Senin, 23 Februari 2015

Bukittinggi, Dua Hari Dua Malam


Tiket sudah di tangan, rencana perjalanan sudah mantap, tinggal jalan, memanjakan mata dan jiwa di Padang lalu pulang kampuang dengan perasaan riang gembira. Rencanaku sih begini tetapi ya kenyataannya ......... LEBIH OKE DARI SEKEDAR "begini". Serius! Tak percaya?? You better check this out :D #halah

18 Desember 2014

Lion Air, JT 252, 05.50. 

Perjalanan yang sudah direncanakan akhirnya akan dimulai hari ini. Ojek Rekky melaju dengan kencang, Bus Damri pun juga sudah menanti di terminal Pasar Minggu. Hop!! Tidur bentar ahh. Tiba di bandara Soekarno Hatta suasana mulai ramai. Aku melirik jam, masih ada waktu untuk mengantri di barisan paling pendek. Okelaah. tik tok tik tok tik tok. Berpuluh-puluh menit kemudian. Ada apakah dengan check in Lion Air ini? Perasaan antrian gak panjang-panjang amat tapi kok lama banget? Mimpi pas ngantri lebih banyak daripada mimpi pas di Damri tadi (OK, berlebihan). Gue pelototin jam tangan, waktunya sudah semakin dekat. Tapi antrian hanya berkurang dua orang. Karena semakin telat, gue hampiri orang-orang di depan dan minta tolong agar membiarkan diriku check in lebih dulu. 

Terima kasih untuk "sesama penumpang harus saling menyayangi" karena orang-orang di depan gue dengan baik hati memberikan kesempatan untuk check in lebih dulu. Sampailah di meja check in

" Mba, printer lagi rusak langsung ke counter 26 saja ya"
Gue lari-lari sambil sh*t sh*t menuju ke counter 26. 
"Mba, pesawatnya sudah siap untuk take off. Mba telat. Issue tiket baru di belakang ya" ucap Mba-mba counter 26 sembari menunjuk ke kerumunan orang-orang di bagian ticketing Lion Air.

Well, ngumpat pun tak akan bikin pesawat nunggu saya kan. Daripada menghabiskan energi, saya segera menuju ke arah yang ditunjukkan Mba-mba counter 26. Dan sebuah drama telah menanti. Ternyata ada banyak penumpang Lion Air ke berbagai daerah sebelum jadwal penerbangan gue yang juga ketinggalan pesawat. Ada yang ke Palembang, Batam, dan satu lagi, saya lupa. Otomatis bagian ticketing ramai bukan main. Ada yang marah-marah, teriak-teriak histeris dan paling epik ibu-ibu (halak hita) dan anaknya yang menangis meraung-raung. Alasannya adalah, karena mereka ketinggalan pesawat maka mereka (dan saya) diwajibkan membeli tiket baru untuk jadwal hari itu (atau bisa juga minggu depan, bulan depan atau bahkan tahun depan). Harganya tentu saja mahal. Pihak maskapai memiliki perhitungan sendiri, saya tidak terlalu mengerti. Akan tetapi karena banyaknya gelombang protes, pihak Lion Air berinisiatif membuat perhitungan baru untuk menekan harga. Perhitungan persisnya saya juga lupa, tapi intinya adalah selisih harga tiket waktu beli dengan dengan harga tiket tanggal itu (18 Des 2014). 

Berhubung (mungkin)  tujuan saya bukanlah tujuan yang ramai dikunjungi di musim natal  jadi harga tiket hari itu belum mahal-mahal banget. Untuk dapat tiket baru saya pun membayar Rp. 198.300. Uangkuuuuu tapi tak apalah. Kesalahanku juga sih, tidak teliti.

08.15. Tiket (baru) sudah di tangan.

LION AIR, JT 254, 17.25

Tantangan berikutnya. Apakah yang harus saya lakukan dalam rentang waktu 08.15-17.25??? hahhahaa, hmmmm. Pertama, makan. Kedua, main HP. Ketiga, baca buku. Keempat, beli 3 Nat Geo edisi beberapa bulan lalu, kemudian lihat gambar, baca, buka kamus, lihat gambar selesai. Kelima, telfon dan bbm an dengan handai taulan serta orang-orang terkasih, hahaa. Keenam, keliling bandara. Ketujuh, merhatiin orang-orang dan keadaan sekitar. Kedelapan, tidur zzzzzz. 

Sehari pun berlalu. Akhirnya duduk dalam pesawat. Siap-siap tidur dan berharap ketika bangun sudah tiba di Padang. Kali ini tepat. Tiba di Padang sekitar pukul 20.00. Setelah koordinasi dengan kawan di Bukit Tinggi, Toni, akhirnya diputuskan, alih-alih langsung ke penginapan, aku malah akan ke tempat Toni. Menginap di sana dan besok akan ke penginapan (rencana). 

Tiga jam perjalanan dengan mobil travel berbiaya p. 85.000. Percayalah, biasanya jauh lebih murah. Harga awal Rp. 100.000 loh! Sekitar pukul 23.00 aku tiba di tempat kerja Toni. Sudah malam, gerimis, lelah, ada air, ada kamar pinjaman, ada kasur dan kantuk pun menunjukkan diri. Baiklaaah, ayo tiduuur.


19 Desember 2014

Selamat pagi Bukittinggi :) :) Apa kabar? siap bertemu denganku??
Setelah sarapan, Toni menawarkan akan mengantarku jalan-jalan ke kota (Bukittinggi), tapi setelah kerjaannya dia selesai yaitu tengah hari. Karena masih gerimis, aku OK. Setelah acara Toni selesai, kami pun berangkaaaatttt.

JAM GADANG




Pak (saya lupa banget namanya maaf). Bapak ini adalah petugas yang mengawasi Jam Gadang. Biasanya ada dua orang (ganti shift). Namun, karena petugas yang satu lagi sedang studi banding ke Bali jadi untuk beberapa hari, Bapak ini akan in charge seorang diri. Dulu, pengunjung masih bisa masuk dan naik ke Jam Gadang, namun untuk alasan pelestarian, sudah beberapa tahun terakhir tidak diperbolehkan lagi.

Gloomy friday

suasana di sekitar Jam Gadang. Jam Gadang biasanya adalah meeting point warga Bukittinggi. Tempat nongkrong juga. Di sebelahnya ada pasar dan mall. Tapi nampaknya lebih enak di Jam Gadanglaah.



Jam Gadang dari masa ke masa. Jam Gadang didirikan ketika masa penjajahan Belanda. Fungsi awalnya adalah sebagai menara pengintai. Di atapnya juga konon pernah dibuat patung ayam jantan. Pada masa penjajahan Jepang, ayam jantan diganti menjadi bentuk rumah biasa. Kemudian setelah kemerdekaan RI, jam gadang direhabilitasi dan puncaknya diganti lagi dan dibuatlah bentuk khas Minangkabau, yaitu atap "bergonjong" empat. Bentuk ini dipertahankan hingga sekarang.

Taman Bung Hatta hanya berjarak beberapa meter dari Jam Gadang. Hanya perlu jalan kaki beberapa menit. Sayangnya, nampaknya taman ini hanya bisa dinikmati dari luar pagar. Baiklah



TUGU PAHLAWAN TAK DIKENAL
Sesungguhnya saya masih bingung dengan Tugu ini. Tugu pahlawan tak dikenal. Letaknya di seberang Taman Bung Hatta, di belokan jalan. Tanpa keterangan apa pun. Sepertinya taman ini tidak sering dikunjungi karena letaknya di pinggir belokan dan ditutupi pedagang dan mobil-mobil yang parkir.




ISTANA BUNG HATTA


Add caption

Kedua gambar ini berada di lokasi yang sama yaitu di kawasan istana Bung Hatta. Menurutmu foto di kanan kiriku berbentuk apa? Jawabannya adala, tadaaa "Pinguin".Menurutmu mirip? Kalo menurutku sih, entahlah. Hahaha. Awalnya sama sekali gek ngeh. Ketika petugas mengatakan kami tidak boleh memasuki gedung istana, dengan langkah gontai, lemah, lesu, terkulai (tetot!) kami melangkah ke luar. Tiba-tiba, salah satu petugas memanggil kami dan menyarankan berfoto di bersama pinguin. Aku sempat celingak celinguk. Pinguin mana? Kirain patung pinguin gitu kan ya. Ternyata oh ternyata. Pinguin yang di ataslah yang dimaksud. Mirip? Iyalah tuuh.


LANDMARK BUKITTINGGI

Untuk foto-foto spot ini bagus tetapi susah Kakaa. Posisinya terlalu mepet ke jalan jadi agak repot kalau kalian bawa mobil. Bisa bikin macet.

GEREJA KATHOLIK
Gereja Katolik St. Petrus Claver, Bukittinggi. Salah satu cagar budaya di Bukittinggi.


KEBUN BINATANG PASAR ATAS


Jenjang Pesanggrahan. Salah satu pintu masuk ke Kebun Binatang Pasar Atas, lanjut ke Benteng Fort de Kock lalu ke Jembatan Lempapeh. Nanti akan keluar di sisi lain jalan. Jadi rutenya memutar.
sekitar 75 anak tangga

Gerbang masuk Kebun Binatang. Sekilas, kukira itu starb*cks, ternyata kepala harimau putih

rusa ommmmooooo

Axis axis alias rusa tutul

Cervus unicolor (rusa air/rusa sambar

kasihan burungnyaa. Masih hidup looh, mengelepar-gelepar. Aku bertanya-tanya, "bukankah rusa makan rumput?" hmm

Buruuuuuunngg


Luphura ignata rufa / sempidan biru sumatera

tiga ekor sempidan biru sumatera



gajahnya sediih :( :(

"sendiri aja dek?" | 

dia malu-malu





berteman

"Tunjukkan wajahmu, kumohon.."

haiyah!


Tapirus indicus /tapir malaya
sedih di keramaian. Ada apa?





Pavo cristata / merak biru
Satu hal yang paling menarik perhatian saya selama mengunjungi kebun binatang Pasar Atas adalah hewan-hewan di dalam terlihat sedih, kaya pengen nangis, minta keluar. Menurutku, tempatnya juga kurang terawat. Kandang hewan gersang (atau mungkin memang tipe seperti itu yang cocok, aku kurang tau). Semoga segera diperbaikilah. Sayang banget soalnya.

Oh iya, tiket masuk kawasan area kebun binatang adalah Rp. 10.000,-

RUMAH ADAT BAANJUANG






Di dalam komplek Kebun Binatang Pasar Atas terdapat (sejenis) museum juga. Didalamnya ada pakaian adat Minang, fosil hewan-hewan yang memiliki kelainan, macam kerbau kaki delapan, kamping muka dua, sapi kepala dua, kerbau kepala dua kaki enam, dll. Ada juga replika rumah adat Minang dan bagian-bagiannya, senjata tradisional, peralatan dapur zaman dulu hingga silsilah adat dan garis-garis keturunan. Ada juga uang koin kuno dari berbagai wilayah.

Meskipun berada di dalam kawasan kebun binatang, tapi masuk ke dalam rumah Baanjuang harus bayar Rp. 2.000,-. Ada dua orang Mba-mba cantik yang akan menantimu di pintu masuk. 

Ini sebagian hewan-hewan (terlahir tidk normal) yang sengaja diawetkan. Masih penasaran, bagaimana cara pengawetannya. Tetapi ndak ado yang biso  ditanyai :( Mba-mba cantik sibuk nonton film.















JEMBATAN LEMPAPEH

Setelah mengunjungi kebun binatang dan rumah Baanjuang, kami lanjut ke Jembatan Lempapeh. Jembatan ini menghubungkan kebun binatang dan benteng Fort de Kock. Menurut info-info di Google ukuran jembatan ini sekitar 90m x 3.8m. Ini juga yang saya sayangkan setelah mengunjungi beberapa tempat yang terkenal di Bukittinggi. Banyak info-info penting yang tidak dicantumkan.


Jembatan Lempapeh. Di gapura jembatan (bagian tengah) bersarang kelelawar (atau burung gereja?). Karena kami ke sana ketika hari masih terang, jadi tidak ada yang menampakkan diri. Yang ada adalah kepakan sayap di langit-langit dan juga   bekas poopy, hitam, kecil, imut, hahhaha
Jembatan Lempapeh. Itu sarang kelelawar yang saya bicarakan tadi.


Pemandangan sisi kiri dari atas Jembatan Lempapeh. Lihat jam Gadang di sebelah kiri? Di sebelah kanan yang atap oranye+merah itu adalah sejenis Klenteng dan juga untuk rumah duka.
Pemandangan sisi kanan dari atas Jembatan Lempapeh. Bangunan paling atas berlatar belakang pegunungan itu adalah kantor walikota Bukittinggi. Sayang, kami tidak sempat ke sana. 











BENTENG FORT DE KOCK

Setelah melewati jembatan, tibalah kami di Benteng Fort de Kock. Menurutku, letaknya memang strategis untuk dijadikan benteng. Di atas dataran tinggi dan dikelilingi banyak pohon. Eh tapi, tidak tau dulu sudah banyak pohon atau belum. Kalau banyak pohon kan musuh juga bisa mendekat tanpa terlihat ya. Apalagi kan pahlawan kita zaman dahulu adalah pahlawan bergerilya (ok, jangan bilang kalian percaya 100% cerita gerilya-gerilyaan yang ada di buku sejarah itu) ---

"Benteng Fort de Kock ini didirikan oleh Kapten Bauer tahun 1825 di atas bukit Jirek Negeri Bukittinggi sebagai kubu pertahanan Pemerintah Hindia Belanda menghadapi perlawanana rakyat dalam perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Ketika itu Baron Hendrick Markus de Kock menjadi komandan de Roepoen dan wakil gubernur jenderal Pemerintah Hindia Belanda. Dari sinilah nama lokasi ini menjadi Benteng Fort de Kock"


Di setiap sudut ada meriam. Saya lupa ada berapa banyak, mungkin sekitar 10 buah meriam.


MAKAN-MAKAN

Setelah mengunjungi Benteng Fort de Kock, kami kembali ke Baso. Mau istirahat dan mandi karena nanti malam waktunya makan-makan...
Perhentian pertama adalaahh...

Sate Madura -_-
Hahahhaa, pasti krik krik. Entahlah, makan sate Madura di Padang, Bika Ambon di Medan, biarkanlah. Nusantara. hahaa.
Tapi sate yang ini berbeda. Gurih!! Gak enek, Lihat sambel hijau itu? Warnanya seperti warna wasabi. Tadinya saya gak mau makan, ngeri pedes. Ternyata ing ong iing, tidak pedas :)



Teh Taluang
Yang membuat teh ini spesial adalah ada telor dalam setiap gelas teh taluang. Gurih, manis dan enaak. hahaha ;D
SERABI ENHAI! HUWAWAWA...
Jauh-jauh ke Bukittinggi makannya Serabi Enhai. Padahal di Margonda banyaak. hahhaa. Tapi gak apalah karena nampaknya Serabi Enhai yang ini tempat nongkrong yang ngehits bangeet, jadi bolehlaah dicoba.

20 Desember 2014

Hari kedua di Bukittinggi. Kemana kita hari ini? Iya!! Tentu saja! Ayoooo....

LEMBAH HARAU

Lembah Harau terletak di Payakumbuh. Untung Toni ada motor, kalau tidak agak rempong juga. Jalannya mulus, bagus tapi angkutan umum kurang. Jadi, kalau lain kali kamu mengunjungi Lembah Harau atau Bukittinggi sebaiknya rental mobil atau motor.






Hanya ditopang sebilah kayu. Melewati rute ini sukses membuat bulu kuduk merinding. Ngeri. 
Tiba di kawasan Harau, tempat pertama yang kami kunjungi adalah

ECO TOURISM HARAU RESORT

Menurut gambar di samping, seharusnya kami akan menjumpai kupu-kupu, berbagai jenis anggrek, ikan-ikan dan mungkin bebek-bekan untuk main air.

Aku dan Toni sudah semangat 45, soalnya Toni juga kebetulan belum pernah ke bagian yang ini. Jadi, dengan langkah pasti kami mendekat dan tidak lupa senyum masih membingkai wajah. Cuaca cerah semakin membuatku bersemangat.

Akan tetapi, jauh asap dari api. Bukan kupu-kupu yang kami temui tetapi beberapa kandang besar, karatan dan kosong. Oh iya, dan juga buaya besar dalam kandang. Rerumputan lebih tinggi dari tanaman anggrek. Jalanan lumutan. Rumput liar dimana-mana. Sama sekali tidak menarik.

Puas kecewa kami maju beberapa meter lagi menuju destinasi awal yaitu, air terjun Lembah Harau


Main air
Ternyata anak SMP dimana-mana di Jakarta sama dengan di Bukittinggi. Jadi, bocah-bocah itu yang nampaknya baru pulang sekolah, dengan pongahnya naik motor ugal-ugalan, dan merokok. Rasanya aku pengen kirim mereka ke kereta Bogor-Tanah Abang hari senin jam 7 pagi. Penasaran, masih berani nakal-nakalan gak ya

Airnya dingiinnnn. Coba ada Mpok, mau deh mandi-mandi dulu. Puas main air, kami beranjak ke tujuann berikutnya. Di tengah jalan mampir ke warung yang menjual berbagai jenis makanan berbahan dasar jagung, bakwan jagung, donat jagung sampai jus jagung tapi cover-nya anggur dkk. hahaa

KELOK SEMBILAN

Katanya, mengunjungi Bukittinggi kurang lengkap jika tidak ke kelok sembilan. Kataku, daripada penasaran, ayo kita coba. Jarak dari Lembah Harau ke Kelok Sembilan lumayan jauh. Tetapi jalannya bagus.
Bersiap untuk kelok pertama


Menikmati puncak Kelok Sembilan. Di akhir kelokan, pinggir jalan dipenuhi penjual jagung bakar, air, dll.

RUMAH KELAHIRAN BUNG HATTA

Rumah ini terletak di Jl. Soekarno Hatta no. 37 Bukittinggi. Bukan rumah asli, namun sudah dibangun kembali dan diresmikan tahun 1995. Rumah ini cukup besar. Terdiri dari dua lantai. Begitu masuk beranda, di kanan kiri ada dua kamar tidur: Kamar Bujangan dan Kamar Saleh St. Sinaro. Memasuki lantai satu, ada ruang tamu yang cukup besar, di sebelah kanan Kamar Mamak Saleh dan di sebelah kiri Kamar Mamak Idris. Melewati Ruang Makan dan sampilah ke bagian belakang rumah: ada Lumbung Padi, Kamar Bujangan, Dapur, Kamar Mandi, Ruang Perlengkapan Bendi, Ruang Bendi dan bangsal kuda.   Tangga menuju lantai dua, ada di belakang rumah. Di lantai dua ada Ruang Tamu, Kamar Pak Gaek dan Kamar Lahir Bung Hatta. Seluruh lantai rumah dilapisi tikar. Jadi, tidak boleh pakai alas kaki. Rumah dibuka untuk umum, gratis tapi diharapkan memberikan sumbangan seikhlasnya. "Biasanya pengunjung memebrikan minimal Rp. 15,000, tapi seikhlasnya saja"

Pasti kalian bertanya-tanya soal Mamak Idris, Pak Gaek, Bujangan, dll kain? Saya sengaja  menyimpannya agar kalian punya satu alasan untuk mengunjungi rumah ini :D


LOBANG JEPANG


133-135 anak tangga. Dulu, tangga ini bisa digunakan hanya sebagai jalan masuk. Jalan keluar ada di ujung Lobang tetapi karena katanya banyak yang nyasar, akhirnya jalan masuk dan keluar tinggal satu, yaitu melewati tangga-tangga ini.

Lobang terdiri dari banyak lobang-lobang lain dengan berbagai fungsi: ada ruang sidang, ruang amunisi, mini theater, museum saintifik, barak militer dan pintu pelarian. Akan tetapi sebagian besar lobang-lobang ini difungsikan sebagai ruang amunisi.

JANJANG SARIBU

Selamat Datang
Maafkan gambar goyang Kapten!







Puncak

Saya tidak sempat menghitung jumlah anak tangga. Sudah lelah duluan. Tangga tidak terlalu lebar, sehingga agak sulit kalau mendahului. Bahkan ketika berpapasan pun harus berhati-hati. Menurutku, ada yang kemiringannya mencapai 80derajat. Cukup berbahaya kalau sembrono.
Begitu tiba di atas, rasanya wuuuaaaahhhhh!!! lega dan bangga. Hahaha. Hampir sama kaya naik gunung, bahkan posisiku rasanya sudah sama tinggi dengan gunung merapi di hadapanku. Hahaha ;D 

MAKAN LAGII..


Itiak lado ijo. Bebek capai hijau. Rasanya? EEENNNNNAAAAKKKKK BAAAANNNGGGEEETTTT :P
Awalnya aku bingung, sudah ada cabai hijau setiggi gunung untuk apa lagi sambal? Hehe, ternyata cabai hijaunya tidak sepedas yang kubayangkan. Kami masuk dalam daftar pelanggan terakhir, jadinya rendang tinggal ekstraknya saja.
Aku sukaaaa. Jadi kangen, huhuu


DANGAU KAWA

Dangau Kawa, salah satu kedai yang selalu ramai pelanggan. Untung begitu kami sampai, ada meja yang baru ditinggal penghuninya. Asap rokok dimana-mana, ngakak sana sini, cincin batu akik memenuhi pandangan. Kebanyakan yang nongkrong malam itu adalah anak-anak usia SMP ke atas. Jangan salah, bukan hanya laki-laki, perempuan juga ikut nongkrong. Segerombol anak SMP bergabung di meja kami. Ah, malam minggu. 

Tiga minuman utama: kawa biasa, kawa susu dan kawa taluang. Pada dasarnya, kawa terbuat dari daun kopi yang dikeringkan lalu dijadikan  sebagai pengganti teh dan disajikan di batok kelapa atau batang bambu. Di setiap meja disiapkan gula. Kalau ingin kawa susu, harus pesan di awal dan harganya akan tambah. Anak-anak yang semeja dengan kami mempunyai ide brilian: mereka memesan kawa biasa dan (ini rahasia) satu sachet susu kental manis dikeluarkan dari kantong jaket. Begitu pelayan memalingkan muka, segera beraksi. Daripada membeli langsung dengan susu, harganya lebih mahal. Aku masih terpesona dengan teh taluang, jadi malam itu aku memuaskan diri dengan kawa taluang

Saking banyaknya pelanggan, teriak berkali-kali pun, pelayannya tetap sulit mendengar kita. Jadi, setiap meja dilengkapi kentongan. Lebih ampuh!



21 Desember 2014

Hari terakhir di Bukittinggi....
Ah, sudah hari terakhir saja. Cepat kali bah!! Udan di Tanah Minang, masih Batak kali pun! Hahaha
Masih ada waktu setengah hari. Pagi hari kami ibadah di gereja. Kemudian sarapan di nasi kapau terenak di Pasar Atas (terenak: padahal hanya mengunjungi satu kedai nasi kapau ;p)


Nasi Kapau Uni Lis. Semua kuning 

Setelah makan nasi kapau. Kuningnya benar-benar kuning.

Baiklaaahhh!!!

Hampir semua tempat di daftar saya berhasil dikunjungi. Bukittinggi sungguh sangat mempesona. Cantik dan menyenangkan. Terima kasih untuk orang-orang yang saya jumpai, yang membantu mengambil gambar, yang menjual makanan-makanan enak dan yang membuat perjalanan ini tidak terlupakan. Terima kasih untuk kawan-kawannya Toni: Ka Vita, Ka Hana, dll.


Naparpudi, mauliate godang tu ito na burju ala olo hurepoti na piga ari on, Toni. Mauliate rrraaaa. Sai anggiat ma lancar karejomu daa!

"Jika tua nanti kita, t'lah hidup masing-masing ingatlah hari ini" -Project POP-


Kamis, 13 November 2014

bocah-bocah ini laah ;p

Dear C,


One night, 1st week of July
Scene of Hugh Grant and Sarah Jessica Parker's kiss in 'Did You Hear about the Morgans' is my dream place to have my first k. Friday night, under the sky full of stars. Slowly, soft and deep first k. It will be the most wonderful kiss forever and ever. And I wanna have it from you. I am so in love. Sooooo in love. I love you and us.


One fine noon, 3rd week of July
"As soon as I saw you, I know an adventure was going to happen" Winnie the Pooh

August 1st
Have you ever love someone for no reason? Seriously, no reason. You just love him/her. Just love.

August 12th
On my home, in the train. I saw someone. He really looks like you. Hmm. Actually am not sure. He's wearing mask so definetely I can't see his face. But do you know which part of him that reminds me of you? His hair. His short mohawk hair. Remember i said something about your hair when we were in the train going somewhere? I said, "A mosquito might killed if it accidentally falls above your hair"

Yes, his hair style tonight is 100% same with yours at the time. I miss you. Is it have to be me who say 'hi' first? Am I the only one who miss us? You are busy. I get it. But don't you have just 1-2 minutes of your 24 hours just to say hi? You make me doubt. I am not really sure anymore. Stupid love. Silly me.

September 5th
No reason to stay is a good reason to leave, but love is one good reason to stay, right? Although sometimes even love eventually has to be ended.

Kamis, 24 Juli 2014

missing 'miss you'

Just like that. She can see that. It will be over. Done. Period.
Shit always happen. Like always.
Can she go back to yesterday?
where everything seems perfect.
What date is it today?
What day?
Why??
OK, look up!
Just don't let them out.
Flood will be every where.
Look up!

She just wanna talk.
To make sure, that every thing will be OK
One thing she does not realize, she can't make sure every thing.
Just can't

Something wrong with her back
but thousand butterflies still attacking every corner of her stomach
she wanna throw up

he'll not understand.
He's not a mind reader. He will not know, if she says nothing.
But words
they're gone when she really needs them
Words
they're acting as if tonight is a silent time
NOO!!!
Please come out, dance, sing,
help her.

No more "honey, are you home?"
"Miss you" is really missing


Senin, 02 Juni 2014

GUNUNG GEDE

Ada banyak cinta pertama di dunia ini. Berkali-kali aku mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya. Pengalaman menakjubkan yang ketika aku mengingatnya, senyum akan membingkai wajahku dan perasaanku akan berbunga-bunga, mensyukuri indahnya cinta pertama. Seseorang dari jaman SMP adalah cinta pertama yang benar-benar pertama buatku. Setelah itu, cinta-cinta pertama yang lain bermunculan dan kembali membuatku bernostalgia dengan cinta pertama.

Kali ini aku akan menceritakan cinta pertamaku yang paling baru. Gunung Gede. Bagi sebagian orang Gunung Gede bukanlah sesuatu yang baru. Masukkan "Gunung Gede" di google.com dan dalam 0.43 detik akan muncul lebih dari 1.200.000 hasil pencarian, artikel dan gambar, semua ada di sana. Mungkin saking banyaknya informasi, kamu akan merasa seolah-olah sudah pernah ke sana dan akan menganggap gunung Gede adalah dua kata yang biasa saja.

Bagiku, Gunung Gede melengkapi cinta-cinta pertamaku yang lain. My first M and  I do fall in love with Gunung Gede. Mungkin kelak aku akan mendaki banyak gunung tetapi gunung Gede tak akan terlupakan. Just like they said, "First love will never die".

***

Kamis (29.5.2014) aku dan kawan-kawan dari komunitas Backstrip ( Mas Adi, Bang Juki, Andry, Mpok Mirna, Bang Pandu, Dina, Bang Ucup, Ridi) dan dua orang dari luar komunitas (Nikki dan Baskoro) berhasil mendaki puncak Gunung Gede. Gunung Gede masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Gunung setinggi 2958 mdpl ini memiliki tiga akses pendakian utama; Gunung Putri, Cibodas dan Selabintana. Dari beberapa artikel online yang kubaca Selabintana adalah jalur pendakian yang paling sulit.

Pukul 01.30 dini hari kami naik melalui Gunung Putri. Bang Nikki di depan, lalu bang Ucup, Dina, Baskoro, Rindang, Ridy, Bang Pandu, Mpok, Andry, Bang Juki dan Mas Adi. Begitu lewat pos, jalannya sudah langsung menanjak. Kanan kiri ditanami sayur mayur, belum ada pohon-pohon besar. Berarti kami masih belum masuk kawasan hutan tapi bukan berarti jalurnya landai. Sebelum masuk hutan pun kami sudah berhenti berkali-kali. Pos satunya jauh banget bo! Kami sempat bertemu dengan satu rombongan yang memilih untuk turun dan berkemah daripada lanjut jalan karena mereka gak nemu pos 1 dimana.

Memasuki kawasan hutan suasana mulai berubah. Sejauh mata memandang yang tampak adalah pohon-pohon tinggi berbagai ukuran. Pertanda kami masih sangat jauh dari Suryakencana yang terkenal itu. Soalnya semakin mendekati puncak, pohon-pohonnya akan semakin pendek. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya sampai juga. Sampai di gapura TNGGP. Tidak jauh dari situ ada bangunan, yang mungkin adalah pos 1. Break lagi, makan, minum dan melemaskan kaki. Thanks to Bang Ucup yang udah bawa salah satu makanan terenak di dunia, telur!

Sebenarnya aku masih bingung, yang dimaksud dengan POS itu yang mana. Tadinya ya, aku kirain tiap pos itu ada yang jaga. Semacam 'Kalo gak kuat lambaikan tangan ke kamera' atau semacam abang-abang yang suka nawarin villa di puncak, pake pompom dan teriak 'Dek, semangat ya dek, mana suaranya?' Ternyata enggak loh. Gak ada orang sama sekali. Pos itu hanya bangunan dari beton ada yang bentuknya seperti rumah, ada juga yang semacam tempat duduk dan meja. Pas naik, hanya kedua ini 'pos' yang bisa kuingat. Pas udah jalan 3 jam an aku baru sadar telah menjadi korban PHP dari siapa pun yang sudah mengubah konsep 'pos' menjadi beda dari yang kupikir sebelumnya. Salah satu tersangkanya adalah Mas Adi. Itu bukan pos mas. 

Sejam, dua jam, tiga jam, WOW!! Lelah juga yaaa, hahaha ngeeeng. Jalurnya naik terus, saking naiknya yang landai disebut bonus. Jalurnya berbatu, pengelola sengaja membuat begitu biar jalurnya jelas, jadi bisa mempersempit kemungkinan salah jalan. Belokan, tanjakan, tangga-tangga. Kanan-kiri suka ada pohon tumbang, jadi bisa duduk di situ. Di tengah jalur juga banyak pohon-pohon berukuran kecil, bisa untuk pegangan. Sekitar pukul 4 atau 5  (waktu sholat subuh lah) kami memutuskan untuk rehat agak lama. Yang mau sholat, ya sholat. Yang mau tidur (YES) karena udah gak ada kerjaan ya tidur, mau gimana lagi kan. Bang Juki yang penuh dengan inisiatif (bagus bang, pertahankan!) segera menggelar sleeping bagnya. Aku nebeng dikitlah.

Pukul 6 Mas adi udah berkokok, "Bangunin semua pasukan". Satu per satu pitik-pitik (bang Pandu dan Ridi juga dihitung cilik? Bisa, bisa. Kalo dibandingin sama godzila) mulai menggeliat. Habis itu meringkuk. Merem, melek, merem, melek, ganti posisi, merem, lalu melek beneran. Zzzzz. Dingggiiin banget!! Apalagi punggung karena langsung ke tanah, brrrrr.  Kalo kata Agnes Monica, dingin menusuk jantungkuuu, kataku dingin menggaruk punggungku. Tapi nih ya, aku jadi dapat ide. Lain kali kalo ada orang yang dingin, lupakan ungkapan "dingin banget lo kaya es aja". Lupakan guys! Itu sudah mainstream. Ganti dengan "Dingin banget sih lo kaya tanah gunung aja" hahaaa, agak krik-krik gimana gitu tapi OKE kok, serius. Btw, Thanks to air hangatnya Andry, yang dengan sukses mengingatkan gue pada salah satu hal yang agak konyol. Jadi, aku bawa termos tapi gak bawa isinya -_-

***

Hari sudah siang
matahari bersinar terang
burung berkicaulah senang
harum semerbak bunga di padang
mari kembali menaiki gunung dengan riang.











Bahagia banget ya

Hold me and never let go because by holding my hand i know i will always be safe.


Special untuk swiper  (nulisnya gimana dah) kita.


WOW!!!
SURYAKENCANA












It was wonderful, amazing, fabulous, etc etc. Rasa senangnya melebihi riang dapat tanda tangan penulis buku favorit. Loncat-loncat, lari-lari, berteriak, ketawa-ketiwi, cipika-cipiki #eh pokoknya gitulah. Rasanya senaaaaaaanggg banget. Seharian itu bawaannya senyum-senyum terus (see? one of thousand first love symptoms right? :D) Matahari teriiiikkk seterik-teriknya tapi cuek aja, kan ada ve**le (#plak!) 

Begitu sampai Surken kaki yang pegal dan lelah, keringat bercucuran, baju yang dari kering, basah, kering lalu basah lagi, muka udah mulai kusam (untung di situ gak ada Keith Urban, kalo ada mati gaya banget ^-^), cacing-cacing yang lagi konser, semuanyaaaaa terlupakan ....... sejenak. Pengennya angkat tangan, angkat kaki, merasakan tiupan angin yang sejuk banget. Nah, ini nih yang bikin makin seru. Matahari memang panas banget tapi tiupan anginnya juga oke, jadi panas nya gak terlalu kerasa. Mau lepas jaket dingin, gak lepas panas. Panas dingin sejuk-sejuk.

Suryakencana terkenal dengan bunga edelweiss nya. Sayang banget, pas kemarin ke situ Edelweissnya belum mekar, tetapi tidak mengurangi keindahannya kok. Cantik, indah, tenang. I just couldn't stop smiling. It was so peaceful, so perfect. Like i wanted to stay there a little bit longer, to feel the air, to smell the wind, to hear the spoken trees and to capture the landscape, the view, the memories. Even now, four days after, I still can't move on. The famous Suryakencana, you stole my heart. I don't mind sleeping on the ground, under the sun. Because after all it was so worth it.

sleeppyhead
not for sale.
for sale

seriously??




***


lost in Suryakencana

Mpok was having her time


PUNCAK GEDE 2958 mdpl

No comment, you have to feel it by yourself.


12.30 wib
Kami menyeberangi Suryakencana. Saatnya menyapa puncak Gede. Aaah, masih pengen leyeh-leyeh di Suryakencana. Akses ke Puncak sebenarnya tidak memerlukan waktu lama, normalnya 30 menit, namun karena kami banyak rehat jadi kesannya lama. Kami berpapasan dengan seorang Bapak berusia 50an dan tiga orang berusia belasan. Wajah mereka tidak terlihat lelah loh. Santai banget. Aku mau sekuat Bapak itu ketika usiaku sudah menginjak senja. Aku mau tetap berjalan dan berlari. Aku mau hidup yang benar-benar hidup.

Semakin mendekati puncak, bau belerang semakin tajam. Aku semakin bersemangat. Tidak sabar ingin mencapai puncak. Tidak sabar ingin mengintip kawah. Dan klimaksnya adalah ketika mendengar teriakan Mpok, "Yeay, puncak!!" Aku lari. Aku penasaran seperti apa rasanya berdiri di puncak gunung. Bagaimana sensasi ketika aku tidak perlu mendongakkan kepala untuk melihat gunung di depankku. Bagaimana rasanya berdiri di tempat setinggi 2958 m di atas permukaan laut.

Ridi was on meditation mode. Feel it ridi, feel. 



I made it on the top!! yeay!!

Di puncak semua lelah tuntas terbayar. Thanks to Jabbar dan Ka Eby sudah mau menemani latihan lari di UI dan GBK. Terima kasih untuk Backstrip. Kalian mengisi satu halaman buku hidupku. Aku mau kalian muncul di halaman-halaman berikutnya. I'm getting comfortable with all of you #menye-menye.

***

Kurang lebih sejam kami habiskan di puncak. Pukul 14.30 kami turun lewat jalur Cibodas. Pertamanya sih masih asik. Banyak pohon. Aku bisa bergantung dan bergelayutan. Serasa lagi parkour ya. Awalnya turun terasa lebih mudah daripada naik. Sampai kami bertemu dengan tanjakan setan. Kami harus menuruni tebing dengan kemiringan 70-80 derajat. Di situ memang disediakan tali, tapi lebih ke tali darurat. Ngelihat aja udah deg-degan. Kuat gak nih tali menyangga lemak-lemak gue. Itu seram banget sih. Satu per satu kami menuruni tebing. Diawali oleh Bang Ucup, lalu Mpok Mirna, Baskoro, aku, Ridi, Bang Nando, Dina, Andri, Mas Adi, Bang Pandu dan terakhir Bang Juki. Di bawah sudah banyak orang menunggu giliran menaiki tebing.
take a break. Break a leg

Bang Pandu berjuang di tanjakan setan

Hari mulai gelap. Tujuan berikutnya adalah Tanjung Badak. Tanjung Badak itu adalah area perkemahan (sebelumnya ku percaya-percaya aja loh, pas Mpok bilang di situ beneran ada badak). Kurang dari sejam kami sampai di Kampung Badak. Kesan pertama: kesal. Area Kampung Badak ini jorok banget. Persis di depan kami duduk, ada nasi sisa yang ditinggal begitu saja. Sampah-sampah berserakan, Cowo-cowo bercelana kolor jalan ke sana ke mari sambil merokok, situ OK?? Enggak bang!! Aku bingung aja sih, pendaki gunung kok gitu.

Hari semakin gelap. Kami segera bergerak. Kami melewati curug, dari suaranya sih sepertinya curug ini cukup tinggi. Tapi aku tidak melihat jelas sih, soalnya udah gelap juga. Tadinya kalo lewat sini masih agak terang, kita mau mandi bentar. Curug terlewati, berikutnya adalah air panas. Di bagian tepi airnya masih hangat, masih enaklah tapi makin ke tengah airnya semakin panas. Di sini harus super hati-hati. Soalnya di sebelah kiri itu jurang dan hanya dibatasi oleh sebuah tali sebagai pegangan. Batu-batu nya berlumut dan licin  udah gitu treknya cukup panjang. Di sini nih awal mula kakiku gemetaran. Cahaya headlamp hanya mampu menembus beberapa cm saja karena tertutup uap air panas. Batu-batunya ada yang goyang-goyang juga. Aku bahkan harus menundukkan kepala untuk memeriksa batu ini cukup besar tidak, sebagai pijakan aman atau tidak. Dina pegangan sama Bang Pandu. Aku pegangan sama Andry. Mpok mandiri.

Setelah air panas, jalurnya didominasi jalanan berbatu. Di sisi jalan kadang ada batu besar. Jalurnya belokan menurun. Yang bikin seram, belokannya itu hampir sama satu sama lain. Aku sempat mikir, kami bergerak gak sih? Kok gak sampai-sampai ya. Kok belokannya ini lagi, ini lagi? Aku mulai memperhatikan detail tiap belokan. Hanya untuk meyakinkan diri sendiri kalau kami memang bergerak.

Kaki makin sakit, lutut makin gemetaran, telapak kaki rasanya sudah gak kuat menyangga badan. Haus, tapi aku sengaja minum dikit-dikit biar gak pengen pipis. Tapi nih ya, ada aja emang yang konyol. ini agak jorok, boleh diskip. Jadi, tiap pagi aku kan rutin pup. Nah, pas hari rabu aku lupa. Di kantor juga gak kepikiran mau pup dulu. Kerasa banget itu pas turun dari Gede. Udah di ujung tanduk. Rasanya tuh, udah panas dingin. haha. Aku sampai ngantongin dua batu. Gak ngefek sih, tapi sebagai sugesti cukuplah.

Hampir 2 jam kami tidak berpapasan dengan pendaki lain. Rasanya tuh ya lamaaaaaaaaaa banget. Persediaan air menipis, cacing demo gila-gilaan dan mood juga sudah kacau balau. Jalan makin sempoyongan. Kaki main injak aja, gak tau nginjak apaan. Thanks to Andry, Mpok dan Bang Ucup sudah mau pegangin tangankuuu jadi aku tidak tersesat hahah. Soalnya gini, aku tuh di jalan datar aja bisa miring-miring jalannya, apalagi yang jalanan kacau begini. 

Suasana semakin mencekam. Gak ada yang banyak omong. Takut sih takut. Sampai-sampai sempat ngebayangin hantu-hantu di film hijrah ke jalur kami waktu itu, mulai dari hantunya Conjuring sampai Mama. Untung gak kepikiran hantu lokal. Soalnya yang hantu hollywood itu lebih gampang dialihkan daripada hantu lokal. Misalkan ada emak-emak Conjuring lagi nangkring di pohon gitu kan, aku langsung mikirin Keith Urban dengan sayap malaikat, bersinar terang, menarik panah cinta lalu mengarahkan ke diriku #plak!

Intinya gitulah, ketika kepikiran ke hal yang negatif, aku langsung alihkan ke hal-hal yang positif dan menyenangkan. Sempat mikir negatif, gimana kalo kami gak bisa pulang (amit-amit tepok jidat teok kayu) besok gak bisa kerja dong. Duileehh, mikirnya kerja :P, gimana kalu besok di tv lokal ada berita 11 0rang pendaki hilang di gunung Gede. Terus Uma dengar, lalu aaahhhh, kapan ya Westlife bikin konser reunian. Lalu aahhh pengen punya pacar. Lalu aaahh makan klapetart sekarang enak nih. Pokoknya pikirin apa pun deh, gak masalah kalo random selama bukan yang negatif dan malah bikin makin drop.

Cukup seramlah. Kata teman-teman yang lain memang banyak yang mengikuti sih. Tapi berhubung aku gak bisa lihat yang begituan, jadi gak terlalu panik. Beruntung suasana mencekam kayak gitu dilewati bareng orang-orang yang menyenangkan. Gak ada yang ngeluh berlebihan. Tapi beberapa mulai sensitif sih, macam Kaka Dina. Tiap kali rehat langsung sigap nyuruh matiin senter. Adalagi nih ya, jadi katanya di jalur Cibodas ini ada yang namanya Telaga Biru. Gak tau ini memang beneran biru atau gimana karena pas kita sudah sampai bawah pun gak nemu yang namanya telaga-telagaan. Nah, pas lagi rehat spontan aku nanya, "Eh, Telaga Birunya mana?" Dan Bang Pandu sama Dina kompak nyuruh jangan ngomongin itu. Aku langsung diam. OK.

Penderitaan pun berakhir ketika kami mulai menapaki Jembatan Kayu yang tidak terbuat dari kayu. Katanya kalau sudah ketemu jembatan, berarti jarak ke pos terakhir sudah dekat. Dekat? Hah?? Dekat?? Dekat gundulmu! Apanya yang dekat? Pelajaran nih ya, kalau kalian ke gunung terus nanya oranglah kan ya, "Pak, Mas, masih jauh gak dari sini ke  pos paling akhir?" Pasti dijawab, tidak, sudah dekat kok. Paling setengah jam lagi, paling 45 menit lagi dan blablabla. Kukasih tau ya, mereka semua PHP!!! Hahaha (semangat banget ngetik tanda serunya, macam korban PHP aja). Mungkin mereka menghindari kalo dijawab jauh, kita malah ngedrop. Tapi lebih baik jujur sih. Gak enak diPHP-in. Serius. hhaaha..

Nah, jembatan kayu ini juga termasuk salah satu jembatan paling PHP dari sekian banyak jembatan yang pernah kulewati. Namanya saja yang jembatan, tapi panjangnya udah kaya jalan tol. Jembatan ini dulu memang terbuat dari kayu. Tetapi pas kemarin lewat, sepertinya sudah direnovasi. Kayunya diganti jadi semacam beton yang dibentuk seperti balok-balok kayu. Pemasangannya mirip seperti pola rakit bambu. Antar kayu ada celahnya. Aku sempat melihat ke bawah, gelap banget. Iiih. Seram deh. Untungnya pas di jembatan ini kami bertemu dengan abang-abang g40L lagi kongkow-kongkow.

Aku sempat baca di blog siapa gitu ya, katanya jembatan ini sering disebut jembatan cinta. Kalau ada pasangan berjalan melewati jembatan sambil bergandengan tangan maka mereka akan menjadi pasangan sejati. Percaya aja begituan, tapi gak apalah untuk seru-seruan.

Dari jembatan Cinta kami masih harus berjalan kira-kira sejam lebih. Adzan sholat mulai kedengaran diikuti dengan suara merdu Mamah Dedeh lagi ceramah. Semakin semangat. Aku gak sabar banget. Dan akhirnya, setelah berjalan 7-8 jam kami benar-benar sampai di pos yang sebenarnya, warung makan. Hahaa, aku langsung cari toilet, untuk melepaskan hasrat yang terpendam (baca:pup). Habis itu, baru deh menjinakkan cacing-cacing dengan seporsi indomie soto. 

Bangga banget. Bangga Gunung Gede ada di Indonesia dan bangga sama diriku sendiri. Gak nyangka aja bisa mendaki gunung. Kurang dari 24 jam mampu naik dan turun gunung sejauh lebih dari 17 km. Rasanya puas dan lega. Gak sabar mau lihat gunung-gunung yang lain.

Proud

***

ADV.

So, this boy asked me to put his photos and to promote him. hahaa. So, I said I  would also put his number. That's what i'm gonna do. 
Good looking, huh? Great personality also. So, what are you waiting for? 

Make a call at 0889-1454-***
It will be so easy if I just tell you all the numbers but i won't do that. So, take your time. look very carefully, if you dare to know more about him, leave a comment.

 


 




 



 # all photos were taken by handphone and sent to me via whatsapp. No edited. Just plain pictures.