Rabu, 30 Januari 2013

Antara Kristen, hidup, mati dan sinetron

Lama tidak menulis lagi di sini. Sibuk banget soalnya, sibuk main, makan, tidur, haha-hihi, dan jejaring sosial.

Jadi, cerita ini berawal dari kemarin sore, ketika saya menjemput adek dari tempat lesnya. Berhubung saya masih punya waktu satu jam lagi (ini mau jemput atau ada maksud lain?? hehe) saya pun memanfaatkan fasilitas yang ada yaitu free wifi (ketahuan!!). Nah, kebetulan di samping saya ada dua orang kakak beradik yang sedang membicarakan sesuatu. Sesuatu yang bagi kebanyakan orang dianggap sangat privasi, namun anehnya sering dijadikan alasan untuk menciptakan konflik. Apakah itu?? AGAMA.

Oke. Jadi, berdasarkan outfit si kakak (karena dia lebih besar dan terlihat lebih tua dari lawan bicaranya), saya menyimpulkan bahwa kedua anak ini beragama muslim. Pertayaan yang tidak terduga muncul dari bibir si adik."Kak, kalo ada orang Kristen nabrak orang Kristen dan orang yang ditabrak itu meninggal, nanti dia bakal balas dendam ke orang yang menabrak itu ga?"

Sang kakak menjawab," enggak dek. Dunia orang mati itu sudah berbeda dengan dunia orang hidup. Gak mungkin bisa balas dendam lagi. Itu cuma di sinetron-sinetron saja. Kamu makanya jangan suka nonton sinetron."

Jawaban yang bijak dan pintar. Tadinya, saya berpikir si kakak bakal mengangkat tema kekristenannya, ternyata tidak. Dia memilah bukan dari variabel agama, meskipun si adek agak memberi penekanan pada kata kristen, namun ia menjawab dengan melihat aspek yang lain, yaitu hidup dan mati. Kenapa hidup dan mati? karena semua orang akan mengalami kedua hal tersebut, tidak peduli apa pun agamanya. Jadi, siapa pun yang mendengar jawaban tersebut tidak akan merasa tersinggung, karena mungkin akan berbeda responnya bila si kakak menyinggung soal itu.

Selain itu, saya juga menyimpulkan bahwa sinetron Indonesia memang tidak bermutu. Bahkan, anak kecil saja tahu bahwa yang ditayangkan itu salah. Kalau begitu, seharusnya pihak-pihak yang terlibat di dalam dan di luarnya harus memperhatikan hal ini.

Misalkan nih ya..
  • Kalau para produser dan sutradara sepakat tidak mau memproduseri dan menyutradarai sinetron yang tidak berkualitas, mungkin acara yang satu ini akan hilang dari dunia pertelevisian kita.
  • Kalau para artis tidak mau main di sinetron yang seperti itu, mungkin akan muncul sinetron-sinetron yang bermutu.
  • Kalau masyarakat tidak menonton sinetron ini, ratingnya akan turun, iklan sedikit, pemasukan kurang dan sinetron ini pun bubar.
Namun sayang, itu hanya terjadi dalam dunia permisalan. haha..
Memang hal-hal yang khusus itu penting, namun ada kalanya kit harus melihat sesut di sudut pandang yang lebih umum untuk menghindari salah paham.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar