Senin, 12 Mei 2014

Pulau Perak

"When the last time you did something for the first time?"
Saya gak tau apakah pertanyaan di atas memiliki korelasi dengan cerita yang akan saya tulis ini, tapi biarkan sajalah. That's what I thought to start this story.

Kemarin saya menghabiskan weekend kedua bersama Backstrip. Ada Ka Eby, Bang Juki, Bang Alex, Mas Adi, dan Ridi. Untuk pertama kalinya bertemu dengan anggota backstrip yang lain : Mba Dian, Sanny dan Andry. Selain anggota Backstrip ada juga kawan-kawan yang lain (Kristin, Ipin, Numan, Mba Ruti, Mba Tera ~jana kuch-kuch hota hai, Bang Iruul, Sispay, Nunung, Panca, Muki, Mba Thea, total 20 orang. Tapi ini baru 19 orang. Satu lagi siapa ya? .......................................................... (mikir).............................gue.

Kami berangkat sabtu pagi dan kembali keesokan harinya. Meeting point di Stasiun Kota. Dari situ kami sewa angkot ke Muara Angke, lalu menyeberang ke Pulau Harapan selama kurang lebih tiga jam. Tiga jam di kapal ngapain aja kakaa?? Biasalah, seperti yang dilakukan oleh orang-orang biasa pada umumnya. lomba renang sama kapal, main kartu sambil kayang, nyari tau ini kapal kalau dibajak bisa nutupin biaya ke Pulau Perak atau enggak, ngitung perbandingan air pipis, air bekas cucian piring kotor, air hujan dan air-air yang lain di lautan pulau seribu. Biasa-biasa sajalah.. 

Bang Alex, Rindang, Ka Eby, Sanny, Bang Juki were playing card. We played for almost 12 times and I only won once, of course with Bang Alex's help.

Di Pulau Harapan kita sudah dinantikan oleh seorang pria paruh baya yang lahir, besar dan berkeluarga di Pulau Seribu. Dia adalah Pak Bob. Kaos ketat putih, celana tigaperempat, rambut pendek yang mulai ditumbuhi oleh uban, dan dengan gagahnya dia berdiri di kapal kebanggannya, yang katanya mesinnya besar dan kalau muatannya tidak banyak bisa melaju dengan kecepatan menyerupai kecepatan speed boat. Tapi sayang sekali, muatannya lebih dari sedikit (baca: berat), jadi hilanglah satu-satunya kesempatan saya untuk melihat kecepatan ala speed boat kapal Pak Bob ini. Saya kecewa banget. Banget. #lebay

Bersama tiga orang pasukannya Pak Bob siap mengantar kami ke pulau Perak dan kemana saja sesuai pesanan. Pak Bob sudah menyiapkan dua kapal kecil (bermesin besar) karena kami akan dibagi ke dalam dua grup. Pak Bob menyalakan mesin kapal lalu menyuruh Mas Tami (salah satu anak buah Pak Bob) untuk mengambil alih kemudi. Kapal kami siap melaju. Kita udah jalan nih ya, eh kapal yang satu lagi agak mogok. Dua orang anak buah Pak Bob yang bertugas sebagai awak kapal yang satu lagi terlihat kewalahan. Kami pun putar balik, Pak Bob akan mengecek kapal yang satu lagi terlebih dahulu. Bisa kulihat wajah Pak Bob mulai kesal. Dia mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti dan kemudian dengan gagahnya, Pak Bob melepas kaos putihnya dan tanpa babibu byuurr... Pak Bob melompat ke dalam laut. Wuidiih, saya berdecak kagum. Terus, krik krik krik kenapa mesti loncat ya? kenapa gak kapalnya saja yang didekatkan? Otak saya yang lebih pintar menjawab, "Kalau kapal yang ini didekatkan ke kapal yang satu lagi maka akan ada gelombang-gelombang yang akan membuat kapal yang satu lagi semakin menjauh, ngerti?" OK, OK, agree with you laah. 

Sekitar 20 menitan kami tiba di Pulau Perak. Langsung bongkar-bongkar ransel dan mulai memasang tenda. Voila! just found another reason for the question at the beginning of this story: For the very first time I put my own tend up, hmm.. hold on, actually not really my own tent because I did not sleep in the tent, which  I set up with Bang Juki and Mas Adi. I slept in another tent. Hold on, is this really matter? nope!! so? oke just keep writing!! Also for the first time: I slept in a tent!! I felt so excited. 

Setelah tenda terpasang, yang mau ganti baju segera ganti baju lalu kami naik kapal lagi karena akan melakukan kegiatan berikutnya yaitu snorkeling. Pak Bob membawa kami ke tiga lokasi snorkeling. Spot yang pertama bagus. Karangnya bagus. Ikan-ikannya cantik dan banyak. Airnya jernih dan bersih. Tapi pas gue tanya Bang Irrul, yang notabene sudah pernah snorkeling di tempat lain, katanya lokasi yang ini baru sampai tahap "lumayan". Dari skala 1-10 Bang Irrul memberikan nilai 7 untuk spot pertama ini. Pretty good-laah. 

Di spot pertama, kaki kiri gue kram saudara-saudara setanah air. Dan gue langsung heboh, air masuk hidung, masuk mata, masuk mulut, dan meski udah ditolongin gue masih aja gelepar-gelepar kayak cacing terpanggang matahari. Yang bikin gue merasa semakin krik krik adalah setelah 10 menit di atas kapal dan dengan sedikit pijatan dari mas adi, itu kaki udah pulih kembali. Malu sih. Malunya lebih ke diri sendiri sih. Udah pake acara geleparan eh krammnya hanya sebentar. Sayang banget energi gue yang habis untuk geleparan. Sayang banget air laut yang ketelan sama gue. Air laut yang sudah becampur dengan air-air yang lain ... Baiklah, stop right there! Don't even dare to mention it. Just keep it for myself. Tapi pas kebayang itu, rasanya geli-geli-tapi-yaudahlahya-mau-diapain-lagi. Akhirnya, karena gue sudah (kurang) percaya diri snorkeling sendirian, gue nebeng Bang Irrul saja. Kalo ada titik yang banyak ikannya, dia ajak gue. Gue menikamati saja. Ikan-ikan kecil, penuh warna, dengan latar karang yang cantik. Bagus banget. Bersyukur bisa melihat pemandangan seperti itu di kala di tempat lain ada orang yang untuk makan saja sulit. Saya mendedikasikan semua yang indah-indah ini untuk mereka. Oke, move on! Kawan-kawan yang lain keep taking pictures-laah. Of course, they would not waste this opportunity-laah. We only had one day, tomorrow maybe we couldn't do this again. So, enyoyyy-laah!! (dibaca dengan aksen Singlish-singaporean english lahh ya. Sape nak buat jadi begini? Itulah T-shirt nya si Bang Juki yang bikin sebab).

Spot kedua, posisinya lebih dekat ke pantai. Airnya jernih juga, tapi karena dekat pantai jadi cepat keruh karena pasir. Di sini ikan-ikannya juga bagus, tapi karangnya kurang. Jadi gini, jarak bibir pantai ke bagian laut yang sangat dalam tidak terlalu jauh dan tidak ada tingkatan kedalaman. Habis area berpasir/dangkal langsung area sangat dalam. Kalo tetap di area yang dangkal, konsekuensinya air keruh. Tapi kalau berenang dikit ke area yang lebih dalam, hampir gak kelihatan lagi karena udah gelap. Jadi, gue nebeng Bang Irrul lagi lah. Hahaa, gue pegang celananya, terus dia berenang-renang dan tugas gue gerak-gerakin kaki. Udah santai begitu tetap saja ikan-ikannya harus ditunjukin juga baru gue bisa lihat. Next time, I can do it better then yesterday. It's ok laah. Oh iya, di sini kami menemukan rumahnya anemon. Anemon itu apa kakaa? Anemon itu seperti yang ada di gambar ini dek. Bukan yang kuning bergaris putih ya, itu ikan badut alias nemo! Nah, sensasi menyentuh rumah anemon adalah seperti tersengat, tapi sengatannya asik (??). Gue cuma sentuh sekali karena pas ngelihat anemon ini yang terlintas di pikiran gue adalah bunga pemakan segala hal yang hidup seperti di film JUMANJI -_-"

http://fotohewan.info/10-foto-ikan-badut-clownfish-terbaru-2013/ikan-badut-alias-nemo-dan-rumahnya-anemon/
http://fotohewan.info/10-foto-ikan-badut-clownfish-terbaru-2013/ikan-badut-alias-nemo-dan-rumahnya-anemon/

Spot ketiga itu.... hanya gundukan pasir putih. Di sini kita sudah gak mainan snorkeling lagi. Bagaimana bisa snorkeling? Sudah tidak fokus lagi. Turun dari kapal kita sudah dikedipin oleh ibu-ibu penjual gorengan dan FYI ya guys, gorengannya masih hangat!! Surga banget. Satu gorengan jenis apa pun hanya dihargai rp.2000,- Panjang umurlah si Ibu, tetap semangat ngedipin calon pemangsa gorengan-gorenganmu ya!!

Hari sudah mulai gelap ketika kami sampai tenda lagi. Sebagian cowo-cowo mandi duluan. Tempat mandinya adalah sebuah sumur di dalam hutan (jangan bayangkan hutan amazon, please, jangan). Sumurnya dalam dan airnya gak banyak, gak sedikit juga. Gue mau bilang banyak karena setelah dipakai mandi oleh lebih dari 20 orang, anggap saja satu orang satu ember, airnya gak habis-habis. Tapi cobalah sejenak menilik ke dalam sumur, airnya udah kaya mau habis gitu. Gak pintar banget! itu kan mata air. Asumsi kedua, airnya gak habis-habis karena air bekas mandi kembali lagi ke dalam sumur. Bisa jadi. 

Setelah yang giliran pertama selesai, tibalah giliran kami. Akhirnya, setelah menunggu beberapa lama, kesempatan itu pun datang juga. Kami sujud syukur penuh deraian air mata, lalu berlari ke sumur kebahagiaan. Dengan sigap, cewe-cewe di giliran kedua mengambil posisi. Yang di kamar mandi (baca: bilik bambu) yaa ke kamar mandi, yang mandinya di pinggir sumur, ya terima saja. Pas kami sampai Bang Irrul lagi menimba-nimba air, sekalian aja gue minta airnya disiramin ke kepala gue. Macam ayah kita mandiin kita waktu kecil. hahah, kocak deh. Pas siraman pertama, gue hampir muntah. Airnya berbau. Masalahnya itu bukan bau parfum japanese cherry blossom gue. Baunya mirip bau belerang atau telur rebus yang hampir busuk kali ya. Tapi tidak apalah, untuk apa ada minyak wangi dan lotion? iya kan. They can solve this problem. Hahah (evil laugh).

Keseruan ketiga akan segera dimulai, jreng, jreng, jreng : masak-masak. Pak Bob sudah menyiapkan nasi dan ikan bakar. Kami akan memasak tumis taoge kacang panjang, nugget goreng, sosis goreng dan sambel (lupa namanya, sebut saja sambal Menado karena yang menyiapkan adalah tangan wanita Menado asli : Ka Eby (standing applause). Kenapa? karena sambalnya enaak dan pedas :-(  
Gue masak sayur sih, tapi sepertinya failed, tanya saja pencicip pertama di uar geng memasak (Andry). Baiklah jangan sedih, mungkin harus lebih sering lagi nongkrongin Ibu Sisca Switomo masak.

 Habis masak, kita rapi-rapi. Gue dan kebaikan hati gue yang tidak terperi, penuh semangat mengambil piring kotor dan membawa ke sumur. Blaaahh. Enggak deng. Bohong. Gak semangat juga sih. Biasa saja. Gue mau cuci karena gue sudah mengacaukan sayur kacang panjang. Sendirian? serius?? beneran sempat mikir kalo gue berani ke sumur sendirian? Waah, itu hanya imajinasimu saja nak. Gue mencuci piring membawa segerombolan pasukan Paman Gober: Nunung, Sanny, Ka Eby, Andry, Bang Irrul, Bang Juki, dan siapa lagi gak tau. 

Balik nyuci piring (ini harus disimak baik-baik) di tengah jalan ada keong kecil. Dan si gila ini sudah bersiap-siap, mengangkat kaki kanan setinggi lutut dan berencana mendaratkan kakinya di atas keong kecil yang sedang meraba-raba jalan setapak. Untunglah, kawan-kawan berhasil menggagalkan rencana gue. Iseng banget emang. ckck. 

Piring sudah bersih. Sekarang ngapain lagi ya? Mba Ruti, Mba Tera, Mba Oma sedang bermain-main di dermaga. Yang lain, tidak tau dimana. Mungkin lagi luluran atau sedang menatap langit, ingin berkenalan dengan Evangeline nya kunang-kunang Raymond dalam film Princess and the Frog. 

Aku, Ka Eby, Mba Dian, Mas Adi, Bang Alex, Bang Irrul dan Numan menghabiskan (setengah) malam dengan bermain kartu. 

***
Sebelum main, pas kita masih ngobrol-ngobrol, kedua telapak tangan gue panas sepanas-panasnya. Gue udah bikin lotion tapi tetap panas. Otak liar gue mulai berkelana, menjelajah masa lalu dan menemukan sebuah kenangan: Keong kecil. Gue pikir tangan gue panas karena hampir saja mau matiin seekor keong yang kesepian. Gue mulai parno, tapi gak ngomong ke siapa-siapa. Dalam hati,panik juga sih. Untung Mba Dian membawa sebotol kecil cairan, yang namanya aku gak tau. Aku olesi ke tanganku dan tidak berapa lama kemudian, tanganku kembali seperti sedia kala. Setelah kutelusuri, aku pun menemukan penyebabnya. Pas nyuci piring aku air rendaman piring sudah tercampur dengan sambal yang pedasssss banget. Dulu pernah mengalami kejadian seruap, waktu itu ngeblender sambal tapi tutup blender belum kepasang. Alhasil cabe nya muncrat kemana-mana mengakibatkan panas dimana-mana. Tapi ini pelajaran nih. Watch your behaviour Rindang. Bersikap yang baik dimana pun berada. Jangan iseng. Jangan merusak. Have fun without creating any damage!! Remember this young lady!!
***

Di tengah permainan kami memutuskan untuk membuat permainan ini menjadi semakin panas. Bagaimana caranya? Gampang! ambil bedak nya Ka Eby. Jadi, muka yang kalah akan dicemongin pakai bedak. Korban pertama adalah Bang Irul. Yang ngalahin dia adalah Numan. Kartu gue sih, tapi yang mainin Numan dan menang. Tapi yang bedakin gue. Begitu juga ketika Bang Alex bertarung dengan Ka Eby. Pertarungan berjalan alot. Keduanya melancarkan jurus dan strategi andalan. Namun Bang Alex nampaknya melakukan kesalahan. Ka Eby dengan berapi-api memanfaatkan kesalah itu dan jebreeet, dia pun menang. Tapi masalahnya, yang kena gue -_-. Ka Eby gak mau bedakin Bang Alex dan Bang Irul dengan cekatan menuangkan bedak di atas tangan gue. So, there's nothing I can do. Bukan masalah bedaknya, tapi kalo nanti kamera Bang Alex ngambek karena tuannya gue putih-putihin, terus dia gak mau foto gue lagi, gimana dong? make sense sih, tapi yaudah, berimajinasilah sekreatif mungkin.

Sekitar jam 1 dini hari, permainan selesai. Aku sama Ka Eby tidur satu tenda. Bahkan belum sempat mimpi, tetangga depan sudah bikin masalah. Berisik banget. Awalnya gue kira mereka mau membangun kuil Roro Mendut. Gue penasaran dong. Bangunlah gue karena ....... kebelet pipis. Ternyata penyebab kegaduhan itu adalah kelabang yang jatuh cinta sama Ridi dan tidak sabar menunggu untuk menyatakan cinta saat hari sudah terang. Dengan sedikit memaksa kelabang itu mengerayangi Ridi dimulai dari ujung jari kaki. Ridi tidak siap. Dia melakukan perlawanan yang sayangnya kurang tepat. Kelabang kesal lalu mulai meninggalkan tanda cinta di kaki Ridi. Tidak ingin menyerah terlalu cepat, Kelabang berusaha menanjak ke posisi yang lebih tinggi. Ridi semakin menggila. Kelabang juga menggila. Dan pertempuran itu pun selesai. Ditemukan tiga jejak cinta di badan Ridi, lebih spesifik lagi, jejak-jejak itu tersebar di area pinggang ke bawah. Kabar yang paling mengejutkan, Mas Adi juga sempat dicicipi oleh Kelabang yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Tetapi, jejak di Mas Adi hanya satu. Mungkin Ridi lebih menggiurkan dibanding Mas Adi. Kalau aku jadi Mas Adi, aku akan mulai bercermin tujuh kali sejam. Apa yang salah? Bahkan Kelabang pun hanya meninggalkan sau jejak tunggal dalam diri gue (peace mas Adi, hehe). Kelabang itu kan kecil, mungkin dia sudah gak mau sama yang kurus. Dia maunya sama yang lebih berisi. Sebenarnya pas baru tau, gue pengen ketawa sih. Tapi gue tahan untuk dilampiaskan saat ini. Hahahhaaaa. Kocak banget sih. Mereka setenda itu empat orang: Mas Adi, Ridi, Bang Juki, Andry. Kenapa dia lebih mengincar Ridi dengan celana putih yang agak ketat dibanding Bang Juki yang hanya memakai selembar sarung (baca: rok). Gue gak sempat menanyakan ini karena Kelabangnya sudah kabur. Dia sadar, Ridi tidak akan mungkin membuka pintu hatinya. Semangat kelabang!! Temukan cintamu!! Kamu telah berhasil mengerjai  empat cowo sekaligus membuat mereka merasakan sensasi tidur di atas pasir Pulau Perak berselimutkan bintang-bintang dan cahaya Evangeline.

Keesokan harinya, beberapa orang, termasuk aku jalan-jalan pagi mengelilingi Pulau Perak. Tidak lupa foto-foto di setiap lokasi yang bagus. Kami terlalu asyik sehingga tanpa sadar meninggalkan Ka Eby dan Nunung berjibaku dengan penggorengan, kompor, roti, selai dan pisau demi membuatkan sarapan. Maaf ya Kak, maaf ya Nung, kami tidak tau kalian sedang menyiapkan yang enak-enak. Terima kasih yaa. Rotinya enak. Aku suka.


Bang Alex, Rindang, Mas Adi, Bang Juki. We're looking for some small fishes. I got stung by jelly fish right there. I also found anemon here. And that time, I taouched it without any doubt.


Muki is playing with local boys

Ipin, Bang Irrul, Andry. Seriously, no comment.

Numan and Muki were discussing about nothing, maybe

Andry was checking whether hie feet still there or not


Habis mutarin pulau, kami siap-siap untuk pulang. Rapihin tenda, operasi semut dan bersih-bersih. Aku?? curi-curi waktu ngasih makan ikan di dermaga. Di sana ikannya buaaanyyyyaak tapi jangan sedih ubur-uburnya juga banyak  kok. 

Thank you guys! I had so much fun. Hope we can meet again in another trip with another story. You're awesome. You're rock. Keep up the great energy!!

And for you Pulau Perak, Thank you for such a great time I've spent with you. Thank you for two amazing days. I know the trouble you're facing right now. Oil on you water, rubbish on your seashore and also some impolite visitors. I do applogize for every mistakes. For every local people who took advantages on you. For us,  who contributes on global warming and who keeps throwing our trash on you. Be strong and stay alive!!


Adious Pulau Perak, see you when I see you. Tschuess! Auf Wiedersehen! Sayonara! Au Revoir!!


Pulau Perak 

*All photos taken from whatsapp group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar