong aja kadang gue udah tersingkir. lemah banget. biarin. masih pemula. OKE. Meskipun pas di dalam tetap aja sih lebih gak enak di gerbong campuran. Kalo sesama cewe gue masih berani dorong-dorongan, kuatlah. Tapi, kalo sama cowo susah. Belum lagi kalo harus berdesak-desakan. Aduuh ampun-ampunan deh. Kalo di gerbong wanita, pas berdesak-desakan bisa aja muka sama muka ketemu. Habis itu buang muka, eaaaa. Hhahaha. Kalo di gerbong campuran, jarang sih. Soalnya mereka tinggi-tinggi (lebih tinggi dari gue) jadi gak sampai muka. Paling leher.

Baiklah.


Rencananya gue pengen ikutan yoga deh. Untuk melatih keseimbangan. kelenturan dan ketenangan jiwa/pikiran. Duiilaahh. hahahah


I'll not work forever so for now I'll deal with this and this. Enjoy every little things and focus on the good things. Ex. How are the passenger's expression. See that there are so many people inside the train but no one has the same face with the other. Every one is unique. How are their faces when they're happy, excited, sad, shocked, plain, sleepy, bored, tired, etc. Although the train is full some people still can make a joke based on it. They can laugh and enjoy the circumstance. While the other spend their times with complaining. I am a human, of course I complain too but just found out complaining in a fun way is way much better. Make it fun and laugh at it.