Senin, 23 Februari 2015

Bukittinggi, Dua Hari Dua Malam


Tiket sudah di tangan, rencana perjalanan sudah mantap, tinggal jalan, memanjakan mata dan jiwa di Padang lalu pulang kampuang dengan perasaan riang gembira. Rencanaku sih begini tetapi ya kenyataannya ......... LEBIH OKE DARI SEKEDAR "begini". Serius! Tak percaya?? You better check this out :D #halah

18 Desember 2014

Lion Air, JT 252, 05.50. 

Perjalanan yang sudah direncanakan akhirnya akan dimulai hari ini. Ojek Rekky melaju dengan kencang, Bus Damri pun juga sudah menanti di terminal Pasar Minggu. Hop!! Tidur bentar ahh. Tiba di bandara Soekarno Hatta suasana mulai ramai. Aku melirik jam, masih ada waktu untuk mengantri di barisan paling pendek. Okelaah. tik tok tik tok tik tok. Berpuluh-puluh menit kemudian. Ada apakah dengan check in Lion Air ini? Perasaan antrian gak panjang-panjang amat tapi kok lama banget? Mimpi pas ngantri lebih banyak daripada mimpi pas di Damri tadi (OK, berlebihan). Gue pelototin jam tangan, waktunya sudah semakin dekat. Tapi antrian hanya berkurang dua orang. Karena semakin telat, gue hampiri orang-orang di depan dan minta tolong agar membiarkan diriku check in lebih dulu. 

Terima kasih untuk "sesama penumpang harus saling menyayangi" karena orang-orang di depan gue dengan baik hati memberikan kesempatan untuk check in lebih dulu. Sampailah di meja check in

" Mba, printer lagi rusak langsung ke counter 26 saja ya"
Gue lari-lari sambil sh*t sh*t menuju ke counter 26. 
"Mba, pesawatnya sudah siap untuk take off. Mba telat. Issue tiket baru di belakang ya" ucap Mba-mba counter 26 sembari menunjuk ke kerumunan orang-orang di bagian ticketing Lion Air.

Well, ngumpat pun tak akan bikin pesawat nunggu saya kan. Daripada menghabiskan energi, saya segera menuju ke arah yang ditunjukkan Mba-mba counter 26. Dan sebuah drama telah menanti. Ternyata ada banyak penumpang Lion Air ke berbagai daerah sebelum jadwal penerbangan gue yang juga ketinggalan pesawat. Ada yang ke Palembang, Batam, dan satu lagi, saya lupa. Otomatis bagian ticketing ramai bukan main. Ada yang marah-marah, teriak-teriak histeris dan paling epik ibu-ibu (halak hita) dan anaknya yang menangis meraung-raung. Alasannya adalah, karena mereka ketinggalan pesawat maka mereka (dan saya) diwajibkan membeli tiket baru untuk jadwal hari itu (atau bisa juga minggu depan, bulan depan atau bahkan tahun depan). Harganya tentu saja mahal. Pihak maskapai memiliki perhitungan sendiri, saya tidak terlalu mengerti. Akan tetapi karena banyaknya gelombang protes, pihak Lion Air berinisiatif membuat perhitungan baru untuk menekan harga. Perhitungan persisnya saya juga lupa, tapi intinya adalah selisih harga tiket waktu beli dengan dengan harga tiket tanggal itu (18 Des 2014). 

Berhubung (mungkin)  tujuan saya bukanlah tujuan yang ramai dikunjungi di musim natal  jadi harga tiket hari itu belum mahal-mahal banget. Untuk dapat tiket baru saya pun membayar Rp. 198.300. Uangkuuuuu tapi tak apalah. Kesalahanku juga sih, tidak teliti.

08.15. Tiket (baru) sudah di tangan.

LION AIR, JT 254, 17.25

Tantangan berikutnya. Apakah yang harus saya lakukan dalam rentang waktu 08.15-17.25??? hahhahaa, hmmmm. Pertama, makan. Kedua, main HP. Ketiga, baca buku. Keempat, beli 3 Nat Geo edisi beberapa bulan lalu, kemudian lihat gambar, baca, buka kamus, lihat gambar selesai. Kelima, telfon dan bbm an dengan handai taulan serta orang-orang terkasih, hahaa. Keenam, keliling bandara. Ketujuh, merhatiin orang-orang dan keadaan sekitar. Kedelapan, tidur zzzzzz. 

Sehari pun berlalu. Akhirnya duduk dalam pesawat. Siap-siap tidur dan berharap ketika bangun sudah tiba di Padang. Kali ini tepat. Tiba di Padang sekitar pukul 20.00. Setelah koordinasi dengan kawan di Bukit Tinggi, Toni, akhirnya diputuskan, alih-alih langsung ke penginapan, aku malah akan ke tempat Toni. Menginap di sana dan besok akan ke penginapan (rencana). 

Tiga jam perjalanan dengan mobil travel berbiaya p. 85.000. Percayalah, biasanya jauh lebih murah. Harga awal Rp. 100.000 loh! Sekitar pukul 23.00 aku tiba di tempat kerja Toni. Sudah malam, gerimis, lelah, ada air, ada kamar pinjaman, ada kasur dan kantuk pun menunjukkan diri. Baiklaaah, ayo tiduuur.


19 Desember 2014

Selamat pagi Bukittinggi :) :) Apa kabar? siap bertemu denganku??
Setelah sarapan, Toni menawarkan akan mengantarku jalan-jalan ke kota (Bukittinggi), tapi setelah kerjaannya dia selesai yaitu tengah hari. Karena masih gerimis, aku OK. Setelah acara Toni selesai, kami pun berangkaaaatttt.

JAM GADANG




Pak (saya lupa banget namanya maaf). Bapak ini adalah petugas yang mengawasi Jam Gadang. Biasanya ada dua orang (ganti shift). Namun, karena petugas yang satu lagi sedang studi banding ke Bali jadi untuk beberapa hari, Bapak ini akan in charge seorang diri. Dulu, pengunjung masih bisa masuk dan naik ke Jam Gadang, namun untuk alasan pelestarian, sudah beberapa tahun terakhir tidak diperbolehkan lagi.

Gloomy friday

suasana di sekitar Jam Gadang. Jam Gadang biasanya adalah meeting point warga Bukittinggi. Tempat nongkrong juga. Di sebelahnya ada pasar dan mall. Tapi nampaknya lebih enak di Jam Gadanglaah.



Jam Gadang dari masa ke masa. Jam Gadang didirikan ketika masa penjajahan Belanda. Fungsi awalnya adalah sebagai menara pengintai. Di atapnya juga konon pernah dibuat patung ayam jantan. Pada masa penjajahan Jepang, ayam jantan diganti menjadi bentuk rumah biasa. Kemudian setelah kemerdekaan RI, jam gadang direhabilitasi dan puncaknya diganti lagi dan dibuatlah bentuk khas Minangkabau, yaitu atap "bergonjong" empat. Bentuk ini dipertahankan hingga sekarang.

Taman Bung Hatta hanya berjarak beberapa meter dari Jam Gadang. Hanya perlu jalan kaki beberapa menit. Sayangnya, nampaknya taman ini hanya bisa dinikmati dari luar pagar. Baiklah



TUGU PAHLAWAN TAK DIKENAL
Sesungguhnya saya masih bingung dengan Tugu ini. Tugu pahlawan tak dikenal. Letaknya di seberang Taman Bung Hatta, di belokan jalan. Tanpa keterangan apa pun. Sepertinya taman ini tidak sering dikunjungi karena letaknya di pinggir belokan dan ditutupi pedagang dan mobil-mobil yang parkir.




ISTANA BUNG HATTA


Add caption

Kedua gambar ini berada di lokasi yang sama yaitu di kawasan istana Bung Hatta. Menurutmu foto di kanan kiriku berbentuk apa? Jawabannya adala, tadaaa "Pinguin".Menurutmu mirip? Kalo menurutku sih, entahlah. Hahaha. Awalnya sama sekali gek ngeh. Ketika petugas mengatakan kami tidak boleh memasuki gedung istana, dengan langkah gontai, lemah, lesu, terkulai (tetot!) kami melangkah ke luar. Tiba-tiba, salah satu petugas memanggil kami dan menyarankan berfoto di bersama pinguin. Aku sempat celingak celinguk. Pinguin mana? Kirain patung pinguin gitu kan ya. Ternyata oh ternyata. Pinguin yang di ataslah yang dimaksud. Mirip? Iyalah tuuh.


LANDMARK BUKITTINGGI

Untuk foto-foto spot ini bagus tetapi susah Kakaa. Posisinya terlalu mepet ke jalan jadi agak repot kalau kalian bawa mobil. Bisa bikin macet.

GEREJA KATHOLIK
Gereja Katolik St. Petrus Claver, Bukittinggi. Salah satu cagar budaya di Bukittinggi.


KEBUN BINATANG PASAR ATAS


Jenjang Pesanggrahan. Salah satu pintu masuk ke Kebun Binatang Pasar Atas, lanjut ke Benteng Fort de Kock lalu ke Jembatan Lempapeh. Nanti akan keluar di sisi lain jalan. Jadi rutenya memutar.
sekitar 75 anak tangga

Gerbang masuk Kebun Binatang. Sekilas, kukira itu starb*cks, ternyata kepala harimau putih

rusa ommmmooooo

Axis axis alias rusa tutul

Cervus unicolor (rusa air/rusa sambar

kasihan burungnyaa. Masih hidup looh, mengelepar-gelepar. Aku bertanya-tanya, "bukankah rusa makan rumput?" hmm

Buruuuuuunngg


Luphura ignata rufa / sempidan biru sumatera

tiga ekor sempidan biru sumatera



gajahnya sediih :( :(

"sendiri aja dek?" | 

dia malu-malu





berteman

"Tunjukkan wajahmu, kumohon.."

haiyah!


Tapirus indicus /tapir malaya
sedih di keramaian. Ada apa?





Pavo cristata / merak biru
Satu hal yang paling menarik perhatian saya selama mengunjungi kebun binatang Pasar Atas adalah hewan-hewan di dalam terlihat sedih, kaya pengen nangis, minta keluar. Menurutku, tempatnya juga kurang terawat. Kandang hewan gersang (atau mungkin memang tipe seperti itu yang cocok, aku kurang tau). Semoga segera diperbaikilah. Sayang banget soalnya.

Oh iya, tiket masuk kawasan area kebun binatang adalah Rp. 10.000,-

RUMAH ADAT BAANJUANG






Di dalam komplek Kebun Binatang Pasar Atas terdapat (sejenis) museum juga. Didalamnya ada pakaian adat Minang, fosil hewan-hewan yang memiliki kelainan, macam kerbau kaki delapan, kamping muka dua, sapi kepala dua, kerbau kepala dua kaki enam, dll. Ada juga replika rumah adat Minang dan bagian-bagiannya, senjata tradisional, peralatan dapur zaman dulu hingga silsilah adat dan garis-garis keturunan. Ada juga uang koin kuno dari berbagai wilayah.

Meskipun berada di dalam kawasan kebun binatang, tapi masuk ke dalam rumah Baanjuang harus bayar Rp. 2.000,-. Ada dua orang Mba-mba cantik yang akan menantimu di pintu masuk. 

Ini sebagian hewan-hewan (terlahir tidk normal) yang sengaja diawetkan. Masih penasaran, bagaimana cara pengawetannya. Tetapi ndak ado yang biso  ditanyai :( Mba-mba cantik sibuk nonton film.















JEMBATAN LEMPAPEH

Setelah mengunjungi kebun binatang dan rumah Baanjuang, kami lanjut ke Jembatan Lempapeh. Jembatan ini menghubungkan kebun binatang dan benteng Fort de Kock. Menurut info-info di Google ukuran jembatan ini sekitar 90m x 3.8m. Ini juga yang saya sayangkan setelah mengunjungi beberapa tempat yang terkenal di Bukittinggi. Banyak info-info penting yang tidak dicantumkan.


Jembatan Lempapeh. Di gapura jembatan (bagian tengah) bersarang kelelawar (atau burung gereja?). Karena kami ke sana ketika hari masih terang, jadi tidak ada yang menampakkan diri. Yang ada adalah kepakan sayap di langit-langit dan juga   bekas poopy, hitam, kecil, imut, hahhaha
Jembatan Lempapeh. Itu sarang kelelawar yang saya bicarakan tadi.


Pemandangan sisi kiri dari atas Jembatan Lempapeh. Lihat jam Gadang di sebelah kiri? Di sebelah kanan yang atap oranye+merah itu adalah sejenis Klenteng dan juga untuk rumah duka.
Pemandangan sisi kanan dari atas Jembatan Lempapeh. Bangunan paling atas berlatar belakang pegunungan itu adalah kantor walikota Bukittinggi. Sayang, kami tidak sempat ke sana. 











BENTENG FORT DE KOCK

Setelah melewati jembatan, tibalah kami di Benteng Fort de Kock. Menurutku, letaknya memang strategis untuk dijadikan benteng. Di atas dataran tinggi dan dikelilingi banyak pohon. Eh tapi, tidak tau dulu sudah banyak pohon atau belum. Kalau banyak pohon kan musuh juga bisa mendekat tanpa terlihat ya. Apalagi kan pahlawan kita zaman dahulu adalah pahlawan bergerilya (ok, jangan bilang kalian percaya 100% cerita gerilya-gerilyaan yang ada di buku sejarah itu) ---

"Benteng Fort de Kock ini didirikan oleh Kapten Bauer tahun 1825 di atas bukit Jirek Negeri Bukittinggi sebagai kubu pertahanan Pemerintah Hindia Belanda menghadapi perlawanana rakyat dalam perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Ketika itu Baron Hendrick Markus de Kock menjadi komandan de Roepoen dan wakil gubernur jenderal Pemerintah Hindia Belanda. Dari sinilah nama lokasi ini menjadi Benteng Fort de Kock"


Di setiap sudut ada meriam. Saya lupa ada berapa banyak, mungkin sekitar 10 buah meriam.


MAKAN-MAKAN

Setelah mengunjungi Benteng Fort de Kock, kami kembali ke Baso. Mau istirahat dan mandi karena nanti malam waktunya makan-makan...
Perhentian pertama adalaahh...

Sate Madura -_-
Hahahhaa, pasti krik krik. Entahlah, makan sate Madura di Padang, Bika Ambon di Medan, biarkanlah. Nusantara. hahaa.
Tapi sate yang ini berbeda. Gurih!! Gak enek, Lihat sambel hijau itu? Warnanya seperti warna wasabi. Tadinya saya gak mau makan, ngeri pedes. Ternyata ing ong iing, tidak pedas :)



Teh Taluang
Yang membuat teh ini spesial adalah ada telor dalam setiap gelas teh taluang. Gurih, manis dan enaak. hahaha ;D
SERABI ENHAI! HUWAWAWA...
Jauh-jauh ke Bukittinggi makannya Serabi Enhai. Padahal di Margonda banyaak. hahhaa. Tapi gak apalah karena nampaknya Serabi Enhai yang ini tempat nongkrong yang ngehits bangeet, jadi bolehlaah dicoba.

20 Desember 2014

Hari kedua di Bukittinggi. Kemana kita hari ini? Iya!! Tentu saja! Ayoooo....

LEMBAH HARAU

Lembah Harau terletak di Payakumbuh. Untung Toni ada motor, kalau tidak agak rempong juga. Jalannya mulus, bagus tapi angkutan umum kurang. Jadi, kalau lain kali kamu mengunjungi Lembah Harau atau Bukittinggi sebaiknya rental mobil atau motor.






Hanya ditopang sebilah kayu. Melewati rute ini sukses membuat bulu kuduk merinding. Ngeri. 
Tiba di kawasan Harau, tempat pertama yang kami kunjungi adalah

ECO TOURISM HARAU RESORT

Menurut gambar di samping, seharusnya kami akan menjumpai kupu-kupu, berbagai jenis anggrek, ikan-ikan dan mungkin bebek-bekan untuk main air.

Aku dan Toni sudah semangat 45, soalnya Toni juga kebetulan belum pernah ke bagian yang ini. Jadi, dengan langkah pasti kami mendekat dan tidak lupa senyum masih membingkai wajah. Cuaca cerah semakin membuatku bersemangat.

Akan tetapi, jauh asap dari api. Bukan kupu-kupu yang kami temui tetapi beberapa kandang besar, karatan dan kosong. Oh iya, dan juga buaya besar dalam kandang. Rerumputan lebih tinggi dari tanaman anggrek. Jalanan lumutan. Rumput liar dimana-mana. Sama sekali tidak menarik.

Puas kecewa kami maju beberapa meter lagi menuju destinasi awal yaitu, air terjun Lembah Harau


Main air
Ternyata anak SMP dimana-mana di Jakarta sama dengan di Bukittinggi. Jadi, bocah-bocah itu yang nampaknya baru pulang sekolah, dengan pongahnya naik motor ugal-ugalan, dan merokok. Rasanya aku pengen kirim mereka ke kereta Bogor-Tanah Abang hari senin jam 7 pagi. Penasaran, masih berani nakal-nakalan gak ya

Airnya dingiinnnn. Coba ada Mpok, mau deh mandi-mandi dulu. Puas main air, kami beranjak ke tujuann berikutnya. Di tengah jalan mampir ke warung yang menjual berbagai jenis makanan berbahan dasar jagung, bakwan jagung, donat jagung sampai jus jagung tapi cover-nya anggur dkk. hahaa

KELOK SEMBILAN

Katanya, mengunjungi Bukittinggi kurang lengkap jika tidak ke kelok sembilan. Kataku, daripada penasaran, ayo kita coba. Jarak dari Lembah Harau ke Kelok Sembilan lumayan jauh. Tetapi jalannya bagus.
Bersiap untuk kelok pertama


Menikmati puncak Kelok Sembilan. Di akhir kelokan, pinggir jalan dipenuhi penjual jagung bakar, air, dll.

RUMAH KELAHIRAN BUNG HATTA

Rumah ini terletak di Jl. Soekarno Hatta no. 37 Bukittinggi. Bukan rumah asli, namun sudah dibangun kembali dan diresmikan tahun 1995. Rumah ini cukup besar. Terdiri dari dua lantai. Begitu masuk beranda, di kanan kiri ada dua kamar tidur: Kamar Bujangan dan Kamar Saleh St. Sinaro. Memasuki lantai satu, ada ruang tamu yang cukup besar, di sebelah kanan Kamar Mamak Saleh dan di sebelah kiri Kamar Mamak Idris. Melewati Ruang Makan dan sampilah ke bagian belakang rumah: ada Lumbung Padi, Kamar Bujangan, Dapur, Kamar Mandi, Ruang Perlengkapan Bendi, Ruang Bendi dan bangsal kuda.   Tangga menuju lantai dua, ada di belakang rumah. Di lantai dua ada Ruang Tamu, Kamar Pak Gaek dan Kamar Lahir Bung Hatta. Seluruh lantai rumah dilapisi tikar. Jadi, tidak boleh pakai alas kaki. Rumah dibuka untuk umum, gratis tapi diharapkan memberikan sumbangan seikhlasnya. "Biasanya pengunjung memebrikan minimal Rp. 15,000, tapi seikhlasnya saja"

Pasti kalian bertanya-tanya soal Mamak Idris, Pak Gaek, Bujangan, dll kain? Saya sengaja  menyimpannya agar kalian punya satu alasan untuk mengunjungi rumah ini :D


LOBANG JEPANG


133-135 anak tangga. Dulu, tangga ini bisa digunakan hanya sebagai jalan masuk. Jalan keluar ada di ujung Lobang tetapi karena katanya banyak yang nyasar, akhirnya jalan masuk dan keluar tinggal satu, yaitu melewati tangga-tangga ini.

Lobang terdiri dari banyak lobang-lobang lain dengan berbagai fungsi: ada ruang sidang, ruang amunisi, mini theater, museum saintifik, barak militer dan pintu pelarian. Akan tetapi sebagian besar lobang-lobang ini difungsikan sebagai ruang amunisi.

JANJANG SARIBU

Selamat Datang
Maafkan gambar goyang Kapten!







Puncak

Saya tidak sempat menghitung jumlah anak tangga. Sudah lelah duluan. Tangga tidak terlalu lebar, sehingga agak sulit kalau mendahului. Bahkan ketika berpapasan pun harus berhati-hati. Menurutku, ada yang kemiringannya mencapai 80derajat. Cukup berbahaya kalau sembrono.
Begitu tiba di atas, rasanya wuuuaaaahhhhh!!! lega dan bangga. Hahaha. Hampir sama kaya naik gunung, bahkan posisiku rasanya sudah sama tinggi dengan gunung merapi di hadapanku. Hahaha ;D 

MAKAN LAGII..


Itiak lado ijo. Bebek capai hijau. Rasanya? EEENNNNNAAAAKKKKK BAAAANNNGGGEEETTTT :P
Awalnya aku bingung, sudah ada cabai hijau setiggi gunung untuk apa lagi sambal? Hehe, ternyata cabai hijaunya tidak sepedas yang kubayangkan. Kami masuk dalam daftar pelanggan terakhir, jadinya rendang tinggal ekstraknya saja.
Aku sukaaaa. Jadi kangen, huhuu


DANGAU KAWA

Dangau Kawa, salah satu kedai yang selalu ramai pelanggan. Untung begitu kami sampai, ada meja yang baru ditinggal penghuninya. Asap rokok dimana-mana, ngakak sana sini, cincin batu akik memenuhi pandangan. Kebanyakan yang nongkrong malam itu adalah anak-anak usia SMP ke atas. Jangan salah, bukan hanya laki-laki, perempuan juga ikut nongkrong. Segerombol anak SMP bergabung di meja kami. Ah, malam minggu. 

Tiga minuman utama: kawa biasa, kawa susu dan kawa taluang. Pada dasarnya, kawa terbuat dari daun kopi yang dikeringkan lalu dijadikan  sebagai pengganti teh dan disajikan di batok kelapa atau batang bambu. Di setiap meja disiapkan gula. Kalau ingin kawa susu, harus pesan di awal dan harganya akan tambah. Anak-anak yang semeja dengan kami mempunyai ide brilian: mereka memesan kawa biasa dan (ini rahasia) satu sachet susu kental manis dikeluarkan dari kantong jaket. Begitu pelayan memalingkan muka, segera beraksi. Daripada membeli langsung dengan susu, harganya lebih mahal. Aku masih terpesona dengan teh taluang, jadi malam itu aku memuaskan diri dengan kawa taluang

Saking banyaknya pelanggan, teriak berkali-kali pun, pelayannya tetap sulit mendengar kita. Jadi, setiap meja dilengkapi kentongan. Lebih ampuh!



21 Desember 2014

Hari terakhir di Bukittinggi....
Ah, sudah hari terakhir saja. Cepat kali bah!! Udan di Tanah Minang, masih Batak kali pun! Hahaha
Masih ada waktu setengah hari. Pagi hari kami ibadah di gereja. Kemudian sarapan di nasi kapau terenak di Pasar Atas (terenak: padahal hanya mengunjungi satu kedai nasi kapau ;p)


Nasi Kapau Uni Lis. Semua kuning 

Setelah makan nasi kapau. Kuningnya benar-benar kuning.

Baiklaaahhh!!!

Hampir semua tempat di daftar saya berhasil dikunjungi. Bukittinggi sungguh sangat mempesona. Cantik dan menyenangkan. Terima kasih untuk orang-orang yang saya jumpai, yang membantu mengambil gambar, yang menjual makanan-makanan enak dan yang membuat perjalanan ini tidak terlupakan. Terima kasih untuk kawan-kawannya Toni: Ka Vita, Ka Hana, dll.


Naparpudi, mauliate godang tu ito na burju ala olo hurepoti na piga ari on, Toni. Mauliate rrraaaa. Sai anggiat ma lancar karejomu daa!

"Jika tua nanti kita, t'lah hidup masing-masing ingatlah hari ini" -Project POP-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar