Jumat, 01 November 2013

again, in love?

OK.

NO, MUST BE NO.

*exhale, inhale, exhale, inhale.

OK.

what was that?
what did you do, young lady?

It's a NO. big NO.

*exhale, inhale, exhale, slowly...

it's just temporary 
just wait until this november ends
and then see, is that 'f' still there or already fade away?

Now, go back to the ms. word.

Kann ich jetzt  nach Bali fliegen?

oh, stop it! it's a clue. 

yeah, a clue so in the future I can figure out what is this about. 

*caused by 'kepo' I spent minutes on this.

Sabtu, 12 Oktober 2013

don't let your 'later' become 'never

someone said,  


"don't let your 'later' becomes your 'never'" 

I say,
OK
*click publish, sign out, close. Open documents, start writing*

bayi dan ibunya

Sudah dua bulan ini ada dua anggota baru dalam keluarga kami. Seorang ibu dan bayinya. Si bayi baru lahir dua hari sebelumnya. Bayi lahir tanpa ayah. Tanpa kakek dan nenek. Ia datang ke dunia disambut oleh orang-orang asing. Bahkan ibunya baru berkenalan dengan kami hanya beberapa jam sebelum dia lahir. Beberapa orang mungkin belum ingin ia datang secepat ini, tapi bayi, kau harus tahu, kami menyayangimu.
###
Ibunya memiliki kisah yang sangat memilukan. Ia dikembalikan mantan suami (sebenarnya aku tidak yakin mereka sudah resmi bercerai atau belum) ke rumah orang tuanya setelah 6 bulan pernikahan. Ia tidak menginginkan. pernikahan ini tapi orang tuanya meminta ia menikah dengan pria itu karena pada awalnya pria ini terlihat baik dan meyakinkan. Alasan ia dikembalikan adalah anak. Selama 6 bulan pernikahan tidak ada tanda kehamilan. Sang mantan kecewa padanya. Di kampung mereka konsultasi tentang hal ini dianggap tabu dan tidak sopan sehingga tidak jelas siapa di antara mereka yang menjadi penyebabnya. Pria tidak mau bersabar. Perempuan ini dikembalikan karena tidak bisa 'membuat' anak.

Kemudian perempuan ini merantau ke Jakarta karena ia terlalu malu untuk tetap tinggal di kampung. Jakarta. Di sinilah penderitaannya yang lain muncul. Ia bekerja di sebuah pabrik. Lalu menjalin kasih dengan seorang pria. Aku kagim karena ia bisa menjalin hubungan yang baru. Orang tua lelaki ini tidak menyetujui hubungan mereka. Tetapi seperti kata orang, itulah cinta. Ia menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua lelaki dan saudara-saudara si perempuan. Adik lelaki perempuan ini berusaha menyelidiki si pria dan diketahuilah bahwa pria yang sedang berpacaran dengan kakaknya adalah playboy dan bukan seseorang yang baik.
Cinta. Alasannya ya ini, cinta. Bukannya berpisah atau memikir ulang tentang hubungan mereka, perempuan ini malah tinggal seatap dengan lelakinya. Terjadilah sesuatu yang tidak mereka harapkan. Wanita ini mengandung. Artinya, anak. Ada calon anak dalam rahimnya.
Dahulu ketidakhadiran anak membuatnya menderita. Sekarang kehadiran anak juga menggoreskan luka baru dalam hidupnya. Ayah calon bayi lari. Ia belum siap dengan kehadiran seorang anak. Perempuan ini juga tidak siap, tetapi ia tidak lari. Ia menanggung semua sendiri. Pria yang tidak bertanggung jawab hilang entah kemana.
Malu, sakit, kecewa dan marah ditanggungnya. Sisi positifnya, sekarang dia tahu kalau dia dan sel telurnya baik-baik saja. Apa pun yang terjadi di masa lalu bukanlah salahnya. Waktu dan mantannya. Mereka yang (harus) dipersalahkan.
###
Si bayi lahir di tempat yang belum pernah didatangi ibunya. Dikelilingi orang yang belum pernah ditemui ibunya. Bayi ini dilahirkan tepat waktu. Terlambat sedikit saja mungkin ia dan ibunya tidak bisa diselamatkan. Air ketuban sudah pecah jauh sebelum mereka tiba di rumah kami Ketuban sudah mengering. Ibunya tidak berani menyampaikan ke orang di sekelilingnya karena, malu dan rasa bersalah setinggi gunung. Operasi jalan satu-satunya. Syukur kepada Sang Pemberi Kehidupan, mereka berdua bisa tetap hidup. Bayi lahir ke dunia.

Sekarang mereka tinggal di kamar sebelah. Semalam aku mendengar si bayi menangis. Hatiku sakit.

###
Bayi ini menakjubkan. Kini aku tahu kenapa banyak orang ingin mempunyai bayi. Di sisi lain, aku juga takut. Kecewa. Marah. Inilah yang terjadi kalau tidak ada persiapan. Bayi harus minum susu formula karena berat badannya kurang dan si ibu belum bisa menghasilkan ASI. Tidak ada suami yang mendukung dan menemani. Tidak ada orang tua yang menceritakan pengalaman mereka tentang dunia bayi. Sepi.

Hey bayi! Cepatlah besar!

Kawan

Sejak awal aku memang sudah menaruh curiga. Ada apa dengan kawan yang satu ini? 
Dulu sepertinya kami tidak terlalu dekat. Mungkin karena jarak yang berjauhan. Kadang dekat, tapi lebih sering jauh. Dia memang tau ceritaku dengan seseorang yang notabene adalah temannya. Tapi, hanya itu. Aku pernah cerita tentang dia. Sebelum dan setelah kami pacaran. Setelah itu, tidak ada lagi. (Aku menyimpulkan ini karena pertanyaan jebakan yang dia berikan)

Beberapa bulan terakhir dia mulai muncul. Mulai dari sekedar like dan comment status di facebook hingga saling mengirim sms. Aku sudah lama tidak pacaran. Yang terakhir adalah dengan temannya, sekitar 2 tahun lalu. Jadi, ketika kegiatan saling komen dan kirim sms terjadi, ada rasa penasaran. Hanya penasaran. Kenapa begini dan kemana arahnya.

Aku senang ngobrol dengannya. Aku ingat, beberapa hari yang lalu senyum-senyum sendiri di kereta yang penuh orang ketika membaca sms darinya. Dan aku mulai merasa ini agak salah. Aku dan dia memanggil satu sama lain sebagai 'sahabat'. Tapi, aku tau, kalau ini terus berlanjut aku akan menangkap dan melemparkan sinyal yang salah. Bagitu juga sebaliknya. Siapa tau, kalau ini terus berlanjut aku akan minta lebih dari sahabat. Siapa tau?? Aku harus memperjelas semuanya. Jadi, itu yang kulakukan.

Kutanyakan tentang hal-hal yang seharusnya segera kutanya ketika dia melontarkan itu. Dan jawabannya, yaa, dia menangkap sinyal yang salah. Aku mengerti itu. 

Dia putus dari pacarnya sekitar 4 bulan lalu. Dan di bulan itulah, pesan-pesan (yang isinya membuatku salah paham) dimulai. Jadi, menurutku dia hanya agak bingung dengan keadaanya pasca putus. Masalahnya, aku tidak mengetahui itu sejak awal. Seharusnya, aku segera ingat bahwa kami memang tidak pernah sedekat isi dalam pesan-pesan itu. Tidak pacaran dalam jangka waktu yang cukup lama mungkin mempengaruhiku.

Syukurlah, hari ini aku menyadari sesuatu. Ada skripsi yang harus kuselesaikan. Untuk itu, aku harus segera mennyelesaikan 'rasa-ras penasaran' ini. Aku teringat lagi pada seorang teman dan pacarnya yang putus karena skripsi. Ketika dia cerita, aku bilang tidak mungkin hanya karena skripsi. Hahah. Mungkin saja sih. Aku hanya masih bingung untuk menjelaskan teoriku tentang yang satu ini.

Jadi, begitulaahh. Beberapa hal memang harus segera diperjelas sebelum berjalan semakin jauh. Okelah, dia memang tidak bermaksud ada sesuatu yang 'lain'. Oke. Anggap saja aku. Aku yang salah menginterpretasi pesan-pesan itu dan akhirnya memberikan respon yang juga salah. Lagi-lagi, komunikasi tertulis memang dapat menimbulkan beragam interpretasi. Tergantung pada siapa yang membaca tulisan itu. Pernah ada masalah karena itu di grup jurusanku. Akibatnya lumayan fatal. Dua orang keluar dari grup di Whatsapp. Aku tidak mau seperti itu.

Sekarang H-49 HARI. Aku harus benar-benar fokus dengan skripsi ini. Skripsi adalah keputusanku. Aku harus benar-benar serius dengan ini. 

nb: minta dia membaca ini tgl 30 november 2013.

*typing message: "baca link ini deh". Message will be sent on Nov 30th.

Selasa, 08 Oktober 2013

Ulang Tahun

Oke, ini keempat kali mengetik hal yang sama.
"Selalu degdegan kalo ulang tahun. hahaha, selamat ulang tahun diriku ~~~"

Baiklah, akan saya analisis.
Kalimat di atas diawali dengan sebuah pengumuman tidak langsung, yakni gue sedang ulang tahun. Sebagian orang mungkin akan membaca itu dengan, "Idih, ulang tahun saja diumumin", "terus? gue harus bilang wow gitu" dll. Atau mungkin ada juga yang tulus mengucapkan selamat lalu mendoakan. Terima kasih untuk mereka.

Itu memang yang saya rasakan setiap kali ulang tahun. Degdegan. Gabungan dari berbagai rasa deh. Senang banget karena wow, sudah 22 tahun loh! tidak terasa. Benar yang mereka katakan, Time flies.. Kalimat ini muncul lagi , "rasanya baru kemarin gue ....., sekarang sudah di sini dan begini." Penasaran. Besok ada apa ya? Nanti ada apa ya? Pokoknya, WOW!

Kalimat berikutnya adalah, ucapan selamat yang ditujukan pada diri sendiri. Saya mencoba untuk menghargai diri sendiri. Sudah lama, gue melihat gue sebagai gue dan gue yang satu lagi. Kami berdua bekerja sama. Dua sisi dalam gue. positif dan negatif. baik dan jahat. Kadang mereka bertukar posisi, dll. Intinya, menghargai diri sendiri. Kalau gue bisa mengucapkan selamat ulang tahun pada orang lain, kenapa tidak pada diri sendiri?

Ini nih, masalah gue. Kadang terlalu memikirkan apa yang mungkin orang lain pikirkan. Padahal, belum tentu orang lain itu mikirin kan. I worry too much for some useless things. Gue nulis ini oun, mungkin berawal dari, setelah gue nulis kalimat itu, orang lain akan memikirkan sesuatu. Nah, gue tulis saja ini sebagai bentuk pembelaan diri. Sebelum oran nge-judge. Padahal, mungkin saja itu sebenarnya gue sendiri. Gue menghakimi diri sendiri dengan mengatasnamakan orang lain, karena gue pun tidak tau apa isi pikiran orang lain. 

Jadi, mulai hari ini, saya akan belajar untuk tidak menghakimi diri sendiri dan orang lain. Melakukan apa yang dirasa benar, tanpa menjadi egois dan angkuh. Memperhatikan diri sendiri. Belajar dan belajar.

Jadi, selamat ulang tahun diriku ~~~ yuhuuuuuyyy,

Sabtu, 31 Agustus 2013

Mata Indah Bola Pimpong

Aku dan dia adalah sepasang sahabat. Bukan, bukan sahabat. Kami kawan. Menurutku, kawan itu lebih dari sekedar teman tapi belum sampai ke tahap sahabat. Kawan itu penuh petualangan dan manis. Tetapi, dia menganggapku sahabat. Aku menganggukan kepala dan senyum manis membingkai wajahku ketika dia memanggilku sahabat. Rasanya melayang di antara gumpalan awan selembut kapas, namun kakiku tetap berpijak di atas hamparan rumput gajah yang semakin menghijau di awal musim penghujan.

Pertemuan pertama kami selalu kusimpan rapat di dalam kepala dan hatiku. Jumpa pertama di sekolahnya. Sebuah sekolah dasar yang letaknya persis di samping gereja. Sekolah yang akhirnya menjadi sekolahku juga karena kuputuskan pindah ke situ satu tahun sebelum lulus pendidikan dasar. Bukan karena dia. Tentu saja bukan, melainkan karena kepongahan orang dewasa yang membuat si bocah cilik harus memutuskan jalannya sendiri. Ah, untuk apa membicarakan orang dewasa?

&&&

Kala itu aku dan dia mengikuti sebuah lomba cerdas cermat. Jangan salah, itu merupakan lomba paling bergengsi tingkat sekolah dasar di daerah kami. Bayangkan, pemenangnya bisa mengikuti lomba ke tingkat kabupaten dan mendapat hadiah empat buku dan dua pulpen yang diberikan langsung oleh Pak Camat!! Bisakah kau rasakan desiran darahku ketika kuceritakan hadiah yang menggoda itu?

Aku dan tiga teman, perwakilan dari sekolah kami, menggila. Dari sepuluh sekolah yang bertarung di tingkat kecamatan, hanya satu sekolah yang lolos ke tahap selanjtnya, yaitu seleksi tingkat kabupaten. Dan pemenang itu adalah kami. Kami berempat berhasil mengalahkan sekolah-sekolah lain. Termasuk dia dan sekolahnya. Kukalahkan kau. Egoku memuncak membayangkan dia  dan teman-temannya kalah dari kami. Mereka sekolah di kecamatan, padahal kami dari desa. Rasakan, ucapku dalam hati. Kau harus berhati-hati. Kau akan melihatku karena aku sudah melihatmu lebih dulu.

&&&

Aku memperhatikan dia. Caranya berlari, menggiring bola, mencetak gol dan merayakan setiap gol yang berhasil dia ciptakan. Wajahnya, masih sama. Senyumnya juga. Kutenggelamkan diri dalam rangkaian huruf, membentuk deretan kata dan rangkaian baris. Cantik. Setiap baris yang kubaca menciptakan rasa yang berbeda. Aku belum mengerti tapi rasa itu, menenangkan. Sesekali kulayangkan pandang, kusapu seluruh lapangan dengan harapan akan menemukan sosok yang kucari.

Sial!! Sesuatu menimpa kepalaku. Bentuknya seperti, bola!! Segera kuambil dan bersiap untuk memuntahkan sumpah serapah pada orang-orang yang tidak becus menjaga bolanya. Kubalikkan badanku dan kulihat dia berlari ke arahku. Seketika caci maki tidak berani berloncatan dari mulutku. Bibirku mengatup terkunci rapat. Dia semakin mendekat dan berdiri di depanku. Matanya menatap mataku. Dia tersenyum, meminta bolanya kembali, mengucap maaf dan memintaku melakukan sesuatu agar kuberikan maafku. Apa? Setengah sadar kuayunkan tangan kanan dan mendarat di kepalanya. Sebuah jitakan yang cepat dan tepat. Dia mengaduh. Aku tahu, dia berpura-pura. Sebelum berlalu dia tanyakan, apakah aku akan sekolah di sini dan apakah aku dulu pernah ikut lomba cerdas cermat mewakili sekolah Y? Iya. Singkat dan padat. Dia ingat.

&&&

Aku dan hidupku sangat istimewa. Kubiarkan takdir membawa kami ke tempat-tempat baru. Kulakukan yang terbaik di setiap persinggahan. Kesempatan yang lewat segera kuambil. Hasil akhir, biarkan Yang Maha Esa yang mengaturnya untukku.
Satu setengah tahun di tingkat menengah, itu berarti dua tahun sudah aku dan dia berkawan. Ada beberapa gadis yang menaruh hati padanya. Aku tidak pernah ingin tahu bagaimana kelanjutannya. Sesekali kubiarkan dia dan dunianya.

Waktunya pun tiba. Itu dia. Aku harus segera berkemas. Keretaku sudah menunggu. Sirine kereta meraung-raung memaksaku segera ucapkan selamat tinggal. Iya, baiklah. Kulakukan dengan cepat. Lambaian tangan dan doa. Dalam dan berarti. Tidak ada yang berbeda. Kuperlakukan dia sama seperti yang lain. Hanya saja, dia kawan, sementara yang lain teman.Selamat tinggal kawan! Kelak kita akan berjumpa kembali atau mungkin saling melupakan.Bukan hanya kau yang kutinggalkan. Ayah, Ibu, keempat saudaraku dan kampungku juga kutinggal. Banyak yang ingin kumengerti karena dunia tidak terbatas pada hamparan hutan lebat di kampung kita atau aliran sungai di belakang rumah kami.

&&&

Seminggu yang lalu. Ketika aku sibuk dengan makalah semester pendek. Malam semakin larut, menjelang tengah malah. Meskipun suara kendaraan masih sambung menyambung di ujung jalan, tetap saja. Malam adalah malam. Kurayu mata dan badan agar tetap terjaga. Selesaikan apa yang harus kita selesaikan lalu istirahat dan bermimpi yang indah. Mungkin, dia akan mampir malam ini.

Jejaring sosial yang semakin lama semakin basi menggodaku. Katanya, sebentar saja untuk menyegarkan mata dan melemaskan punggungmu. Aku menurut. Beruntungnya aku. Tidak perlu kutunggu malam atau mimpi karena dia ada di sana. Ku sapa dan dia off. WOW!! Aku malu dan ragu. Kuputuskan untuk kembali ke tugasku. Bergulat dengan makalah sebuah mata kuliah yang turut andil dalam menunda kelulusanku. Aku menyalahkan sebuah mata kuliah untuk kegagalanku. Aku malu. Hanya dalam hitungan menit dua kali sudah kurasakan malu.

Aku tarik nafas dalam-dalam. Kupejamkan mata sekejap lalu  kupusatkan semua pikiran dan energi yang tersisa untuk menyelesaikan tugas ini secepatnya. 15 menit berjalan dengan sangat lancar. Terlalu mulus hingga muncul sedikit rasa khawatir dalam hatiku. Apa yang akan terjadi?

Zzz..zzz.. ponselku bergetar. Sebuah pesan singkat baru saja masuk. Dari siapa ya? Kuraih ponsel yang sudah beberapa jam hanya tergeletak di samping layar komputer. Namanya tertera di sana. Dia yang tadi mengabaikan ketika kusapa, sekarang malah mengirimiku ssebuah pesan? Sesuatu yang lebih personal dari sekedar sapaan di jejaring sosial. Sesuatu yang dikirimkan langsung ke nomorku. Berapa lama waktu yang dia butuhkan untuk menemukan namaku di daftar kontaknya?Ah, aku terlalu mendramatisir.

Dia minta maaf karena sinyal internet di daerahnya tidak bagus. Di akhir pesan, dia menanyakan kabarku. Berarti dia ingin melanjutkan pembicaraan singkat ini. Aku jawab semua yang dia tanyakan dengan gayaku  dan sesekali kubalas dengan akhir tanda tanya. Tidak buruk. Kami kembali ke masa kanak-kanak, di sekolah dekat gereja. Dia bilang aku membuatnya tertawa. Mungkin bukan 100 % aku. Hey, itu hanya kallimat-kalimat pendek dan menurutmu itu membuatmu tertawa? Baiklah, semua orang butuh tawa, baik tawanya sendiri atau sekedar tawa orang lain. Aku senang bisa memberikan kebutuhan itu padamu.

"Sya, coba dengarkan lagu Iwan Fals, judulnya mata indah bola pimpong," itu pesan terakhir darimu  di malam itu. Aku belum pernah mendengar lagu ini. Aku penasaran. Lalu kucari dan kudengarkan lirik-liriknya.

Satu pertanyaan yang terbesit di pikiranku adalah, "Kenapa kau memintaku mendengarkan lagu ini?" Sudah kuketik. Tinggal kutekan send dan akan kudapatkan jawaban. Kubaca sekali lagi, lalu kuhapus. Kuketik sekali lagi.

Lagunya bagus. Liriknya juga. Kau gunakan ini untuk merayu pacar? :D

Sepuluh menit berlalu dan tidak ada jawab. Kuputuskan untuk berhenti menunggu. Kurapikan tugasku dan beranjak tidur.

Kawan. tetaplah kawan. Kita memulainya sebagai kawan dan mungkin akan berakhir sebagai kawan. Kulupakan malam itu. Kuhapus sisa-sisa obrolan kita. Apa pun yang aku atau kau rasakan malam itu. biarlah menjadi bumbu penambah nikmat perkawanan ini. Mungkin dalam bahasamu, persahabatan.

Rabu, 24 Juli 2013

Anger

This week is terrific. I feel so angry. There are a lot of anger, disappointment, sadness, and I'm hopeless. I can't breath well due to too much negative energy inside. My heart and mind full of something bad. I can't think clearly. I can't focus on my final thesis. I suppose to finish the book for my data this weekend, but until now even the first chapter haven't started yet. Everything's messed up. I'm getting older than my real age. Too much eating and sleepless. Sometimes I do hate myself for being grumpy for every whole day. Emotionally, I'm dead.  

And all this bad things are caused by my sister and my mom. I'm not trying to blame someone for this bad feeling, but, Ok, let's say they made it worse. 

A week ago I told my mom that I have a job, not the new one. I teach german in St. John's school. I teach three classes every friday. I can earn enough for my daily needs. I thought that was a good news and wanted to share it with my mom. When I told her, she asked me to sent some of my salary. Actually I had no problem with that, if only she keeps that until I get the salary!!! Of course I'll share my money with her, but maybe not now because I still need that to pay this and this. She ruined my mood.

Just a few seconds after that, I heard bad news (for me) from my sister. She's gonna marry next Februar!!! How come?? She just graduated last year and this month is just her third month working in hospital. Even her salary can't pay her own needs yet. We still have three younger brother and sister, who will need more money for their education. And our dad is a jerk. It's two months already, since I fought with him and until now we don't talk to each other. Actually our relationship is not good since January and it's getting worse and worse. For now, I hate him. So, considering about this reasons how dare she decided to get married next year?? Where does she put her brain?? In her knee. Yeah, must be there. So selfish.

To make it worse, she never even see her soon-to-be-husband. NEVER. She knew him from a friend and they're having all that fucking love story only by phone!! And facebook, of course. Shit!! How can she do that?? I did try a few times to explain the situation. I'm sure now she's totally blind due to their fucking love. 

Let's jump to the worst part. I told mom. Lucky you, my sister! Mom has no problem with that. GREAT. I was speechless (until now). I was starting to ask myself, who's the craziest one here? was it me?? Was I thinking irrationally? 
I have no idea. 

So now, since we can't understand each other, I live in silent. I don't talk to my sister and mom. I need time. I am such a really good artist, since I can hide all my broken, full of pain heart. For the first time, I feel so faraway from my own family. And I don't really like it. Seriously. 

Good story, huh?